Nakita.id - Anemia merupakan kondisi ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah (Hb), tidak mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh.
Dalam hal ini, anemia pada anak merupakan kondisi ketika jumlah sel darah merah atau konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah (Hb), tidak mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh anak.
Orangtua seringkali tidak menyadari gejala anemia pada anak, sehingga terlambat menyadari kehadiran penyakit ini.
Baca Juga : Waspada Moms, Anak Akan Alami 7 Tanda Ini Saat Terkena Anemia
Gejala anemia pada anak seperti kehilangan selera makan, sulit fokus, gangguan perilaku atau orang awam lebih mengenal dengan gejala 5L.
Gejala 5L tersebut yaitu lesu, lemah, letih, lelah, lunglai, disertai wajah pucat, penglihatan kunang-kunang.
Baca Juga : Trik Mencegah Si Kecil Terkena Anemia, Mudah Jadi Kebiasaan Dirumah!
5L ini terjadi karena konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah (Hb) tidak mencukupi kebutuhan mereka.
Berdasarkan laporan Anemia Convention2017, prevalensi anemia di Asia Tenggara dan Afrika mencapai 85%, perempuan dan anak-anak sebagai penderita terbanyak.
Terdapat 202 juta perempuan di Asia Tenggara, dan 100 juta perempuan di Pasifik Barat berusia 15-49 tahun yang terjangkit anemia.
Baca Juga : Nampak Sepele dan Sering Diabaikan, Ternyata Jadi Gejala Anemia
Sementara secara global, 41.800 perempuan hamil dan hampir 600 juta anak usia prasekolah dan usia sekolah menderita anemia. 60% dari kasus perempuan hamil.
Sekitar 50% dari kasus anemia pada anak disebabkan oleh kekurangan zat besi.
Tercukupinya nutrisi dalam 1000 hari pertama kehidupan merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap anak, dan ini harus dimulai sejak bayi masih dalam kandungan.
Ginekolog MA. Corazon Zaida N. Gamila, M.D., FPOGS dari Filipina, ditemui dalam acara Merck Pediatric Forum 2018, di Jakarta (22/7) mengungkapkan tentang pentingnya konsumsi zat besi pada ibu hamil untuk mencegah anemia pada ibu hamil dan janin.
"Peran zat besi sebagai salah satu mikronutrisi yang dibutuhkan ibu hamil selama kehamilan yang menentukan kualitas kesehatan anak dimasa depan.
Baca Juga : Kebiasaan Aneh Orang Cerdas yang Tak Terduga, Moms Salah Satunya?
Anemia Defisiensi Besi (ADB) pada ibu hamil meningkatkan risiko terjadinya pendarahan, pre-eklamsia, dan infeksi.
Ibu hamil yang menderita ADB juga berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, bayi dengan anemia ataupun kekurangan zat besi, bahkan kematian pada bayi," jelasnya.
Baca Juga : Berita kesehatan: Setelah ASI Anak Masih Perlu Susu, Penting Untuk Otak dan Fisiknya
Dr. Murti Andriastuti Sp.A(K) selaku Ketua Satuan Tugas Anemia Defisiensi Besi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menghadiri Merck Pediatric Forum 2018 menjelaskan bahwa ADB merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi pada anak dan berdampak fatal.
"Anemia Defisiensi Besi (ADB) umum terjadi pada anak-anak. Naasnya, jika tidak segera diatasi, keadaan ini dapat memnahayakan kesehatan dan kecerdasan anak.
Baca Juga : Cara Meningkatkan Berat Badan Anak, Yuk Terapkan Sekarang Moms!
Komplikasi jangka panjang ADB dapat meliputi gangguan sistem kardiovaskular, sistem imun, gangguan perkembangan, gangguan psikomotor serta kognitif (kecerdasan).
Anemia sendiri dapat disembuhkan, namun komplikasi yang timbul dapat bersifat permanen dan tidak dapat diperbaiki.
Untuk itu, pemberian suplementasi zat besi sebaiknya dilakukan sejak sebelum defisiensi besi pada anak menjadi Anemia Defisiensi Besi."
Pemberian suplemen zat besi konsultasikan dengan dokter sejak Si Kecil usia bayi, khususnya di usia 4 bulan ke atas.
Baca Juga : Berita kesehatan: Susu Tak Hanya Untuk Anak, Orangtua pun Perlu!
Pemberian MPASI juga penting diperhatikan, buah boleh diberikan tapi tidak yang utama.
Menu utama MPASi itu harus, misal; daging merah, daging putih, telur, ikan, seafood, juga sayuran hijau.
Hal yang sama berlaku bagi makanan balita juga usia anak.
Penulis | : | Nia Lara Sari |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR