Nakita.id - Beberapa waktu lalu, media sosial dihebohkan dengan kabar seorang balita berusia 3 tahun yang terkena kanker darah akibat kecanduan gadget.
Balita bernama Zein Raffael tersebut mendadak divonis kanker darah stadium 4 akibat kebiasaannya bermain gadget melihat Youtube yang tersambung otomatis dengan WiFi.
Kabar tersebut dibagikan langsung oleh keluarganya melalui akun Facebook Retno Sesysa Sekarsary Pumpido.
Baca Juga : Gadget Bisa Tingkatkan Kemampuan Anak, Asal Moms Perlu Tahu Ini
Tanpa mengurangi simpati pada Zein, tak dapat dipungkiri bila gadget memiliki pengaruh negatif untuk kesehatan tubuh manusia.
Herlina Uinarni, dr. Sp. Rad (K) mengatakan gadget khususnya ponsel bisa memancarkan gelombang elektromagnetik radiasi yang bisa meningkatkan risiko penyakit tumor atau kanker.
Meski begitu, secara tegas Herlina menyampaikan bahwa hingga sampai saat ini belum ada bukti yang menyatakan secara pasti radiasi dari ponsel dapat menyebabkan penyakit mematikan tersebut.
Baca Juga : Tak Hanya Enak, Cemilan Anak Sharena Delon ini Bisa Cegah Kanker dan Diabetes
"Gelombang elektromagnetik yang dipancarkan ponsel adalah sejenis gelombang microwave yang termasuk dalam jenis radiasi non-ionisasi dan levelnya tergolong rendah.
Dari puluhan kajian ilmiah yang telah dilakukan sampai sekarang ini belum terdapat bukti ilmiah yang kuat dan skala cakupan secara komprehensif berakibat serupa dengan efek pancaran radiasi gelombang elektromagnetik jenis ionisasi yang telah dinyatakan positif sebagai salah satu penyebab tumor otak atau kerusakan DNA pada sel jaringan tubuh manusia," jelas Herlina saat ditemui di Universitas Atma Jaya, Pluit Raya, Jakarta Utara, Jumat (8/7).
Herlina pun mencoba menjelaskan penelitian pertama hubungan antara penggunaan ponsel dan risiko penyakir tumor atau kanker yang dilakukan pada tahun 1992.
Baca Juga : Syarat Stimulasi Optimal, Kenali Dulu Perkembangan Motorik Si Bayi
"Ada seorang dokter David Reynard ahli neurologi, seorang ahli saraf, dia menggugat perusahaan ponsel karena sering menggunakan ponsel itu dan menyebabkan kanker di otaknya.
Pada saat itu dilakukan penelitian dan hasilnya tidak terbukti. Menurut saya mungkin juga saat itu kekurangan sample atau mungkin juga saat itu belum ada benar-benar teknologi yang menyakinkan bahwa penyebabnya adalah ponsel," jelasnya.
Penelitian tentang kedua hal ini pun terus berlanjut di tahun-tahun selanjutnya seperti tahun 1993, 1999, 2011, 2012, dan 2013.
Sayangnya di tahun-tahun tersebut, lagi-lagi belum ditemukan secara pasti hubungan antara penggunaan ponsel dan penyakit tumor atau kanker pada manusia.
Baca Juga : Yuk Moms, Kenali Tonggak Perkembangan Anak Berusia 3-4 Tahun
Di tahun 2017, barulah ada penelitian dari Italia yang menemukan hubungan antara kedua hal tersebut.
Namun lagi-lagi penelitian tersebut tidak bisa digunakan sebagai patokan utama karena kualitas sample-nya yang kurang.
Untuk itu, Herlina menegaskan bahwa penggunaan gadget tidak bisa disebut sebagai pemicu utama tumor atau kanker pada manusia.
Sebab kanker dapat terjadi karena multifaktor, seperti gen, usia, jenis kelamin, gaya hidup, riwayat kesehatan dan lain sebagainya.
"Besarnya risiko setiap orang itu relatif karena memang tumor atau kanker otak itu multifaktor.
Jadi memang masyarakat masing-masing pribadi harus memproteksi diri sendiri, Ia harus bijaksana dalam menggunakan semua alat," tegas Herlina.
Baca Juga : Kenali Tanda-Tanda Endometritis, Infeksi Rahim yang Kerap Diabaikan Setelah Melahirkan
Penjelasan Herlina tersebut sejalan dengan rilis dari laman Cancerresearchuk.org.
Dimana Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) melihat semua penelitian belum memiliki bukti yang menyatakan secara pasti bahwa pemicu utama tumor atau kanker pada manusia.
Sebab radiasi elektromagnetik frekuensi radio yang mereka transmisikan dan terima dari gadget sangat lemah.
Radiasi ini tidak memiliki energi yang cukup untuk merusak tubuh manusia.
Baca Juga : Hati-hati, Susah Makan Bisa Jadi Gejala Gagal Jantung Bawaan Pada Anak
Meski begitu, para ahli dari organisasi kesehatan dunia (WHO) sangat menganjurkan agar pemakaian ponsel di kalangan usia anak-anak dibatasi sedemikian rupa atau dengan pemakaian 'hands free' atau 'screen time' guna untuk meminimalkan risiko buruk yang mungkin terjadi.
Adapun panduan screen time terbaru dari American Academy of Pediatrics (AAP) ialah sebagai berikut.
Screen time dibagi menjadi tiga bagian.
A. Interaktif: bermain game video, berkomunikasi melalui Skype, atau menggunakan gadget untuk menggambar gambar.
B. Tidak interaktif: duduk diam dan menonton film, program TV atau video YouTube.
C. Pendidikan: Mengerjakan PR matematika online.
D. Rekreasi: Bermain game atau menonton video untuk bersenang-senang.
Baca Juga : Tak Hanya Enak, Kombinasi Makanan Ini Juga Bisa Bantu Cepat Turunkan Berat Badan
Untuk panduan screen time yang aman ialah sebagai berikut:
- Anak-anak berusia di bawah 18 bulan harus menghindari waktu layar, selain video-chatting.
- Anak-anak berusia 18 bulan hingga 2 tahun dapat menonton atau menggunakan program atau aplikasi berkualitas tinggi jika orang dewasa menonton atau bermain dengan mereka untuk membantu mereka memahami apa yang mereka lihat.
- Anak-anak berusia 2-5 tahun seharusnya tidak lebih dari satu jam sehari waktu layar dengan orang dewasa menonton atau bermain dengan mereka
- Anak-anak berusia 6 tahun ke atas harus memiliki batas yang konsisten pada waktu yang mereka habiskan di media elektronik dan jenis media yang mereka gunakan. (*)
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Facebook,Cancerresearchuk.org,healthychildren.org |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR