Ini menyebabkan semakin ketatnya kelompok Jawa ke dalam isolasi yang kental sebagai reaksi kelompok minoritas.
Rasa berlainan ras juga timbul dengan sadar dalam diri orang-orang Jawa itu.
Pergaulan sesama orang Jawa tetap dipelihara dengan derajat pemakaian bahasa Jawa yang ngoko dan krama.
Baca Juga : Kisah Perjuangan Putri Eugenie Divonis Skoliosis di Usia 12 Tahun, Tulang Punggungnya Harus Disangga Pen 20 Senti!
Slametan, sesajen, pesta tayub, joget, wayang, orkes terbang, ludruk, tetap menjadi titik sentral dalam aktivitas mereka.
Orang Kreol yang suka mengejek orang Jawa, 'digelari' mereka buto, raksasa kasar dan jahat.
Sedangkan orang India, yang gigih berdagang dan pelit, digelari Anoman, monyet sakti dari kisah Ramayana atau sebagai manungsa ambune kaya setan, manusia yang baunya seperti setan.
Baca Juga : Berita Hoax Kesehatan: Sakit, Antibiotik Menjadi Salah Satu Obatnya
Bukan itu saja. Meski jauh dari Indonesia, orang Jawa Suriname tetap merasa diri bagian dari Indonesia.
Dalam setiap pertemuan, termasuk pesta perkawinan dan sunatan, lagu Indonesia Raya dikumandangkan keras-keras dan bendera merah-putih dikibarkan.
Tidak hanya lewat sosok bendera, bahkan sampai ikat kepala pun dibuat berdwiwarna. Demikian catatan Dr. Yusuf Ismael.
Baca Juga : Catat, Ini 10 Cara Alami Untuk Mempercepat Pembukaan Persalinan
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | intisari.id |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR