Namun baru 23 tahun kemudian, yaitu tahun 1712, Prancis berhasil merebut Suriname dari Belanda.
Akibataya timbul kekacauan di perkebunan-perkebunan Suriname. Ini dimanfaatkan oleh para budak Negro untuk melarikan diri kabur masuk hutan.
Para Negro inilah yang kemudian berhasil mendirikan semacam suku tersendiri, Bush Negro, Negro hutan atau biasa juga disebut Maroon.
Baca Juga : Lina Ulang Tahun, Anak-anak Beri Ucapan Selamat Tanpa Foto Sule, Begini Kesan Pesannya!
Mereka ini sering membuat keributan. Para penguasa Prancis kelabakan menghadapinya.
Akhimya Belanda yang berhasil menundukkan Bush Negro dan memaksa mereka mengakui pemerintahan kolonial Belanda.
Karena VOC sejak tahun 1791 sudah dibubarkan, maka Suriname langsung di bawah kontrol pemerintah pusat Belanda.
Pemerintah kembali membenahi perkebunan-perkebunan Suriname. Budak-budak pun didatangkan lagi, meski sejak 1608 perdagangan budak dinyatakan terlarang.
Baca Juga : Nama 'Bensu' Digunakan Oleh Orang Lain untuk Nama Usaha, Ruben Onsu Meradang
Walau kemudian Suriname sempat jatuh ke tangan Inggris, tapi kemudian diserahkan kembali kepada Belanda.
Di bawah undang-undang baru Belanda, Suriname dinyatakan sebagai negara koloni Belanda, sehingga ada yang menyebutnya Guyana Belanda.
Di bawah panji negara koloni Belanda ini juga produksi perkebunan di Suriname meningkat dengan pesatnya.
Sejak awal abad ke-19 produknya selain gula juga mencakup kopi, coklat dan nila. (Intisari Oktober 1990)
(Artikel ini pernah terbit di Intisari.id dengan judul: Kisah Orang-orang Jawa di Suriname: Sempat Dianggap Bodoh, Pandir dan Mudah Ditipu)
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | intisari.id |
Penulis | : | Diah Puspita Ningrum |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR