Nakita.id - Aktris Zee Zee Shahab pernah bercerita mengenai masalah penyumbatan plasenta yang ia alami saat hamil anak keduanya, Lucky Keriym Putra Revolusi.
Akibat masalah penyumbatan plasenta yang ia alami, anak keduanya bersama Prabu Revolusi tersebut harus lahir secara prematur dengan berat badan badan lahir rendah (BBLR)
Lucky Keriym Putra Revolusi lahir dengan berat badan 2.035 kg karena masalah penyumbatan plasenta yang membuatnya mendapatkan nutrisi secara tidak maksimal.
Ternyata masalah ini juga pernah ia alami saat hamil anak pertama Zee Zee Shahab, yakni Fauzi Khaleev Putra Revolusi.
Baca Juga : Cerita Kehamilan Zee zee Shahab yang Mengalami Penyumbatan Plasenta
"Holaa aku share dikit pengalaman melahirkan baby k kmrn yaa, aku melahirkan tgl 5 Agustus kmrn lumayan byk maju nya karna hpl nya tgl 22 kmrn dgn indikasi sudah 3 minggu (cek usg nya tiap minggu) bb nya baby stuck di 2,3kg
Dr ku curiga ada penyumbatan di Placenta dan ini jg terjadi di kehamilan pertama waktu @fauzikaleev yg lahir di 2,3kg dan karna kecil jd Dr menyarankan utk SC lagi ( pdhal udh niat bgt normal tp Allah punya takdir baik) dan pas lahir ternyata Placenta pun udh pengapuran jd nutrisi yg masuk jg gak maksimal.
Baca Juga : Tipe Retensi Plasenta pada Ibu Melahirkan yang Bisa Membahayakan Jiwa
Alhamdulillah bgt ya Allah masih lindungi baby dan baby k lahir di 2.035kg.
Alhamdulillah sehat walaupun kecil hehe dan bersyukur sekali ASI Lgsg keluar. Sampe saat ini banyak jd bisa Support baby k utk cepet besar dan kuat ya nak!," cerita Zee Zee dalam akun instagram pribadinya, Rabu (22/8).
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Kenali Pitiriasis Alba, Penyebab Bintik-Bintik Putih di Wajah Anak
View this post on Instagram
Baca Juga : 5 Daftar Warna Lipstik Agar Wajah Terlihat Fresh dan Awet Muda
Hingga sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab penyumbatan plasenta seperti yang dialami oleh Zee Zee Shahab.
Baca Juga : Waspadai Kelainan Plasenta, Berikut Ciri-Cirinya dan Pencegahannya!
Seperti halnya pengalaman Zee Zee Shahab, adanya penyumbatan plasenta pada ibu hamil bisa membuat kebutuhan nutrisi janin tidak terpenuhi sehingga perkembangannya dapat terhambat.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa plasenta menyupai oksigen dan nutrisi dari ibu hamil ke janin melalui tali pusat.
Plasenta juga menjadi organ yang berfungsi dalam proses pembuangan sisa-sisa metabolisme dari janin seperti CO2 melalui tali pusat yang diteruskan ke tubuh ibu hamil untuk dibuang.
Tidak hanya itu, plasenta juga menghasilkan berbagai hormon yang membantu pertumbuhan janin, melawan infeksi berbagai bakteri, dan menyalurkan antibodi dari tubuh ibu hamil ke janin untuk membangun sistem kekebalan tubuhnya hingga tiga bulan pascadilahirkan.
Baca Juga : Berita HOAX Kesehatan: Tanggapan Dokter Reisa Tentang Memotong Bulu Mata Bayi Agar Lentik
Ada beberapa faktor dapat mempengaruhi kesehatan plasenta selama kehamilan, yaitu:
- Usia ibu: Masalah plasenta tertentu lebih sering terjadi pada wanita yang lebih tua, terutama setelah usia 40 tahun.
- Ketuban pecah dini: Selama kehamilan, bayi akan dikelilingi dan dibaringkan oleh membran berisi cairan yang disebut kantung ketuban.
Jika kantung bocor atau pecah sebelum persalinan dimulai maka risiko masalah plasenta tertentu meningkat.
- Tekanan darah tinggi: Tekanan darah tinggi dapat mempengaruhi kesehatan plasenta.
- Bayi kembar: Jika Moms hamil dengan lebih dari satu bayi, maka Moms mungkin berisiko mengalami masalah plasenta tertentu.
- Gangguan pembekuan darah: Kondisi apa pun yang merusak kemampuan darah Moms untuk menggumpal atau meningkatkan kemungkinan pembekuan, dapat meningkatkan risiko masalah plasenta tertentu.
- Pembedahan uterus sebelumnya: Jika Moms pernah menjalani operasi sebelumnya pada rahim, seperti bedah caesar atau pembedahan untuk menghilangkan fibroid maka Moms berisiko mengalami masalah plasenta tertentu.
Baca Juga : Berita Kesehatan Akurat: Demam Berdarah alias DBD Incar Anak, Kenali Penyakitnya Penanganan Tepat
- Masalah plasenta sebelumnya: Jika Moms mengalami masalah plasenta selama kehamilan sebelumnya aka Moms mungkin memiliki risiko lebih tinggi mengalaminya lagi.
- Penyalahgunaan zat: Masalah plasenta tertentu lebih sering terjadi pada wanita yang merokok atau menggunakan obat-obatan terlarang, seperti kokain, selama kehamilan.
- Trauma abdomen: Trauma di perut sepertijatuh atau jenis pukulan lainnya juga dapat meningkatkan risiko plasenta sebelum waktunya memisahkan diri dari rahim (plasenta abruption).
Saat ada masalah pada plasenta, biasanya akan ditandai dengan peradangan vagina, sakit perut, sakit punggung, dan kontraksi uterus.
Baca Juga : Hati-hati Saat Diet, 9 Sayuran Ini Justru Menambah Berat Badan
Selama kehamilan, ada beberapa masalah plasenta yang sebaiknya Moms waspadai.
Baca Juga : Berita Kesehatan Terbaru: Payudara Nyeri, Ini 8 Kemungkinan Penyebabnya!
Plasenta Previa atau Plasenta Menutup Jalan Lahir
Kondisi ini terjadi ketika plasenta menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir.
“Semestinya plasenta tumbuh di bagian atas rahim, namun karena sejumlah faktor, plasenta tumbuh di bagian bawah rahim,” terang dr. Yassin Yanuar, SpOG.
Misalnya, Moms pernah operasi sesar, kuret, operasi untuk membuang mioma atau operasi lain yang membuka rahim.
Bekas luka akan membuat jaringan baru sehinggameningkatkan risiko terjadinya plasenta previa karena plasenta lebih menyukai rahim yang masih “mulus”.
Plasenta previa dapat terdeteksi melalui pemeriksaan USG setelah minggu ke-12 kehamilan.
Baca Juga : Berita HOAX Kesehatan: Flash Kamera Menyebabkan Kebutaan Pada Bayi
Adakalanya plasenta dapat bergeser kembali ke bagian atas rahim sesuai dengan pembesaran rahim menuju trimester 3 kehamilan.
Namun, sering juga plasenta previa tidak terdeteksi.
“Bila Mama mengalami perdarahan melalui vagina tapi tanpa rasa nyeri, bisa jadi itu salah satu gejalanya,” ujar Yassin.
Biasanya dokter akan meminta Moms untuk beristirahat total agar mencegah perdarahan terjadi kembali.
Apabila plasenta previa masih terjadi saat persalinan, dokter akan melakukan operasi sesar agar tidak berakibat fatal bagi Moms dan janin.
Baca Juga : Intip Yuk Morning Routine ala Nagita Slavina, Bikin Wajah Flawless dan Awet Muda!
Plasenta Adhesiva (Plasenta Lengket)
Plasenta adhesiva atau plasenta lengket terjadi ketika pembuluh darah dan jaringan plasenta tumbuh terlalu dalam menembus dinding rahim.
Plasenta adhesiva memiliki derajatnya sendiri-sendiri sesuai kedalaman invasinya ke dalam dinding rahim, dari plasenta akreta, inkreta, sampai perkreta.
“Yang paling parah adalah plasenta perkreta, dalam kondisi ini plasenta bisa sampai menempel ke kandung kemih,” ujar Yassin.
Seiring dengan pertumbuhan plasenta, kondisi plasenta adhesiva dapat dideteksi mulai minggu ke-20 kehamilan melalui pemeriksaan USG.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Cara Mengatasi Alergi Pada Anak di Malam Hari
“Tapi lebih sering terdeteksi setelah minggu ke-30 kehamilan ketika plasenta semakin besar,” tambahnya.
Bila sudah terdeteksi, biasanya dokter kandungan biasanya akan merencanakan tindakan sesar untuk melahirkan bayi sekaligus melepaskan plasenta yang melekat tersebut.
Pasalnya, plasenta adhesiva akan meningkatkan risiko perdarahan yang membahayakan Moms saat persalinan.
“Kita lihat sedalam apa derajat kedalaman pertumbuhannya. Kalau sudah sangat dalam, bahkan menempel pada kandung kemih, bisa saja dilakukan tindakan pengangkatan rahim. Biasanya operasinya cukup sulit, sehingga ditangani lebih dari satu dokter obsgin dan dokter spesialis lain seperti bedah urologi,” jelas Yassin.
Baca Juga : Berita Kesehatan Terbaru: Sayur dan Buah Bukan Menu Utama MPASI
Plasentomegali (Ukuran Plasenta Melebihi Normal)
Plasenta normal beratnya sekitar 500 g. Jika plasenta mencapai berat 700 g atau lebih, maka sudah mengalami kondisi plasentomegali alias pembesaran plasenta.
Kondisi ini umumnya disebabkan pembengkakan jonjot plasenta, Moms yang mengidap penyakit diabetes melitus, anemia akut, anemia pada janin, hingga sifilis.
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Kenali Pitiriasis Alba, Penyebab Bintik-Bintik Putih di Wajah Anak
Moms yang merokok pun akan berpotensi mengalami pembesaran plasenta karena plasenta “berjuang” mencari oksigen akibat pasokan oksigen yang rendah dalam darah.
Plasentomegali mulai dapat dideteksi sejak minggu ke-20 kehamilan.
Dokter akan memantau terus kondisi ini dan pengaruhnya pada janin.
“Jika sudah mengganggu pertumbuhan janin, biasanya diambil tindakan untuk mengeluarkan janin lebih cepat,” kata Yassin.
Bila plasentomegali disebabkan oleh virus seperti TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus, herpes), kondisi ini dapat berdampak buruk pada janin.
“Pemberian obat tidak akan berpengaruh banyak untuk mengurangi dampaknya, tapi kasus seperti ini sangat jarang. Sering kali juga plasentomegali tidak berdampak apa pun pada kehamilan,” tandas Yassin.
Baca Juga : Berita Kesehatan: ASI di Kulkas Juga Bisa Kadaluwarsa, Ini Cirinya!
Pengapuran Plasenta
Pengapuran plasenta merupakan tanda “penuaan” plasenta.
Umumnya, hal ini terjadi pada minggu ke-37 hingga minggu ke-42 kehamilan.
Dalam pemeriksaan USG, pengapuran ditandai dengan bintik-bintik putih pada plasenta.
Bintik putih tersebut adalah deposit kalsium yang ada pada plasenta.
Bila pengapuran plasenta terjadi pada trimester 2, Moms perlu waspada.
Sebab pengapuran dapat menyebabkan plasenta “mati” atau berubah menjadi jaringan ikat dan menurunkan fungsinya.
Baca Juga : Berita Kesehatan : Stadium Nol Kanker Payudara Bisa Disembuhkan, Ini Tanda-tandanya
“Akibatnya, pasokan oksigen dan nutrisi ke janin bisa berkurang sehingga memengaruhi pertumbuhan janin,” terang dr. Yassin.
Pengapuran plasenta sering dikaitkan dengan penyakit yang diidap Moms, seperti diabetes dan darah tinggi.
Jadi, Yassin menegaskan “Penyakitnya harus diobati dulu supaya pengapuran plasenta dapat dikurangi".
ika dalam pemantauan ternyata kondisi ini sudah membahayakan janin, maka akan dilakukan tindakan melahirkan janin lebih cepat.
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Putri Najwa Shihab Lahir Prematur Meninggal, Ini Komplikasi Bayi Prematur
Abrupsi Plasenta
Abrupsi plasenta ialah plasenta yang melepaskan diri dari dinding rahim sebelum saat persalinan, baik sebagian maupun seluruhnya.
“Kalau Mama memiliki riwayat penyakit darah tinggi, preeklamsia atau kebiasaan merokok dan minum alkohol, dapat meningkatkan risiko abrupsio plasenta.
Sebab, hal-hal tersebut merusak pembuluh-pembuluh darah kecil yang ada pada plasenta sehingga membuat plasenta terlepas dari dinding rahim,” ujar dr. Yassin.
Sayangnya, kelainan plasenta yang satu ini tak dapat dideteksi karena bersifat spontan dan dapat terjadi kapan pun.
Namun abrupsi plasenta bisa dikenali lewat gejalanya, seperti perdarahan melalui vagina serta rasa nyeri pada perut dan kontraksi rahim yang hebat.
Baca Juga : Berita Kesehatan Akurat: Bahaya Dibalik Obat Kuat Alias Suplement Seks
Bila kondisi ini terjadi, dokter kandungan biasanya akan mengeluarkan janin sesegera mungkin agar tidak berakibat fatal pada janin maupun Moms.
“6 hingga 12 jam setelah abrupsi plasenta terjadi, janin harus segera dilahirkan!” tegas Yassin.
“Kalau sudah ada pembukaan jalan lahir, kita lihat kondisi janin dan Mama apakah memungkinkan melahirkan secara alami. Tapi kalau kondisinya sudah buruk akan diambil tindakan operasi,” tambahnya.
Baca Juga : Berita Kesehatan Pria: Rahasia Supaya Sperma Mudah Membuahi Wanita
Untuk mencegah terjadinya aneka kelainan plasenta saat kehamilan dan persalinan, Yassin menyarankan Moms untuk mempraktikkan gaya hidup sehat.
Selain itu komunikasikan riwayat kesehatan selengkap-lengkapnya saat berkonsultasi dengan dokter kandungan.
“Misalnya, ada riwayat hipertensi atau diabetes. Kalau dokter sudah tahu, akan lebih intens memonitor perkembangan kehamilan pasien.
Kontrol rutin dengan pemeriksaan USG pun akan mendeteksi kelainan plasenta dengan segera. Jika sudah terdeteksi dini, tentu akan lebih cepat dapat ditangani,” pungkas Yassin.
Baca Juga : Syarat Stimulasi Optimal, Kenali Dulu Perkembangan Motorik Si Bayi
Source | : | Instagram,Tabloid Nakita,WebMD,Mayo Clinic |
Penulis | : | Fadhila Auliya Widiaputri |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR