Nakita.id – Setelah menikah setiap wanita umumnya ingin hamil, dan semua pun ingin kehamilan yang dialalaminya tanpa kendala. Sehingga bisa melahirkan bayi yang lucu dan sehat.
Tapi kita tidak bisa menutup mata, tidak semua kehamilan bisa berjalan seperti yang diharapkan.
Hal yang sma terjadi pada proses persalinan alias melahirkan. Tidak semuanya bisa lancar-lancar saja tanpa kendala.
Seperti halnya jika ibu hamil mengalami ITP atau Idiopathic Trombocytopenia Purpure (ITP). Ini adalah gangguan darah yang kronis!
Baca Juga : Berita Kesehatan: Hal Penting Jelang Melahirkan, Perhatikan Trombosit Jika Ingin Lancar dan Selamat
Kenapa sebegitu menyeramkan? Asal tahu saja, ibu yang menderita ITP, jangankan tergores benda tajam, menggaruk-garuk pipi saja sudah bisa menyebabkan perdarahan pada ibu hamil
Sayangnya, sampai saat ini penyebab ITP belum diketahui, apakah karena virus, bersifat genetik, atau disebabkan hal lain.
Itulah sebabnya, nama gangguan trombosit ini diawali dengan Idiopathic yang berarti "tidak diketahui".
Baca Juga : Hati-hati, Kekurangan Trombosit Bisa Sebabkan Lepasnya Plasenta
ITP digolongkan dalam penyakit autoimun, dimana sistem imunitas/kekebalan tubuh justru merusak jaringan tubuh sendiri.
Dalam hal ini, yang diserang adalah trombosit, hingga kadar trombosit penderita ITP relatif rendah.
Menurut dr. Okky Sofyan, Sp.OG, tidak seperti gangguan trombosit yang diakibatkan faktor sekunder, ITP harus mendapat perhatian khusus karena termasuk kelainan darah yang akut.
Baca Juga : Selama Hamil Jangan Sampai Kekurangan Trombosit, Ini Penyebabnya
Karena bisa membahayakan ibu maupun janinnya, pengobatan dan penanganan perlu dilakukan, baik selama kehamilan maupun saat proses persalinan.
Pasalnya, minimnya jumlah trombosit sebagai zat pembeku darah membuat si ibu gampang mengalami perdarahan.
Perdarahan terjadi tidak hanya karena luka besar saja tapi juga luka kecil. "Jangankan tergores benda tajam, menggaruk-garuk pipi saja sudah bisa menyebabkan perdarahan pada ibu hamil." Papar Okky.
Tak heran, jika ITP akan meningkatkan risiko si ibu mengalami solusio plasenta. Ketika plasenta terlepas sebelum waktunya, semisal di usia kehamilan 20 minggu, sel-sel darah pada dasar plasenta keluar secara spontan.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Hal Penting Jelang Melahirkan, Perhatikan Trombosit Jika Ingin Lancar dan Selamat
Pelepasan plasenta ini bisa terjadi sebagian atau bahkan keseluruhan. Bila terjadi pelepasan sebagian, mungkin perdarahannya tergolong ringan sampai sedang.
Gejalanya adalah ketidaknyamanan perut bagian bawah, nyeri perut, dan nyeri tekan pada rahim.
Sedangkan pada pelepasan yang bersifat menyeluruh akan terjadi perdarahan hebat yang ditandai dengan pekat/hitamnya warna darah yang keluar.
Detak jantung bayi terdengar tidak teratur, relatif kurang terdengar, melambat dan akhirnya tidak terdengar.
Gejala lain, perut terasa kencang dan nyeri bila ditekan, disertai kontraksi kuat.
Jika ini terjadi, maka baik ibu maupun janin sulit untuk diselamatkan.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Patah Hati Bisa Menjadi Komplikasi Mematikan, Gejalanya Mirip Serangan Jantung!
Menurut Okky, "Rendahnya kadar trombosit bisa menyebabkan solusio plasenta. Sebaliknya, solusio plasenta pun bisa menyebabkan turunnya kadar trombosit secara drastis. Jadi, efeknya memang bolak-balik."
Tidak hanya itu, perdarahan spontan bisa saja terjadi saat persalinan. Apalagi jika persalinan berlangsung lewat sesar.
Tanpa transfusi trombosit yang memadai, keselamatan si ibu bakal terancam.
CARA MENGATASI
Agar ITP tidak menyebabkan perdarahan hebat, jelas Okky, periksakan kehamilan secara teratur.
Dengan demikian dokter bisa memantau jumlah kadar trombosit pada tubuh secara berkala.
Selain itu, dokter juga bisa melakukan antisipasi jika suatu saat kadar trombosit mengalami penurunan drastis.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Denada Dikritik Berikan Makanan 'Tidak Sehat' Pada Shakira, Dokter: Tidak Masalah!
Untuk menangani ITP, dokter biasanya akan memberikan obat-obatan golongan steroid.
Obat seperti prednison atau prednisolon disinyalir bisa mencegah reaksi autoimun yang terjadi pada ITP.
Prednison juga diperlukan agar jumlah dan fungsi trombosit normal atau setidaknya mendekati normal.
Pada beberapa kasus, kadar trombosit memang bisa naik setelah penderita mengonsumsi obat jenis steroid sesuai dosis yang dianjurkan.
Sayangnya, begitu konsumsi obat ini dihentikan, kadar trombosit bisa menurun kembali.
Kendati begitu, penggunaan obat jenis streoid sampai kini masih menjadi kontroversi.
Sebab, pada beberapa kasus lainnya, pengobatan ini terbukti tidak terlalu efektif menaikkan kadar trombosit dalam tubuh.
Baca Juga : Berita Kesehatan Akurat: Inilah 5 Obat Alami untuk Mengatasi Maag!
Apalagi hingga saat ini memang belum ada penelitian yang mengungkap sejauh mana efektivitas steroid.
Namun Okky menampik jika penggunaan obat steroid dianggap bisa mengganggu perkembangan janin.
Karena sejauh ini memang belum ada penelitian resmi tentang dampak negatif steroid pada janin.
Toh, tidak sedikit kasus ibu hamil yang mengonsumsi obat-obatan jenis steroid melahirkan bayi yang sehat dan normal.
Dari beberapa penelitian dilaporkan, penggunaan prednison semasa kehamilan relatif aman.
Soalnya, prednison akan di-inaktifkan oleh enzim tertentu dalam plasenta, sehingga kadar yang ditemukan pada janin hanya sekitar 10 persen dibanding kadar obat serupa dalam tubuh ibu.
Baca Juga : Berita Kesehatan Wanita: 8 Aktivitas yang Kerap Dipertanyakan Ibu Hamil, Boleh atau Tidak Dilakukan?
Beberapa penelitian juga menyimpulkan bahwa pemberian dosis sedang untuk pemeliharaan, sama sekali tidak akan menimbulkan kecacatan.
Tentu saja Okky mengingatkan agar pemberian obat-obatan selalu dipertimbangkan berdasarkan keuntungan dan kerugiannya.
Jika pemberian steroid dirasa lebih banyak manfaatnya maka hal itu bisa dibenarkan.
Bila sebaliknya, ya buat apa? Bukankah obat steroid diyakini bisa mencegah terjadinya perdarahan spontan yang membaha-yakan.
Selain mengonsumsi obat,hindari berbagai aktivitas di luar rumah yang dianggap "berisiko" menyebabkan trauma, seperti olahraga berat atau aktivitas lain yang menantang/memacu adrenalin.
Apa pun alasannya, ibu hamil dengan ITP memang rentan terkena perdarahan di otak ataupun kulit.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Semakin Banyak Anak Terkena Hipertensi, Kebiasaan Ini Penyebabnya!
TINDAKAN PENTING MENJELANG PERSALINAN
Yang perlu diperhatikan, tutur Okky, adalah beberapa tindakan penting yang akan dokter lakukan saat persalinan.
*Sebisa mungkin menghindari tindakan medis yang memicu perdarahan, seperti episiotemi.
Kita tahu episiotemi adalah tindakan bedah ringan berupa sayatan/irisan di daerah perineum antara lubang kemaluan dan lubang pelepasan/anus yang bertujuan memperlebar jalan lahir, hingga memudahkan kelahiran bayi.
Disamping mencegah perobekan vagina robek akibat desakan kepala bayi, pengguntingan ini bisa memicu perdarahan hebat pada sang ibu.
Itulah sebabnya, lanjut Okky, jika tindakan ini terpaksa dilakukan, sebaiknya sayatannya tidak terlalu luas.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Sabun yang Terlalu Banyak Busa Tidak Dianjurkan, Ini Alasannya!
*Proses persalinan diusahakan berlangsung normal. Sebab, perdarahan hebat mungkin saja akan terjadi jika ibu menjalani persalinan lewat operasi sesar.
Akan tetapi jika situasi dan kondisi menuntut si ibu melahirkan sesar, apa boleh buat.
Beberapa jam menjelang operasi sesar, proses transfusi trombosit bisa dilakukan.
Langkah ini dilakukan hingga kadar trombosit dalam tubuh mencapai angka di atas 100.000 atau bahkan 200.000/m3.
Dengan kadar tersebut, trombosit diharapkan bisa menutup luka yang diakibatkan oleh operasi sesar.
*Kontraksi harus benar-benar dijaga, jangan terlalu kuat dan jangan pula kelewat lemah yang hanya akan memicu terjadinya perdarahan hebat.
Umumnya dokter akan memberikan obat-obatan dan cairan infus agar kontraksi rahim bisa normal.
Baca Juga : Berita Kesehatan Anak: Kaki Anak Sering Kering dan Bersisik, Dokter Jelaskan Kemungkinan Penyebabnya!
*Agar tidak terjadi perdarahan, sesaat setelah bayi lahir, plasenta bayi tidak segera dilepas.
Melainkan ditunggu sekitar 15 menit hingga massa plasenta lepas.
Dokter pun akan sangat hati-hati saat melakukan pemotongan plasenta agar perdarahan bisa diminimalkan.
Selain itu, dokter kandungan akan berkoordinasi dengan dokter ahli penyakit dalam agar kadar trombosit pasien bisa senantiasa terawasi.
Baca Juga : Berita Kesehatan: Semakin Banyak Anak Terkena Hipertensi, Kebiasaan Ini Penyebabnya!
Jika mengalami penurunan, infus trombosit bisa dilakukan kembali.
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
KOMENTAR