Iri pada Indonesia dan Singapura, Filipina Mendadak Mencak-Mencak Hingga Ancam Militer Amerika Jika Tidak Dituruti Untuk Mendapatkan Vaksin Covid-19

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ditandatangani pada tahun 1998, VFA mengizinkan AS untuk mengirim pasukan ke Filipina untuk tujuan pertahanan umum.
Ditandatangani pada tahun 1998, VFA mengizinkan AS untuk mengirim pasukan ke Filipina untuk tujuan pertahanan umum.

Intisari-online.com - Dalam menghadapi situasi saat ini segala cara bisa digunakan meski mengancam secara militer sekalipun.

Hal itulah yang berusaha dilakukan oleh Filipina, dalam menghadapai tekanan domestik untuk mendapatkan vaksin Covid-19.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte berusaha mengubah perjanjian militer penting sebagai alat tawar menawar.

Tak tanggung-tanggung Amerika adalah negara yang diancam oleh Filipina.

Baca Juga: Saat Ekonomi Dunia Babak Belur Akibat Covid-19, Asia Jadi Sorotan Karena Paling Menderita di Dunia, Tapi Perusahaan Asal Indonesia Ini Justru Naik Daun Selama Pandemi

Menurut 24h.com.vn, pada Senin (28/12/20), Presiden Duterte mengatakan bahwa dia bisa membatalkan Perjanjian Pasukan Kunjungan (VFA) dengan militer AS.

Jika Amerika tidak memberikan tawaran vaksin Covid-19 yang sangat dibutuhkan Filipina.

"Jika tidak memberikan 20 juta vaksin Covid-19 mereka sebaiknya pergi," kata Duterte.

"Tidak ada vaksin tidak boleh mengunjungi Filipina," jelas Duterte, mengumumkan di televisi tentang perjanjian AS untuk membeli vaksin Covid-19.

Baca Juga: Kalahkan AS, China Jadi Ekonomi Terbesar Dunia hanya Dalam Waktu 8 Tahun, 'China Melewati Badai Lebih Baik daripada Ekonomi Barat'

Pada November, Duterte setuju untuk memperpanjang VFA selama 6 bulan lagi.

Ditandatangani pada tahun 1998, VFA mengizinkan AS untuk mengirim pasukan ke Filipina untuk tujuan pertahanan umum.

Dalam konteks ingin menahan China di Asia-Pasifik, VFA adalah kesepakatan yang sangat penting dengan AS.

Karena seperti yang kita tahu Filipina adalah sekutu lama Amerika sebelum berpaling ke China.

Duterte menerima kritik atas ketidakmampuannya dalam menangani pandemi Covid-19 di negaranya.

Dia gagal menandatangani perjanjian untuk membeli vaksin Covid-19 dari perusahaan farmasi AS Pfizer.

Baca Juga: Bukannya Ketakutan Kedoknya Bakal Terbongkar, Ilmuwan China Justru Mendukung WHO Lakukan Penyelidikan Soal Covid-19 di Wuhan, Ternyata Inilah Alasannya

Sementara itu, beberapa negara Asia Tenggara seperti Singapura dan Indonesia telah mencapai kesepakatan untuk membeli vaksin Pfizer.

Karena merasa tak terima negara tetangganya sudah mendapatkan akses vaksin tersebut, Duterte akhirnya memberikan ancaman pada Amerika.

Sebelumnyaada kabar bahwa Filipina berhasil mencapai kesepakatan dengan Amerika.

Pada awal Desember, Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr mengumumkan bahwa negara tersebut telah memesan 10 juta dosis vaksin Pfizer.

Berdasarkan perjanjian tersebut, vaksin akan dikirim ke Filipina pada awal 2021.

Namun, penjualan tersebut kemudian gagal, karena Menteri Kesehatan Filipina Francisco Duque "melakukan kesalahan".

Baca Juga: Ramalannya Terus Akurat Mulai dari Terjadinya Covid-19 hingga Perang China-India, Bocah India yang Dijuluki 'Nabi' Ini Ramalkan Hal Besar Ini Akan Terjadi Tahun 2021

Tetapi, tidak dijelaskan kesalahan apa yang dimaksud dalam konteks ini.

Duterte yang tak terima dengan kegagalan kesepakatan tersebut, mengecam Amerika Serikat.

"Jangan pernah percaya bahwa AS akan segera mengirimkan Covid-19. Itu omong kosong. Saya telah membuat kesepakatan dengan mereka berkali-kali," kata Duterte.

Hingga saat ini, Filipina baru berhasil memesan 2,6 juta dosis vaksin Covid-19 dari perusahaan farmasi Inggris AstraZeneca.

Sayangnya vaksin ini akan dikirim paling cepat Mei tahun depan.

Padahal Filipina saat ini sangat membutuhkan vaksin Covid-19 untuk menekan jumlah penyebaran yang terus bertambah di Filiina.

Artikel Terkait