Nakita.Id - Semua bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu dikategorikan sebagai bayi prematur. Perkembangannya di dalam rahim yang belum sempurna membuat bayi prematur lebih rentan mengalami berbagai masalah kesehatan dan kejiwaan. Tahun 2010, Indonesia menempati peringkat kelima negara dengan kasus kelahiran bayi prematur tebanyak di dunia. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan jumlah penduduk Indonesia yaitu sekitar 225 juta jiwa, dengan persentase angka kelahiran bayi prematur yang mencapai 675.700 kasus per tahun dari sekitar 4,5 juta kelahiran bayi per tahun.
Tingginya angka kelahiran prematur yang menghasilkan berat bayi lahir rendah (BBLR) di Indonesia salah satunya dikarenakan masih kurangnya asupan gizi yang mencukupi pada janin dan ibu. Selain itu, aktivitas ibu yang padat berpotensi meningkatkan stres sehingga bayi lebih cepat lahir. BBLR ini juga banyak terjadi pada kasus kehamilan yang tidak diinginkan. Perempuan yang memiliki riwayat melahirkan prematur maupun keguguran juga memiliki kemungkinan melahirkan prematur di kehamilan berikutnya. Lalu, ibu hamil di usia muda kurang dari 20 tahun dan hamil di usia lebih dari 35 tahun juga berisiko melahirkan bayi prematur. Begitu pula, kehamilan kembar dan ibu pengguna obat rentan melahirkan bayi prematur.
Baca juga: Harapan Hidup Bayi Prematur Berdasar Usia Kehamilan
Bayi prematur merupakan penyumbang terbesar dari angka kematian bayi dan memiliki kemungkinan kecacatan fisik. Selain itu, bayi yang hidup selamat pun masih memiliki kemungkinan mengalami gangguan kognitif, penglihatan dan pendengaran. “Sebenarnya aneka gangguan ini bisa diminimalisasi apabila ada perhatian dan support dari para dokter, orangtua, dan pemerintah untuk menginformasikan bagaimana pencegahan ataupun cara merawat bayi prematur. Perawatan neonatal satu jam pertama amat penting, terutama untuk menurunkan komplikasi neonatal, ” kata Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, Sp.A(K), saat peluncuran situs drrina.id di Resto Bunga Rampai, Jakarta (28/02). Situs ini dibuat oleh pakar perinatologi ini menghadirkan wadah edukasi interaktif berupa website khusus yang mengupas perawatan bayi prematur.
“Perawatan bayi prematur bisa dikategorikan sangat rumit dan kompleks karena besarnya risiko yang dapat terjadi saat awal kehidupan. Namun, kalau sejak awal ditangani dengan benar dan tepat, bayi prematur dapat tumbuh dan berkembang seperti bayi normal lainnya.”
Tentu saja dibutuhkan pengetahuan yang luas, kesabaran, dan keterampilan dari tim yang menangani bayi prematur. Selain itu, perawatan bayi prematur sering kali membutuhkan sarana perawatan medis yang lengkap dan teknologi canggih. Untuk saat ini, menurut Rinawati, negara yang mempunyai perlengkapan canggih berupa Neonatal Intesive Care Unit (NICU) yang lengkap dan melibatkan holistic care adalah Jepang, Swedia, dan Saudi Arabia.
Baca juga: 7 Mitos Bayi Prematur
Apabila sudah diketahui janin memiliki berat kurang dari 2.500 gram, Rinawati mengimbau masyarakat untuk bersikap bijak dalam memilih tempat persalinan nantinya. Tempat persalinan yang tepat dilengkapi fasilitas yang memadai diharapkan dapat menyelamatkan BBLR.
Bayi prematur yang tidak dirawat dengan benar dan kurang asupan nutrisi berisiko mengalami lemah mental dan tingkat kecerdasan rendah. "Penanganan dan pemberian nutrisi yang baik pada bayi prematur akan membuat bayi prematur sehat dan cerdas. Jangan sampai prematur menjadi ancaman masa depan generasi bangsa," ujar Rinawati yang juga mengajar di Divisi Neonatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Social Bella 2024, Dorong Inovasi dan Transformasi Strategis Industri Kecantikan Indonesia
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR