Selain itu, intervensi dalam bentuk apapun dari orangtua—seperti menggambari kukunya dengan gambar-gambar buruk rupa—akan terasa seperti hukuman baginya. Apabila orangtua bisa menahan diri dan memilih untuk tidak terlalu cerewet, anak akan cenderung lebih bisa menghilangkan kebiasaan itu sendiri, saat dia siap, dan akan merasa semakin nyaman untuk meminta bantuan orangtua.
• Bantu si kecil saat dia ingin berhenti
Jika teman-teman si kecil mengejeknya karena kebiasaannya itu, dia mungkin akan siap untuk berhenti—dan sangat membutuhkan bantuan orangtua. Yang sebaiknya dilakukan, pertama-tama, bicaralah dengannya soal ejekan yang ia terima dan dorong ia untuk memberi tahu ibu atau ayahnya tentang apa yang ia rasakan. Beri tahu si kecil bahwa orangtua sangat dan akan tetap menyayanginya bagaimanapun bentuk kukunya. Setelah itu melangkahlah lebih jauh untuk bersama-sama mencari solusi yang bisa dilakukan anak.
• Ajak si kecil bicara soal menghentikan kebiasaannya itu
Mulailah berdiskusi dengan si balita soal apa yang dimaksud dengan nervous habits dan apa yang bisa dilakukan untuk menghilangkannya. Setelah itu, tentukan bersama seberapa jauh peran orangtua dalam rencananya untuk berhenti. Apakah si kecil ingin kita mengingatkannya ketika ia tak sengaja melakukannya, ataukah hal itu akan mengganggunya?
• Bantu balita menyadari kebiasaannya tersebut
Dorong si kecil untuk lebih menyadari kapan dan di mana dia menggigiti kukunya. Buatlah kesepakatan untuk menciptakan pengingat rahasia di saat-saat dia lupa dan kembali melakukan kebiasaannya tersebut—mungkin dengan sentuhan lembut di bahu atau kode-kode rahasia. Beberapa anak menganggap pengingat fisik sangat efektif. Yang harus diingat, cara ini hanya akan berhasil jika anak ibulah yang memilih untuk mencobanya. Jika tidak, hal ini hanya akan terasa sebagai hukuman. Untuk gadis balita, Ibu bisa mengajaknya ke salon untuk melakukan perawatan manikur yang akan mendorongnya untuk menjaga kukunya dengan lebih baik dan membantunya menghilangkan kebiasaan menggigiti kuku.
• Tawarkan alternatif
Kita bisa memberi si kecil satu-dua aktivitas pengganti. Misalnya, memberinya mainan m saat si kecil harus melakukan perjalanan panjang, atau batu halus untuk digenggam saat ia ingin membaca. Cara lain, ajari si kecil sejumlah teknik relaksasi yang bisa ia lakukan ketika ia sangat ingin menggigiti kukunya—menarik napas dalam-dalam atau mengepalkan tangannya lalu membukanya.
• Alihkan pada hal lain
Beri kesempatan balita untuk “membakar” ketegangan dan energi akibat rasa gelisah. Misalnya dengan berlari-lari atau melompat. Beberapa ibu memberi balitanya kegiatan motorik halus, seperti meremas-remas mainan lembutnya atau mencoret-coret dinding yang intinya membuat tangan mereka tetap sibuk dan santai sekaligus.
• Coba dan coba lagi
Yang terakhir, ingatkan anak—dan juga diri kita sendiri—bahwa kebiasaan sulit diubah dan Ibu serta si kecil berada di pihak yang sama. Jika perlu ambillah waktu jeda, dan pastikan anak balita dicurahi banyak kasih sayang dan perhatian, terlepas dari berhasil-tidaknya ia meninggalkan kebiasaan tersebut. Di lain waktu, coba lagi untuk membantunya melepas kebiasaan tersebut. Pada akhirnya kesabaran dan ketekunan orangtua akan membuahkan hasil. (*)
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR