Misalnya, saat Mama sedang memasak, si kecil tiba-tiba mendekati kompor dan mengulurkan tangan. Saat hal seperti itu terjadi, segera cegah dengan kata-kata “Stop!” dan langsung menjauhkan tangan si kecil dari area kompor. Peringatan dibutuhkan saat ada situasi-situasi mendesak seperti itu.
Membentak, memarahi apalagi memukul dan memarahi tidak akan membuat batita Mama paham tentang arti waspada dan bahaya. Setelah larangan dan peringatan spontan yang kita keluarkan, biasanya si kecil merasa kaget atau marah. Oleh karena itu, setelah memberi peringatan dan mengamankan si kecil, yang perlu kita lakukan justru memeluknya kemudian dengan sabar memberi penjelasan sederhana tentang alasan peringatan kita. Seperti kejadian dengan kompor tadi, jauh si batita dari kompor dan jelaskan dengan tenang sesuai pemahamannya. Misalnya, “Kompor itu panas, nanti tangan adik terbakar.” Tataplah matanya dan berkomunikasilah sehangat mungkin, sehingga si kecil tahu bahwa mamanya melarang untuk melindungi dirinya, bukan karena marah atau tidak suka kepadanya.
Penting Mama dan Papa perhatikan bahwa peringatan mendadak seperti ini harus selalu disertai dengan penjelasan mengapa si kecil tidak boleh melakukannya. Jika Mama dan Papa tidak berhasil mengaitkan peringatan mendadak dengan perilaku yang dilarang, batita akan cenderung mengulangi lagi, karena ia tidak paham maksud larangan Mama dan Papanya. Seperti contoh dalam kasus kompor tadi. Ketika Mama hanya berkata, “Awas! Bahaya,” lantas menggiring si kecil keluar dari dapur tanpa menjelaskan apa yang dianggap bahaya, maka jangan terkejut kalau si kecil akan datang lagi mendekati kompor.
Selain itu, peringatan mendadak seharusnya memiliki fungsi kejut. Sehingga batita Mama akan langsung berhenti dari kegiatan yang membahayakan. Jika Mama dan Papa sering memberikan peringatan mendadak tanpa menjelaskan alasannya, maka efek kejutnya akan menghilang. Batita Mama seolah sudah “kebal” dengan peringatan Mama.
Oleh:
Amanda Setiorini (kontributor nakita)
KOMENTAR