Nakita.id - Kepolisian Rusia dan berbagai negara lain beberapa waktu lalu telah memeringatkan pada orangtua untuk lebih mengawasi anak-anak terkait game online di Whatsapp.
Game tersebut adalah game bunuh diri yang menargetkan anak-anak muda melalui pesan whatsapp.
Permainan melalui pesan itu dinamakan 'Momo' Game, sebuah permainan media sosial yang keji dan berbahaya yang setidaknya telah menelan beberapa korban.
Sebelumnya, permainan ini telah menelan korban anak 12 tahun yang ditemukan gantung diri usai melakukan permainan itu.
BACA JUGA: Beredar Game Momo Bunuh diri Lewat WhatsApp, Orangtua Harap Awasi Anak
Kembali menelan korban, seorang remaja asal India diduga bunuh diri karena permainan tersebut.
Remaja berusia 18 tahun, bernama Manish Sarki, ditemukan tewas gantung diri di sebuah kandang ternak dengan kata-kata "Illuminati" dan "mata setan" yang tertulis di dinding.
Berikut dengan gambar simbol illuminati dan mata satu di tengahnya.
Murid sekolah swasta itu hilang dari rumahnya di Kurseong, India, pada hari Senin (20/8) sebelum mayatnya ditemukan malam itu juga.
Polisi mengatakan mereka memeriksa grafiti, termasuk gambar "pria yang digantung" di mana menurut sepupu Manish, gambar tersebut ada di dalam Momo Games.
Arjun Ghatani, sepupu Manish mengatakan kepada Hindustan Times, "Game ini menjadi penyebab utama ia bunuh diri"
Ibunya, Chandra Maya Sarki, mengatakan kepada surat kabar lokal, “Putraku tulus, pekerja keras, dan tidak bermasalah. Dia dulu hanya bermain game online.
Saya sangat percaya bahwa tantangan Momo membawanya menjauh dari kami," tambahnya.
Sarita Sharmaa, seorang guru di Sekolah St. Alphonsus tempat dia belajar, mengklaim bahwa beberapa teman Manish telah memainkan tantangan Momo, tetapi tak lagi main setelah beberapa waktu.
BACA JUGA: Heboh Momo Challenge, Ternyata Ada 5 Aplikasi Smartphone yang Diduga Berbahaya Untuk Anak!
Harikrishna Pai, seorang inspektur polisi, mengatakan petugas kepolisian memperingatkan orangtua dan murid tentang bahaya tantangan online seperti Momo.
Momo game ini masuk dalam fenomena Blue Whale, fenomena media sosial yang mengerikan di mana anak-anak didorong untuk melakukan tugas sehari-hari yang mengerikan termasuk menyakiti diri sendiri, menonton film horor, dan bangun pada jam yang tidak biasa.
Tugas yang dikeluarkan oleh para pengguna game untuk korban selalu meningkat dari hari ke hari hingga hari ke-50 di mana korban diarahkan untuk melakukan bunuh diri.
Mengenai fenomena Blue Whale, National Society for the Prevention of Cruelty to Children (NSPCC) yang berpusat di London mengatakan, anak-anak seharusnya tidak merasa tertekan untuk melakukan apa pun yang membuat mereka merasa tidak aman.
Seorang juru bicara dari NSPCC berkata: “Anak-anak dapat mengalami kesulitan untuk menghadapi tekanan teman sebaya tetapi mereka harus tahu bahwa tidak apa-apa untuk menolak mengikuti orang gila yang membuat mereka merasa tidak aman atau takut," kata dia.
“Orangtua harus berbicara dengan anak-anak mereka dan tekankan bahwa mereka dapat membuat pilihan mereka sendiri dan mendiskusikan cara untuk mengatakan tidak," tambahnya.
BACA JUGA: Melapor Anaknya Diculik, Ibu Ini Ternyata Bunuh dan Masukkan Mayat Putrinya ke Ransel!
Tugas paling penting dari orangtua di zaman semua ikut larut dan serba ikut-ikutan adalah meyakinkan anak-anaknya bahwa mereka tetap dapat diterima dalam kelompok atau pertemanan dengan tetap menjadi dirinya sendiri.
Kepercayaan diri ini penting untuk membantu anak menolak bila diminta melakukan sesuatu yang dapat menyakiti mereka atau membuat mereka tidak nyaman, oleh pihak lain.
Di Indonesia sendiri belum ditemukan kasus serupa, tapi sebagai orangtua mengawasi anak-anak tentu menjadi penting karena mudahnya teknologi informasi membuat segala hal merambah secara cepat. (*)
Source | : | The Sun |
Penulis | : | Fita Nofiana |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
KOMENTAR