Menyentuh, Cara Orang Jepang Membantu Para Ibu Mengatasi Kesedihan Usai Keguguran

By Dini Felicitas, Rabu, 15 Februari 2017 | 22:45 WIB
Patung Jizo di Kuil Zojoji di Jepang. (Dini Felicitas)

Nakita.id - Mengalami keguguran, apalagi bagi pasangan yang sudah lama mendambakan kehadiran anak, pastilah sangat menyakitkan. Boleh dibilang, sama sedihnya dengan ketika anak kita meninggal ketika sudah tumbuh besar. Dan, Mama dan Papa seringkali jadi susah move on setelah keguguran, dan masih terbayang kejadian tersebut hingga berbulan-bulan kemudian.

Oleh karena sulitnya orangtua melupakan peristiwa keguguran itulah, orang Jepang menciptakan suatu tradisi untuk menghargai para ibu yang mengalami keguguran. Cara orang Jepang membantu para ibu mengatasi kesedihan setelah keguguran ini bahkan mulai menyebar ke dunia Barat.

Di Jepang, kaum ibu bisa mendapatkan penghiburan melalui patung Jizo yang dapat ditemukan di kuil-kuil dan pemakaman di seluruh negeri. Patung-patung ini diyakini sebagai pelindung anak-anak dan bayi yang belum lahir dalam ajaran Buddha yang menjadi keyakinan orang Jepang. Mereka percaya bahwa bayi yang tidak memiliki kesempatan untuk membangun karma yang baik di bumi akan dibantu oleh Jizo untuk menuju ke akhirat melalui lengan jubahnya.

Patung-patung itu umumnya memang diberi jubah atau pakaian hangat oleh para perempuan peziarah, dengan harapan bahwa mereka akan melakukan hal yang sama untuk anak mereka yang belum lahir. Jizo merepresentasikan seorang pendeta Buddha, dan ketika orang memberikan pakaian untuk sebuah patung biksu, mereka akan mendapatkan pahala. Mendandani Jizo akan memberi peluang bagi si pemberi pakaian untuk berinteraksi dengannya.

Patung Jizo sebagai pelindung anak-anak juga menjadi bahan penelitian Hank Glassman, Associate Professor untuk East Asian Studies di Haverford College in Pennsylvania. Menurutnya, Jizo merawat jiwa-jiwa anak yang belum sempat dilahirkan, dan mereka yang meninggal di usia muda.

Anak-anak tersebut diyakini telah pergi ke suatu tempat yang disebut sai no kawara, di mana mereka harus membangun timbunan batu menjadi menara kecil. Mengapa harus dibuat dari batu, karena batu memiliki nilai spiritual yang menjadi keyakinan Buddhism. Tetapi setiap malam menara batu itu dihancurkan oleh iblis, sehingga hari berikutnya anak-anak harus membangun tumpukan batu yang baru.

"Pembuatan menara ini untuk membantu orangtua memperoleh jasa untuk bekal di alam baka mereka sendiri. Itu sebabnya mengapa kita kadang-kadang melihat batu-batuan yang sudah dibuat menjadi menara mini di samping patung Jizo. Orang-orang membuatnya demi jiwa-jiwa anak-anak ini, untuk membantu mereka mencapai tujuan. Orang-orang juga meninggalkan mainan, permen, atau buah-buahan sebagai persembahan di bawah patung Jizo," kata Glassman, yang juga penulis buku The Face of Jizo: Image and Cult in Medieval Japanese Buddhism ini.

Selain itu, kaum perempuan juga berdoa pada patung Jizo untuk mengharapkan kesuburan dan persalinan yang mudah.

Sekarang praktik ini menyebar lebih jauh dari Jepang. Para perempuan di Amerika Serikat mengakui, bahwa mereka merasakan bagaimana patung Jizo membuat mereka terhibur dan mendapatkan ketenangan setelah mengalami keguguran.

Penulis Angela Elson dalam ulasannya di New York Times memaparkan, berkat Jizo dia telah mendapatkan kenyamanan setelah kehilangan janinnya di usia 10 minggu. "Jizo mengingatkan kita pada bayi yang telah meninggalkan kita -tidak sering-sering amat sehingga membuat kita sedih, tapi cukup sering sehingga kita tidak melupakan dia sepenuhnya," katanya.

Meskipun belum banyak orang yang mendengar tentang patung Jizo dan tradisi Jepang ini, namun Jizo diyakini kerapkali memberikan kenyamanan kepada para orangtua dalam situasi yang sama (ditinggalkan anak untuk selamanya). Seorang ibu, yang putrinya meninggal di usia 16, mengatakan dia menyimpan dua patung Jizo di kebunnya. Kadang-kadang, ia membakar dupa di samping patung tersebut ketika sedang mengenang sang anak.

Banyak perempuan lain yang berbagi pengalaman di forum-forum online, bagaimana patung Jizo membantu melupakan kesedihan sesudah keguguran. "Atasan saya memberikan patung Jizo ini setelah keguguran saya yang pertama. Saya mencoba mencari tahu tentang patung itu, dan akhirnya tahu kalau ia mungkin sedang menjaga bayi-bayi kita," ujar salah seorang ibu yang berbagi pengalaman pada tahun 2012.

Selain menghadirkan patung-patung Jizo, Miscarriage Association (Asosiasi Keguguran) di Jepang memberikan saran-saran tentang cara mengenang kepergian seorang bayi saat kehamilan. Mereka menawarkan sertifikat, upacara peringatan, menanam bunga atau pohon, menyalakan lilin pada peringatan keguguran tersebut, menciptakan kotak memori, hingga mengumpulkan uang untuk amal untuk memberi penghargaan pada para ibu dan bayi yang terpisahkan itu.