Nakita.id – Perkembangan emosi anak ternyata terjadi sejak bayi baru lahir hingga ia dewasa. Salah satu cara ia belajar emosi adalah dengan pengalaman yang didapatkan oleh anak dari interaksi dengan orang sekitar. Maka, Ibu juga memiliki peran penting dalam membantu perkembangan emosi bayi. Anak memulai perkembangan emosinya dengan mengenal emosi dari orang-orang yang ada di sekitarnya.
Baca juga: Perkembangan kemampuan emosi, sosial dan kemandirian bayi
Pada bayi baru lahir, si kecil sudah mulai memberikan respons terhadap sentuhan. Ia juga mulai mendengar suara dan melihat samar-samar hal-hal yang ada di sekitarnya. Masuk ke usia tiga bulan, anak akan mengenali wajah sekitarnya dan mulai menangis ketika merasakan tidak nyaman. Ia juga mulai mengekspresikan rasa gembiranya dengan melambaikan tangan dan kakinya.
Sementara menginjak usia enam bulan, bayi akan semakin memahami emosi Ibu misalnya dari nada bicara. Ia juga ikut mengekspresikan emosi serta merespons ketika Ibu berbicara dengan membuat gerakan. Ia juga bisa mengekspresikan rasa tidak sukanya. Bayi mulai menunjukkan kenyamanan dengan orang di sekitarnya dan cenderung cemas ketika bersama orang asing. Jelang usia satu tahun, anak lebih bisa mengeskpresikan suasana hati seperti senang, sedih dan marah. Kadang beberapa anak menempel dengan Ibu atau Ayah sehingga kerap mengalami kecemasan berpisah.
Baca juga: Ini lo caranya agar anak cerdas emosi
Dr. David Hill dari University of North Carolina Internal Medicine and Pediatrics mengungkapkan membantu perkembangan emosi anak bisa dilakukan sejak bayi. Misalnya memperbanyak interaksi dengan si kecil. Ibu bisa memperbanyak kontak mata, sering ngobrol dengan bayi dan melakukan kegiatan bersama. Hal ini akan membuat Ibu memahami emosi bayi. Saling memahami emosi sangatlah perlu agar kita dan si kecil bisa membangun komunikasi yang efektif dan menanggapi perilaku anak dengan tepat.
Bayi mungkin saja mengalami ledakan emosi, misalnya ketika dilarang memegang sesuatu ia bisa saja menangis. Kondisi ini bisa membuat Ibu stres dan merespons dengan emosi negatif. Padahal Ibu hanya perlu membantu anak untuk mengenali perasaannya.
Baca juga: Perkembangan sosial emosi pada bayi
Ibu juga perlu memberi contoh kepada anak agar ia terbiasa dengan aturan dan disiplin. Misalnya bayi menolak tidur karena sedang asyik bermain. Berikan pengertian sederhana bahwa malam hari adalah waktunya tidur. Langkah berikutnya adalah berikan stimulus dengan membuat ruangan jadi lebih temaram. Dendangkan lagu yang membuatnya tenang hingga ia mengantuk. Dengan ketegasan yang lembut dari orangtua, emosi negatif berupa tangisan protes si kecil bisa dialihkan dengan cara efektif dan tidak membuat stres.