Terungkap, Percakapan Komunitas Pedofil yang Bikin Geram. Jauhkan Anak dari Pelecehan Seksual!

By Gisela Niken, Sabtu, 18 Maret 2017 | 09:00 WIB
Terapi Untuk Anak Korban Kekerasan Seksual (Puri)

Nakita.id – Kejahatan seksual pada anak semakin mudah ditemui di sekitar kita. Seperti yang dikutip dari Kompas.com, Polda Metro Jaya baru saja membongkar tindak kekerasan seksual terhadap anak oleh komunitas pedofil yang tergabung dalam grup Facebook “Offical Candy’s Group”. Dalam keterangannya, Kapolda Metro Jaya Irjen Mochamad Iriawan menjelaskan grup tersebut adalah komunitas pedofil yang saling berbagi konten pelecehan dan pencabulan terhadap anak-anak.

Baca juga: Waspada, Ini Ciri-ciri Anak Korban Penganiayaan Seksual

“Member harus mengirimkan gambar-gambar yang ia buat saat melakukan kejahatan seksual terhadap anak kecil kepada member yang lainnya. Kemudian posting video atau gambar porno yang anaknya belum pernah di-upload, jadi ada korban baru,” kata Iriawan yang dilansir Kompas.com. Anggota yang mengirimkan foto tindak kejahatannya kepada admin diberi upah Rp15.000. Tak disangka, grup yang dibuat pada 2016 itu memiliki anggota sekitar 7.479 orang.

Melihat fakta begitu banyaknya orang yang menginginkan anak menjadi korban, Ibu dan Ayah perlu meningkatkan kewaspadaan dan memberikan pendidikan seks yang tepat pada anak sejak kecil. Pencegahan sangat dibutuhkan agar ia paham mana hal-hal yang membahayakan dirinya. Irawati Istadi, S.Pd, salah seorang penulis buku dan pemerhati pendidikan seks berbagi cara mengajarkan pendidikan seks usia dini. Menurutnya mengajarkan seks tidak harus menunggu sampai diajarkan di sekolah. Bahkan dalam usia prasekolah, anak harus paham mengenai bagian intimnya.

Baca juga: Terapi Untuk Anak Korban Kekerasan Seksual 

Kenalkan organ intim, bagaimana cara membersihkannya dan jelaskan bahwa ada perbedaan antara alat kelamin laki-laki dan perempuan. Jangan lupa beri pemahaman bahwa alat kelamin hanya boleh disentuh oleh ibu atau pengasuh dan dokter yang sedang memeriksanya dengan ditunggui Ibu. Sisanya tidak ada orang lain yang boleh menyentuhnya. Ibu tak perlu menjelaskan pengetahuan seks yang terlalu jauh dan sulit karena akan membuat anak salah paham. Gunakan kata-kata dan contoh sederhana dan lakukan komunikasi yang terbuka agar anak tidak merasa takut dan sungkan.

Menurut Irawati, dalam tabloid Nakita Edisi 469, orangtua juga memainkan peran penting dalam menjelaskan tanda-tanda orang yang mencurigakan. Misalnya mengajari anak untuk menolak atau menjauhi orang dewasa yang sering mendekatinya, merangkul, mengelus, dan mencium. Perlu diingat, pelaku kejahatan seksual terhadap anak tentu tidak bersikap dingin. Justru, mereka sangat mudah bergaul dengan anak sehingga  dengan mudah calon korban mau dekat dengan mereka.

Baca juga: Waspada, Ini Ciri-ciri Anak Korban Penganiayaan Seksual

Ibu juga harus terbuka dan merespons dengan baik ketika anak bertanya atau mengutarakan pengalaman seksualnya, misalnya anak laki-laki bilang bahwa menarik-narik penis itu rasanya enak, atau menyemprotkan air ke vagina membuat anak perempuan betah mandi berlama-lama. Tanggapan yang wajar dan arahan yang mendidik dari Ibu dan Ayah akan memberi kesan pada anak bahwa kita memiliki empati padanya. Jika misalnya anak mengalami pelecehan seksual, ia jadi lebih mudah untuk bercerita. Justru, Ibu perlu menjelaskan bahwa seks yang sehat bukanlah hal yang negatif untuk diungkapkan. Selain itu,  pengawasan terhadap lingkungan bermain dan beraktivitas anak sangat penting untuk dilakukan agar anak tidak mudah menjadi korban pelecehan seksual.