5 Kebiasaan Buruk Anak-anak yang Bisa Berubah Jadi Baik

By Avrizella Quenda, Jumat, 14 April 2017 | 11:32 WIB
Ucapkan kata-kata baru dengan menunjukkan ekspresi Mama. (Dini Felicitas)

Nakita.id - Apakah anak Ibu benar-benar nakal, seperti yang selalu Ibu pikir? Atau sebenarnya, ia sedang mencari cara untuk mengekspresikan diri. Alih-alih menghukum anak karena kebiasaannya yang dinilai buruk, lebih baik Ibu membantunya menyalurkan energinya untuk kegiatan yang lebih positif. Berikut 5 kebiasaan anak yang bisa diubah menjadi kebiasaan baik.

1. Bermain kasar dan kegiatan berbahaya

Jika Ibu sering melihat anak melompat dari sofa, manjat meja, atau bergulat dengan saudara-saudaranya atau kadang-kadang bermain perang-perangan, Ibu pastilah khawatir tentang keselamatan anak-anak.

Baca juga : 5 Kebiasaan Buruk Orangtua Yang Berpengaruh Pada Perilaku Anak

Penyebab: Anak-anak belajar melalui bermain sehingga dengan bermain kasar satu sama lain atau melakukan berbagai kegiatan berbahaya membantu mereka mengembangkan berbagai keterampilan. Anak mungkin tidak mendapatkan cukup latihan atau kesempatan untuk terlibat dalam aktivitas fisik. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa anak-anak di Singapura ditemukan secara fisik tidak aktif, selama 98,7% dari waktunya di akhir pekan dan 90,2% selama hari kerja.

Saran: Sebaiknya, Ibu mendukung anak untuk mengambil bagian dalam kegiatan fisik seperti berjalan ke sekitar taman, bermain di luar rumah, olah raga, bersepeda di sekitar lingkungan rumah, atau bahkan melakukan hal-hal menyenangkan bersama-sama sebagai sebuah keluarga. Health Promotion Board (HPB) merekomendasikan anak-anak berusia di bawah tujuh tahun harus mendapatkan setidaknya tiga jam waktu bermain harian di lingkungan yang aman; sedangkan anak yang lebih tua (antara 7 - 18 tahun) harus memiliki setidaknya 60 menit aktivitas fisik per hari.

2. Berbohong

Anak mulai berbohong jika ia merasa tidak dipercaya atau terus-menerus disalahkan kedua orang tuanya. Dan kebohongan ini jika dibiarkan akan menjadi kebiasaan buruk di masa depan.

Penyebab: Anak-anak usia sekitar tiga sampai tujuh tahun masih belajar untuk membedakan antara fantasi dan kenyataan. Jadi, jika si kecil menceritakan kisah-kisah tinggi, itu mungkin hanya karena imajinasi liarnya. Begitu anak berusia lima tahun, ia perlahan-lahan akan mulai memahami konsep berbohong dan juga memahami pentingnya untuk selalu jujur. Jika Ibu menemukan anak yang lebih tua terus-menerus mengatakan kebohongan, mungkin bisa karena ia takut dihukum jika mengatakan yang sebenarnya tentang situasi tertentu.

Saran: Cobalah untuk tidak terlalu keras pada anak Ibu dan buatlah ia memahami bahwa jujur itu lebih baik -- jangan cepat-cepat menghukumnya, atau ia akan takut mengatakan kebenaran pada Ibu. Jika ia tampaknya punya banyak cerita yang kreatif, buat imajinasinya bermanfaat, dan biarkan dia menulis kisah-kisahnya di atas kertas. Ibu juga bisa mendaftarkannya dalam sebuah kelas drama. Jadi, ia punya cara lain untuk mengekspresikan diri dan mengalirkan ide-ide kreatifnya. 

Baca juga : Kebiasaan Anak Membuka Baju Jangan Dibiarkan

3. Menggambar pada furnitur dan merusak barang-barang