Nakita.id -
Untuk mengetahui apakah Ibu menderita endometriosis atau tidak, dapat dilakukan pemeriksaan fisik dengan scan, seperti ultrasound dan MRI. Pemeriksaan yang dapat diandalkan dan mampu memberikan diagnosis tepat adalah laparoskopi. Caranya dengan memasukkan tuba kecil yang di dalamnya terdapat kamera ke dalam perut. Metode ini dapat melihat area organ panggul dan kemudian diambil sedikit jaringan untuk dianalisis.
Sementara pengobatan endometriosis tidak ada yang permanen. Umumnya pengobatan bertujuan menghilangkan nyeri, memperlambat pertumbuhan endometriosis, meningkatkan kesuburan, dan mencegah kambuhnya endometriosis setelah pengobatan.
Jadi, dalam menangani endometriosis, yang dapat dilakukan adalah manajemen nyeri dengan menggunakan antinyeri, antisteroid, golongan hormon, serta golongan enzim dengan prinsip pengobatan membuat menopause atau kehamilan palsu. Ketika nyeri tidak tertolong karena adanya kista, pengobatan dapat dikombinasi dengan tindakan laparoskopi atau laparoktomi (pembedahan).
Selanjutnya, manajemen infertilitas, biasanya dilakukan operasi karena endometriosis akan mengganggu menempelnya janin ke rahim, gerak sperma, pematangan sel telur, menyumbat saluran telur, serta mengubah struktur anatomi organ genitalia. Selain itu, sebagian perempuan dengan endometriosis melakukan terapi gizi, seperti mengurangi makanan berlemak dan tinggi kalori, serta menghindari junkfood.
Untuk pencegahan, lakukan pola hidup sehat, yakni mengonsumsi makanan bergizi seimbang, cukup istirahat, dan melakukan olahraga secara rutin. Hindari mengonsumsi junkfood yang tinggi lemak dan protein, begitu pun makanan yang tercemar dengan logam berat, seperti seafood dari wilayah yang tercemar logam berat. Hindari pula makanan yang menggunakan MSG atau bumbu-bumbu penyedap. Selain itu, tingkatkan daya tahan tubuh dan perbaiki lingkungan hidup di sekitar dengan menurunkan tingkat polusi.
Narasumber: Dr. H. Andon Hestiantoro, SpOG(K) Seminar “Terobosan Terbaru: Bebas Nyeri Endometriosis”, Jakarta, 19 September 2013