Menyesal Setelah Memarahi Anak? Lakukan 6 Hal Ini untuk Berdamai Kembali

By Megiza, Selasa, 25 April 2017 | 06:30 WIB
Jelaskan pada anak apa yang membuat Ibu marah. (Dini Felicitas)

Nakita.id - Anak makan di dalam kamar tidur sehingga membuat kasur menjadi kotor, atau menumpahkan semua mainan ke lantai tanpa mau membereskan lagi, pasti menjadi hal yang mudah menyulut amarah Ibu. Belum lagi ketika mereka menumpahkan makanan dengan sengaja karena tak mau memakannya, sehingga membuat Ibu harus membersihkan sekaligus menyiapkan makanan yang baru.

Umumnya, Ibu langsung berteriak ketika menghadapi hal-hal seperti itu. Terlebih ketika hal itu terjadi pada malam hari, saat tenaga Ibu sudah habis terkuras setelah mengurus anak sepanjang hari. Tak sekali-dua kali Ibu jadi menyalahkan Ayah karena tak pernah mengalami situasi semacam itu saat bersama anak.

Kalau Ibu sudah naik pitam, anak kerap merasa ketakutan dan membuat suasana antara Ibu dan anak mendadak terasa jauh. Tak jarang juga, anak bakal menganggap teriakan Ibu sebagai rasa benci. Kalau sudah begini, anak pun menjauh dari Ibu karena merasa Ibu tidak menyayanginya lagi.

Sebaliknya, Ibu pun menyesal karena merasa terlalu keras pada anak. Bagaimana pun, terkadang mereka masih bertindak dengan alam berpikir anak balita yang masih belum matang.

Agar anak tidak merasa dibenci karena dimarahi, dan Ibu tidak menyesal belakangan, ikuti enam hal yang perlu dilakukan usai memarahi anak:

1. Menenangkan diri Kelelahan atau frustrasi kerap menjadi pemicu Ibu mudah marah. Ketika hal itu terjadi, sebaiknya Ibu ambil beberapa menit untuk menenangkan diri dan menyadari apa yang menyebabkan Ibu dengan mudah meledakkan amarah. Beritahukan kepada anak-anak bahwa Ibu membutuhkan waktu untuk menenangkan hati. Di satu sisi, cara ini dapat menjadi pembelajaran untuk anak, bahwa mereka memerlukan waktu untuk memahami apa yang dirasakan sebelum akhirnya melupakan kejadian yang menyebalkan tersebut.

2. Meminta maaf Setelah suasana hati tenang, meminta maaf adalah hal yang penting. Minta maaflah pada anak atas kemarahan yang Ibu tunjukkan, dan karena membuat anak ketakutan. Juga, karena Ibu tidak dapat bereaksi dengan cara yang lebih baik untuk menghadapi masalah tersebut. Cara ini dapat mengajarkan anak bahwa terkadang manusia membuat pilihan yang salah, namun tetap harus bertanggung jawab dan meminta maaf ketika itu terjadi.

3. Jelaskan alasannya Berikan penjelasan kepada anak apa yang membuat Ibu marah, dan bahwa Ibu marah atas perbuatan yang dilakukan anak, dan bukan benci padanya. Sampaikan kepada anak bahwa Ibu sedang lelah, stres atau sudah kehabisan tenaga, yang kemudian membuat Ibu mudah kesal ketika melihat rumah berantakan atau makanan tumpah.

4. Memberikan solusi Setelah menjelaskan kepada anak, sebaiknya beritahu anak tentang hal-hal apa saja yang bisa membuat Ibu kesal karena tidak dilakukan sesuai yang diminta. Sampaikan agar sebaiknya anak tidak mengulangi hal itu lagi. Setelah itu, buat solusi untuk diri sendiri, mengenai bagaimana sebaiknya bereaksi jika hal-hal itu terjadi lagi.

5. Mendekatkan diri dengan anak Menunjukkan bahwa Ibu meminta maaf dan sudah tak lagi marah adalah cara yang tepat untuk mencegah terjadinya situasi yang sama. Berusaha dekat dengan anak melalui dialog atau bicara dari hati ke hati akan membuat anak lebih mudah mendengarkan Ibu tanpa harus berteriak terlebih dulu. Kadang-kadang, anak lebih mudah mendengarkan ketika kita berbicara dengan lembut lho.

6. Memaafkan diri sendiri Semua orang pasti pernah membuat kesalahan. Dari kesalahan itu tentunya akan terpicu keinginan untuk memperbaiki diri. Karenanya, usai memarahi anak, hal terakhir yang harus dilakukan oleh Ibu adalah menghapus rasa bersalah, karena Ibu dan anak mendapat pelajaran yang berharga dari kejadian tersebut.

Nah, Bu, tak usah menyesal setelah memarahi anak, ya. Karena, anak tetap harus ditegur jika berbuat salah. Intinya, enam hal ini harus dilakukan setelah memarahi anak agar ia tak merasa dibenci, dan Ibu dapat berdamai dengan diri sendiri.