Nakita.id - Pendidikan seksualitas ternyata bukan hal tabu yang harus dihindari oleh setiap orangtua. Sebaliknya, tanamkan pengetahuan tentang seks secara dini agar anak-anak bisa memahaminya dengan pola pikir yang sehat. Dalam mengajarkan edukasi ini, sebaiknya orangtua bersikap terbuka kepada anak agar perkembangannya pun normal.
Namun, bagaimana jika batita Ibu sering sekali memegang alat kelaminnya? Hal ini biasanya dialami oleh anak laki-laki yang sering memegang atau bahkan memainkan penisnya. Anak cenderung memasukkan tangannya ke dalam celana sepanjang waktu. Tentu saja, hal ini pasti membuat orangtua, terutama Ibu menjadi tidak nyaman. Apalagi saat berada di keramaian, tempat umum, atau situasi dan kondisi lainnya.
Dengan cara yang tidak menghakimi, tidak menuduh, sebaiknya cari tahu penyebab anak suka memegang penisnya agar nantinya Ibu tahu cara mengatasinya. Berikut alasan mengapa anak laki-laki sering memegangi penis sepanjang waktu:
(Baca juga : Suka Memainkan Alat Kelamin)
1. "Tanganku dingin."
Alasan yang pertama ialah anak mengaku bahwa tangannya sering merasa kedinginan, sehingga anak senang menghangatkan tangan sambil memegang penisnya yang “katanya” memiliki suhu panas yang sesuai. Sebenarnya tindakan yang ia lakukan sulit diterima logika. Karena hal ini, mungkin Ibu perlu banyak berkomunikasi dengannya agar anak bisa memahami sedikit demi sedikit bahwa tindakannya ini sebaiknya tidak dilakukan lagi.
2. "Tidak ada orang lain yang akan bermain dengan saya."
Daya imajinasi anak di usia batita memang sedang aktif-aktifnya dilakukan. Bila anak menganggap penisnya sebagai teman bermain karena tidak ada yang mau menemaninya bermain di kamar, maka Ibu harus selalu hadir untuknya, ajak ia bermain sehingga kebiasaannya ini perlahan menghilang.
(Baca juga : Atasi Anak yang Suka Pegang Alat Kelamin)
3. "Saya tidak ingin kehilangannya."
Bila anak memiliki pandangan atau pemahaman yang salah tentang alat kelaminnya, maka yang terjadi adalah anak akan sangat “ketergantungan” dengan penisnya. Sehingga, ada perasaan ketakutan untuk kehilangan. Nah, untuk itu penting untuk mengajarinya tentang pendidikan seksualitas menggunakan bahasa yang mudah ia cerna dan pahami.
4. "Aku hanya lelah, Bu."