Ini yang Terjadi Ketika Anak-anak Dibiarkan Main Lego!

By Dini Felicitas, Jumat, 23 Juni 2017 | 03:00 WIB
Lego mendorong anak untuk berpikir kreatif dan inovatif. (Dini Felicitas)

Nakita.id - Banyak orang saat ini memandang Lego sekadar sebagai salah satu permainan yang populer untuk semua kalangan, dari anak-anak hingga orang dewasa. Namun tak banyak yang menyadari bahwa Lego punya manfaat yang sangat besar bagi anak yang sedang mengembangkan kreativitasnya.

Menurut Ananto Kusuma Seta, PhD, Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Inovasi dan Daya Saing, Lego sangat penting dalam membentuk kepribadian seseorang. Ia lantas berkisah tentang pengalamannya mengenalkan Lego pada putranya.

"Tahun 1988, ketika membawa anak saya ke Amerika, mainan pertama yang ia pelajari adalah Lego. Tagline Lego itu kan smart and creative. Kita manusia ini lahir untuk bermain. Jadi Lego bukan sekadar mainan, tetapi juga media untuk menuangkan kreativitas. Di balik Lego ada pelajaran tentang karakter, creative thinking, dan collaboration among kids. Permainan ini bisa menjadi fondasi kuat untuk kecerdasan dan karakter anak," paparnya, di sela-sela peluncuran kampanye #BuildldAmazing di

* Sebagai permainan yang membutuhkan kreativitas. * Menumbuhkan kepercayaan diri pada anak. * Membangun kebersamaan dan gotong royong, karena di dalam permainan ini tim yang bekerja, bukan individu.

Di negara asalnya, Denmark, Lego juga sudah menjadi permainan sehari-hari yang bisa digunakan sejak anak berumur 2 tahun. Saat ini, Lego bahkan sudah dipakai sebagai materi belajar di sekolah-sekolah, menjadi bagian dari pelajaran robotik, demikian menurut Duta Besar Denmark, Casper Klynge.

"Saya sendiri sudah bermain Lego selama 43 tahun ini, dan sekarang dua anak saya di Indonesia juga suka main Lego. Jadi saya punya alasan untuk terus bermain Lego," seloroh Klynge.

Kegemaran akan permainan ini membuatnya bisa lebih sering menghabiskan waktu bersama anak, karena mereka jadi punya "project" bersama.

“Lego tidak hanya diciptakan sebagai mainan biasa, tetapi juga untuk memberikan stimulasi agar anak lebih kreatif dan cerdas. Bukan hanya anak-anak yang menyukai Lego, tetapi juga kita yang sudah dewasa,” katanya.

Menurutnya, setiap orang di dunia ini rata-rata memiliki 62 Lego bricks, tetapi hal ini tidak dapat diaplikasikan di Indonesia karena populasi Indonesia yang begitu besar. Dengan alasan itulah Lego merilis kampanye di Indonesia untuk memperkenalkan Lego ke lebih banyak masyakat, sekaligus untuk membuktikan komitmen dalam menstimulasi anak agar lebih cerdas, inovatif, kreatif, karena itulah kompetensi yang diharapkan untuk anak Indonesia.

Ananto menambahkan, pada tahun ajaran baru yang dimulai pada bulan Juli nanti akan ada program baru dari kementerian, yaitu Character Building and Literacy. Permainan seperti Lego dinilainya dapat menjadi alat bagi anak untuk memelajari karakter yang kuat dan terpelajar. Karena dengan dibangunnya kreativitas sejak dini akan berdampak dengan kapasitas sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Saat ini, Kemendikbud bekerjasama dengan Lego Group untuk memasukkan permainan ini di berbagai PAUD dan RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak). Sebab, Lego sudah memetik ide-ide yang tercetus dari imajinasi murni anak-anak dan mengubahnya menjadi sebuah karya nyata yang dapat disentuh. Hal ini berawal dari pengamatan Lego Group terhadap keterlibatan anak dengan permainan membangun balok ini.

Ketika sekelompok anak dibawa bersama ke sebuah taman bermain Lego dan diminta untuk membangun "sesuatu yang bisa terbang", hanya menggunakan imajinasi dan Lego, mereka kembali dengan sebuah ide yang setiap detailnya begitu menyenangkan dan seimajinatif yang bisa dibayangkan -seperti awan terbang yang menjatuhkan hujan permen.