Ini Penyebab Batita Selalu Terobsesi Menjadi yang Pertama dalam Segala Hal

By Ida Rosdalina, Rabu, 14 Juni 2017 | 08:45 WIB
Alasan Pentingnya Menanamkan Pola Pikir Berkembang Pada Anak (Ida Rosdalina)

Nakita.id - Keinginan untuk selalu menjad yang pertama -- dan kegaduhan yang mengikutinya -- adalah perkembangan mental yang wajar bagi anak-anak usia tiga hingga lima tahun, kata Beth Stockton, seorang dosen di School of Early Childhood, George Brown College, Toronto, dan seorang pendidik anak usia dini yang terdaftar. Bagi banyak anak-anak prasekolah, kombinasi dari tiga faktor berkontribusi pada perilaku tersebut.

Anak-anak seusia ini penuh inisiatif. "Mereka mencoba menjadi pelaku," kata Beth.

Batita juga egosentris, yang berarti mereka benar-benar tidak dapat membayangkan untuk menempatkan posisi orang lain sebelum diri mereka sendiri. "Obsesi menjadi yang pertama adalah keterampilan kognitif, dan ini juga keterampilan sosial," kata Beth.

"Anak-anak tidak membentuk pemahaman abstrak hingga mereka berusia enam atau tujuh tahun," kata Beth. Bagi beberapa batita, ingin menjadi yang pertama mungkin berakar pada keinginan untuk menjadi lebih baik daripada yang lain.

(Baca juga : 6 Tip Menghadapi Perubahan Perilaku Bayi Usia 4 Bulan)

"Mereka terus-menerus membandingkan diri mereka dengan orang lain, dan bagaimana kita menanggapi dampak konsep diri mereka, yang masih berkembang juga," kata Tracia Finlay-Watson, yang mengajar instruksi pendidikan jasmani di Universitas Toronto. "Menjadi pertama membuat mereka merasa istimewa, dan mereka mendapatkan pengakuan untuk itu. Kita semua ingin merasa seperti itu."

Meskipun orang tua perlu berhati-hati untuk tidak memadamkan inisiatif dan antusiasme anak-anak, ada kalanya Ibu ingin mengajarkan keterampilan sosial anak yang lebih baik. Cobalah tip ini!

Beri anak kesempatan untuk berlatih

Bergiliran adalah keterampilan sosial yang dapat dipelajari. Batita tidak akan mendapatkan apa yang diinginkannya dengan cepat, kata Beth. Mereka membutuhkan latihan untuk belajar bernegosiasi dalam sebuah kelompok dan tidak mengambil perspektif mereka sendiri.

"Bermain game, melakukan sesuatu dalam kelompok dan bergiliran dalam aktivitas sehari-hari, seperti memilih buku mana yang harus dibaca, semuanya adalah latihan yang positif untuk anak.”

(Baca juga : Langkah Atasi Batita yang Senang Menggigit)

Pujilah anak

Berikan pujian khusus untuk mendorong pengembangan keterampilan kognitif dan sosial anak. Beth menyarankan untuk mencoba sesuatu seperti, "Kali ini giliranmu yang menjadi juaranya.” dan sebagainya.

Jangan terlalu memuji anak

Antusiasme kita mungkin menjadi bagian dari masalah. Jangan sekali-kali memberikan pujian pada anak jika ia sangat terobsesi menjadi yang pertama, namun melakukannya bukan dengan cara yang positif. Misalnya, ketika anak lomba balapan lari, ia ingin jadi juara sehingga harus menyikut tubuh anak lain yang menjadi saingannya.

Beri anak alat bantu

Buku atau mainan fidget dapat mengalihkan perhatian anak-anak saat sedang menunggu gilirannya, dan sebuah lagu dapat membantu mereka melacak waktu (saat lagunya selesai, giliran mereka).

(Baca juga : Kurang Gizi Bikin Perilaku Anak Jadi Buruk)

Buatlah rutinitas

"Anak-anak di usia ini sangat responsif terhadap rutinitas dan konsistensi," kata Tracia. Misalnya, biarkan batita menjadi yang pertama di pagi hari dan biarkan kakaknya menjadi yang pertama seusai sekolah.

Periksa diri Anda sendiri

Anak-anak meniru tingkah laku orang tua mereka. Jadi, perhatikanlah saat ketika Ibu menunjukkan ketidaksabaran, misalnya saat Ibu bergumam karena tidak tahan menghadapi macet di jalanan dan sebagainya.