Duh, Ahli Gizi Ini Beberkan Bahaya Mengonsumsi Makanan Instan

By Fadhila Afifah, Senin, 26 Maret 2018 | 15:04 WIB
bahaya makanan instan jika terlalu sering dikonsumsi ()

Nakita.id - Moms, tanpa disadari, banyak anggaran rumah tangga kita dihabiskan untuk makanan instan kemasan, yang bersifat aditif dan rendah nutrisi.

Apakah pilihan kita tersebut sehat?

Dibandingkan dengan makanan alami dan segar, tentu saja tidak.

Sebagian besar makanan instan kemasan sarat dengan pemanis, garam, perasa buatan, lemak buatan pabrik, pewarna, bahan kimia yang mengubah tekstur, dan pengawet.

BACA JUGA: Begini Cara Memilih Makanan Instan untuk Anak yang Aman Dikonsumsi

"Kalau kita bicara instan, makanan siap saji yang biasanya disiapkan tak perlu dimasak atau menyiapkannya gampang banget, kita harus mengerti makanan seperti itu pasti ada pengawet," ungkap Ahli Gizi, Emillia Achmadi, MS.,RD kepada Nakita saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan.

Kalau pun tidak terdapat pengawet kimia, Emillia mengatakan, pengawet alami seperti gula, garam dan lemak, sama saja memberikan dampak negatif jika dikonsumsi terus menenus.

"Kalaupun bukan bahan kimia, pengawet alami, tetep pengawet, pengawet alami apa aja sih? garam, gula, lemak, tiga unsur yang kita tahu kalau dimakan terlalu banyak pasti ada dampak negatif," lanjut Emillia.

BACA JUGA: [Reportase] Sarapan Pagi, Menjadi Penentu Kecerdasan Otak Anak

Bayangkan saja Moms, jika kita sering mengonsumsi makanan instan yang mengandung banyak sodium, seperti sup instan, saus, mie instan dan lain sebagainya.

Organisasi kesehatan dunia (World Health Organization atau WHO) menganjurkan konsumsi garam maksimal 5 gram sehari.

Sedangkan berdasarkan data Susenas pada 2002, 2007, dan 2009, rata-rata konsumsi garam penduduk Indonesia masing-masing adalah 6,3; 5,6; dan 5,7 gram perhari.

Artinya lebih tinggi dibandingkan anjuran dari WHO.

Bahkan diperkirakan data tersebut bersifat underestimate, karena belum termasuk garam yang dibubuhkan pada makanan jajanan dan instan, demikian kata BPOM RI.

Sebanyak 98% asupan sodium akan diserap di usus, dan kelebihannya akan disaring di ginjal, dan dikeluarkan melalui keringat dan urin.

BACA JUGA: Resep Sarapan untuk Mengembangkan Otak Anak, Hanya Butuh 5 Menit

Maka, konsumsi garam yang berlebihan terkait erat dengan peningkatan risiko beberapa penyakit kronis, terutama tekanan darah tinggi (hipertensi), jantung, sama halnya dengan lemak. 

Lemak trans umum terdapat dalam kue kemasan seperti muffin, microwave popcorn, kerupuk, margarin dan cracker, juga di makanan cepat saji seperti kentang goreng.

Penelitian menunjukkan, lemak trans dua kali lebih berbahaya bagi jantung Anda dibanding lemak jenuh, dan menyebabkan sekitar 30.000 sampai 100.000 kematian dini akibat penyakit jantung setiap tahun.

Emillia juga mengungkapkan, kita tak menyadari bahwa makanan instan, terlebih untuk anak, tidak mengandung nutrisi yang cukup.

BACA JUGA: [Reportase] Tips Memasak Cepat di Waktu Sempit Ala Chef Billy Kalangi

"Makanan instan itu tidak pernah seimbang nutrisinya, artinya kandungan nutrisinya boleh dikatakan hampir tidak ada.

Sehingga jika makannya banyak, kalorinya banyak tapi nutrisinya tidak ada," jelas Emillia.

Inilah mengapa banyak anak-anak yang berat badannya berlebih tapi kekurangan gizi dan sakit-sakitan, karena terjadi ketidakseimbangan makanan yang berakibat fungsi saraf terganggu.

Meskipun begitu, Emillia mengatakan, boleh saja mengonsumsi makanan instan, asalkan diseimbangi dengan asupan harian yang lebih sehat.

Artinya, pola makan kita pun harus sehat dan bergizi.

"Boleh, tapi diseimbangkan.

Pagi makan buah dan sayur, jadi jika sesekali ada makanan yang kurang ideal, bisa kita seimbangkan dengan makanan yang ideal lainnya," tutup Emillia.