Sopan Santun Mengajak Balita Silaturahmi Lebaran

By Soesanti Harini Hartono, Kamis, 22 Juni 2017 | 04:30 WIB
Silaturahmi di hari Lebaran mengajarkan balita untuk saling memaafkan dan menjaga hubungan baik. (Santi Hartono)

nakita.id.-  Hari raya Idulfitri sebentar lagi tiba. Salah satu tradisi yang tak pernah ketinggalan adalah acara saling berkunjung atau keluarga besar berkumpul bersama sama. Itulah yang disebut silaturahmi, dalam bahasa Arab berarti menyambung hubungan.

Sebetulnya, kita bisa bersilaturahmi dengan kerabat kapan saja. Namun, momen hari raya dianggap istimewa karena hari itu, selain berkumpul ada momen bermaaf-maafan. 

 Bagi anak-anak, momen Lebaran bisa digunakan untuk mengenal seluruh keluarga besar dan kerabat. Sebab, kerabat yang biasanya sibuk, di hari Lebaran itu mereka menyempatkan diri untuk datang. Jadi si anak punya kesempatan melihat semua om, tante, kakek-nenek, dan para sepupunya.   Ajang berkumpulnya keluarga besar satu tahun sekali ini juga membuat anak memiliki kesempatan belajar berbagai tradisi dan norma-norma sosial yang berlaku di keluarga besarnya, baik dari pihak ayah maupun ibu. Kemampuan melihat berbagai tradisi ini, akan membuat si kecil kelak mudah beradaptasi.

BERBAGAI MANFAAT SILATURAHMI

Jelas sudah disebutkan di awal, silaturahmi membuat balita bisa mengenal saudara-saudaranya, meskipun baru melihat dan belum melakukan interaksi. Dengan berkumpul bersama keluarga besar, anak juga akan belajar mengenai keterampilan berkomunikasi. Sebabnya, berada dalam ruangan yang terdapat beragam orang dengan berbagai usia memerlukan suatu latihan penyesuaian tersendiri. Sambil beradaptasi, anak juga akan belajar untuk bersosialisasi.

Secara khusus, bersilaturahmi di hari Lebaran juga menambahkan arti untuk saling memaafkan. Si anak juga melihat, bahwa sebagai manusia yang bersama-sama hidup di bumi, apalagi masih bersaudara, perlu adanya keterbukaan untuk saling bermaafan. Kelak, si prasekolah menjadi terbiasa dan sanggup untuk untuk memberi maaf dan meminta maaf karena dua hal ini merupakan hal penting dalam hubungan antarmanusia.

Biasanya saat berkumpul, keluarga yang datang juga membawa buah tangan dalam bentuk makanan. Kebiasaan ini dapat mengajarkan si prasekolah tentang kebersamaan dan gotong royong.

Di usia balita, orangtua sudah dapat mengenalkan silsilah keluarga dan hubungan kekerabatan. Orangtua juga bisa mengenalkan dengan cara memanggil mereka. Misalkan, anak harus memanggil tante atau bude untuk kakak perempuan ibunya.Misalnya, “Ini Bude Liliek, kakak Mama. Seperti kamu dengan Kakak di rumah, Mama sama Bude Liliek juga saling menyayangi.” Menjelaskan hubungan kekerabatan ini akan melanggengkan silaturahmi. Terutama mengingat masyarakat yang tinggal di kota-kota besar cenderung sibuk dengan urusan masing-masing hingga relatif jarang bertemu.

Ada baiknya orangtua tak sekadar menceritakan tentang siapa itu kakek-nenek, om-tante dan sebagainya, namun ceritakan pula pengalaman-pengalaman unik orangtua dengan masing-masing dari mereka. Dengan cara si prasekolah dapat mengidentifikasi nama dengan kepribadian keluarga itu sesuai dengan isi cerita. Cerita ini merupakan bekal anak sebelum bertemu dengan sosok keluarganya.

Lalu, saat anak-anak bertemu dengan kerabat,  orangtua harus berperan aktif untuk menjelaskan sosok yang dijumpainya. Di usia prasekolah, pola berpikir anak masih dalam tahap konkret sehingga perlu dilihatkan dengan sesuatu yang belum pernah dilihatnya. “Misalnya, ini lo Om Toni, adik Ayah yang Ayah ceritakan itu. Waduh, Ayah sama Om Toni ini waktu kecil senangnya naik-naik pohon di halaman depan, tuh di sana. Sampai dicariin Eyang Putri.” Positifnya, dengan penjelasan ini si prasekolah mendapat gambaran, bahwa ada oang-orang yang sangat berarti bagi orangtua. Masa kecil dan remaja orangtua dihabiskan dan diisi dengan berbagai macam hal dengan anggota keluarga tersebut. Ini untuk memperlihatkan, bahwa persaudaraan, meskipun terkadang berselisih pendapat, tapi yang dipentingkan adalah kekompakan.

UTAMAKAN KENYAMANAN

 Tidak dipungkiri, mengajak balita ke lingkungan baru membutuhkan “tantangan” tersendiri. Mama Papa kerap berpikir, “kerasan enggak ya, mereka di tempat keluarga berkumpul?” Memang sih, ada daya tarik yang mungkin bisa membuat si prasekolah betah. Misalnya, bertemu dengan sepupu-sepupunya yang seumuran. Tapi, membuat anak betah bukan cuma itu. orangtua perlu punya persiapan lain sehingga acara silaturahmi bagi si prasekolah dapat berjalan lancar dan nyaman. Apalagi kalau dia baru pertama kali melakukannya. Berikut tipnya;