Nakita.id - Ketika bayi baru lahir, ada semacam penyesuaian yang perlu dilakukan oleh para ibu. Salah satunya penyesuaian waktu tidur, agar bayi tidak sering rewel dan terbangun terutama di malam hari.
Hal pertama yang penting Ibu perhatikan saat menyesuaikan waktu tidur bayi adalah temperamen si bayi. Untuk bayi yang memiliki temperamen yang normal, biasanya ia akan memiliki siklus tidur yang reguler. Tetapi, untuk bayi yang memiliki temperamen "sulit", biasanya saat ia menghadapi siklus bangun tidur pada waktu yang tidak menentu, intensitas menangisnya menjadi kencang atau keras.
“Sebetulnya, siklus tidur dan bangun bayi adalah pertanda dari tingkat kematangan sistem saraf pusatnya,” jelas psikolog anak Roslina Verauli, saat bincang-bincang #BlibliFriendshipMeetUp: First Years Mommies to-do-list! di Penang Bistro Kebon Sirih, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, mendeteksi siklus tidur bangun bayi bisa dilakukan dengan menanyakan, “'Bu, waktu bayi baru lahir, tidurnya benar, enggak? Bayi tidur 18 jam per hari dengan intensitas bangunnya 3-4 jam sekali, enggak?',” lanjut psikolog yang akrab disapa Vera ini.
Anak dengan gangguan tertentu, misalnya autisme, dapat menunjukkan gejala siklus tidur bangun setiap 1 jam sekali. Ada beberapa bayi yang keluar dari jam tidur yang normal atau 3 sampai 4 jam sekali, dan ada pula yang tidurnya mencapai 8 jam non-stop.
Padahal seharusnya, siklus tidur 8 jam non-stop terjadi pada bayi sekitar usia 8 atau 9 bulan ke atas. Jika hal ini terjadi pada bayi yang baru lahir, bisa jadi ada sesuatu yang salah dengan bayi. Sebaiknya Ibu berkonsultasi dengan dokter jika ada sesuatu yang mengganggu bayi, yang menyebabkan irama tidur bangunnya tidak sesuai dengan yang seharusnya.
Pola tidur bayi yang baru lahir umumnya 50 persen ditandai dengan rapid eye movement (REM). Tidur REM merupakan fase tidur lelap di mana kita bisa bermimpi. Menurut penelitian, saat tidur REM otak bayi sebenarnya sedang berkembang. Oleh karena itu, pastikan bayi melewati fase REM ketika sedang tidur.
Dilansir dari Baby Centre, bayi mengalami tidur REM sejak berada di dalam rahim, yaitu ketika kehamilan Ibu berusia sekitar enam atau tujuh bulan. Selama tidur REM, mata bayi akan melesat bolak-balik di bawah kelopak matanya. Bayi juga akan mengalami kedutan sesekali, dan napasnya menjadi tidak teratur.
Vera menjelaskan pula, seiring bertambahnya usia bayi, jam tidurnya mulai berkurang, fase REM-nya juga makin berkurang. Namun bayi semakin sulit jika diajak tidur, meskipun hal itu normal, terutama di usia 2-3 tahun nanti. Sementara, di usia yang masih di bawah 1 tahun, bayi masih mudah tidur nyenyak, bahkan dengan sendirinya.
Agar tidur bayi lelap, Ibu perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, perhatikan irama malam. Artinya ketika malam hari tiba, buat cahaya dalam kamar gelap, lalu usahakan suhu udara sejuk. Jadi, suhu lingkungan dalam kamar akan secara bertahap diketahui dan dikenali bayi saat waktunya tidur. Dengan demikian bayi tahu dengan sendirinya bahwa ini adalah nuansa pada saat ia tidur.
Masih menurut Baby Centre, saat tidur nyenyak bayi akan bernapas dalam dan teratur, terkadang dengan napas panjang. Ia akan berbaring diam, tapi mungkin menggerakkan lengan atau kakinya dan membuat gerakan sedikit mengisap di bagian mulutnya, atau tiba-tiba melakukan gerakan tersentak. Gerakan mendadak seluruh tubuh disebut hypnagogic, dan itu normal saja.