Hati-Hati, Ada Pola Asuh Yang Bisa Bikin Anak Depresi

By Soesanti Harini Hartono, Rabu, 26 Juli 2017 | 09:30 WIB
Pola asuh yang tidak mengasah kemandirian atau self regulation, juga bisa saja membuat anak melakukan yang tidak diharapkan saat dia terbentur sesuatu, seperti depresi yang berujung bunuh diri. (Santi Hartono)

Nakita.id- Masih hangat berita soal bunuh diri meninggalnya vokalis  band Linkin Park, Chester Bennington dan kakak beradik Eliviana Parumbak (34) dan Eva Septiani Parumbak (28) yang nekat melompat dari lantai 5A apartemen Gateway, Bandung, Senin (24/7/2017).

Bila ditarik benang merah, ada kesamaan penyebab bunuh diri mereka, yaitu depresi yang berkepanjangan akibat ditinggal orang terkasih/sahabat terdekat. Pada Chester karena ditinggal sahabatnya Chriss Cornel, vokalis band Sound Garden yang juga bunuh diri di tahun sebelumnya.

Sedangkan kakak beradik Elivia dan Eva karena ditinggal mati ibunya. Bahkan saat adik pada saat bunuh diri tengah menjalani perawatan di sebuah rumah sakit gangguan mental di Bogor.

Mengapa kematian orang terdekat bisa menyebabkan depresi yang berujung pada bunuh diri? Menurut Psikolog Erfiane Cicilia, Psi, MSi, yang akrab disapa Fifi, hal itu terjadi mungkin karena konsep hidup si pelaku bunuh diri adalah ‘Hidupku karena dan untuk dia’.

“Dia ini adalah orang yang meninggalkannya selamanya. Mengenai kejadian bunuh diri dua kakak beradik di Bandung, bisa saja mereka hanya tahu dan yakin bahwa hidupnya ini hanya karena ada ibu.”

Tidak bisa dipungkiri, bagi sebagian besar anak, orangtua, terutama ibu adalah pusat (centre) hidup mereka. Pun sebagian besar hidup anak dibesarkan oleh ibu karena ibu lebih banyak terlibat dalam pengasuhan. “Itu makanya, yang membuat anak survive juga sukses atau bahkan terpuruk, sedikit banyak akibat peran ibu,” tambah Fifi.

Baca juga: Pola Asuh Ini Dapat Membuat Anak Depresi

Jika ditanya apakah ada kaitannya dengan pola asuh orangtua sejak kecil, Fifi mengatakan “Kita tidak tahu secara pasti pola asuh orangtua dua kakak beradik yang melakukan bunuh diri di Bandung. Tapi pola asuh yang membatasi anak untuk memiliki alternatif pemecahan masalah bisa menjadi salah satu penyebab.”

Jadi sepeningal sang bunda kita merasa hidup tak lagi berarti, merasa tak ada tempat berlindung, bernaung, atau bahkan bergantung, nah, kondisi seseorang seperti itu, salah satunya bisa dikarenakan pola asuh.

Mengapa begitu? Menurut  Fifi, “Logika kinerja otaknya begini; saat anak membangun jalur-jalur di otak atau istilahnya membuat banyak laci alternatif, tapi di kekang, orangtua selalu menegakkan aturan serba jangan, juga banyak di cut alias distop eksplorasinya, coba-cobanya, oleh orangtua, maka anak tidak belajar bahwa suatu kondisi harusnya bisa dihadapi dengan banyak cara.”

Jika demikian, saat si penegak aturan sudah pergi, jika si anak menemukan suatu masalah, ada kemungkinan si anak yang sudah dewasa tidak bisa apa-apa, yang ada dalam pikirannya hanya mengakhiri hidup.

Pola asuh yang tidak mengasah kemandirian atau self regulation, juga bisa saja membuat anak melakukan yang tidak diharapkan saat dia terbentur sesuatu, seperti bunuh diri.