Nakita.id - Saat berniat mengonsumsi tablet berukuran besar, kita sering membelahnya menjadi dua agar lebih mudah ditelan. Bahkan kadang kita membelah obat agar bisa diminum dua kali, dengan alasan menghemat uang. Sebenarnya, membelah obat jadi dua seperti itu boleh tidak, ya? Adakah bahaya membelah obat tablet?
Menurut seorang pakar medis, membelah obat tablet menjadi dua telah dilakukan oleh banyak orang selama bertahun-tahun. "Ini adalah praktik yang telah ada pada orang-orang yang berekonomi rendah dalam waktu yang sangat lama," kata Dr. Randall Stafford, profesor kedokteran di Stanford University Medical Center di Palo Alto, California.
Dr. Stafford, yang juga pemimpin sebuah studi tentang kemungkinan pemisahan obat, mengatakan bahwa praktik tersebut membuat obat dengan biaya tinggi menjadi lebih terjangkau. Dia yakin ini adalah ide yang patut dipertimbangkan oleh siapa saja yang memiliki kondisi keuangan yang sulit.
Tetapi jika dilihat dari segi kesehatan, membelah obat tablet menjadi dua justru akan memengaruhi dosisnya. Anshu Bhimbat dari LloydsPharmacy di Buckinghamshire, Inggris, menjelaskan, dosis dari obat tersebut bisa menjadi terlalu sedikit atau terlalu banyak, yang membuatnya kurang efektif atau menyebabkan efek samping.
“Beberapa tablet memiliki lapisan khusus untuk menunda pelepasan obat sehingga pemotongannya bisa membuat dosis tidak efektif atau mengganggu perut. Anda mungkin bisa mendapatkan obat yang sama atau sejenis dalam bentuk cairan, tapi bicarakanlah terlebih dahulu dengan dokter atau apoteker Anda,” ujar Bhimbat.
Lalu bukankah ada obat yang memiliki memiliki garis tengah sehingga mudah dibelah? Tom Johnson, seorang apoteker di Jones Drug Store di Northport, mengatakan bahwa obat tersebut sengaja dibuat oleh produsen dengan tujuan untuk memudahkan pasien jika ingin meminum obat dalam dosis lebih rendah.
“Saat pasien sedang melakukan pengobatan, dokter mungkin memutuskan pasien hanya membutuhkan setengah dosis obat. Jika demikian, pasien dapat menggunakan pemotong obat untuk menurunkan dosisnya," kata Johnson.
Namun, apoteker dan dokter menekankan bahwa pasien harus dilatih dalam memotong obat sebelum mencobanya. Karena obat yang tidak dirancang untuk dibelah bisa menghancurkan lapisannya sehingga mengakibatkan dosisnya menjadi terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Meski boleh dibelah, tapi apoteker Vincent Terranova menekankan pentingnya dosis obat yang tetap aktif selama 12 sampai 15 jam di dalam tubuh untuk perawatan beberapa kondisi medis.
"Bertahun-tahun yang lalu, Anda mungkin mendapat resep untuk meminum satu tablet empat kali sehari, sekarang Anda tidak perlu melakukan itu. Anda bisa minum satu kapsul setiap hari atau dua kali sehari. Jika Anda mematahkan tablet itu, Anda akan mengganggu mekanisme pelepasan yang diperpanjang," jelas Terranova.
Jadi, sebelum memutuskan untuk membelah obat tablet jadi dua, sebaiknya tanyakan dengan dokter atau apoteker dulu. Jangan lupa, gunakan alat pemecah obat agar bisa mendapatkan dosis yang tepat.