Pekan ASI Dunia 1-7 Agustus: Ini Dia 5 Hambatan Menyusui yang Sering Dialami Para Ibu Setelah Melahirkan

By Soesanti Harini Hartono, Rabu, 2 Agustus 2017 | 08:00 WIB
Ibu menyusui perlu mendapat dukungan dari orang-orang terdekat seperti teman, kerabat, bahkan pasangan. Tak hanya itu, kebijakan rumah sakit juga perlu mendukung. (Santi Hartono)

Nakita.id - Setelah melahirkan, beberapa ibu memang mengalami yang namanya susah keluar ASI. Selain faktor stres, penggunaan obat-obatan selama kehamilan juga menentukan. Namun, selain faktor internal, adapula faktor eksternal yang menyebabkan masa-masa menyusui menjadi terhambat. 

Menurut Dr.dr. Ali Sungkar, SpOG yang juga menjadi Ketua Umum Perkumpulan Perinatologi Indonesia (PERINASIA) menjabarkan beberapa hambatan yang sering dialami ibu menyusui, diantaranya:

Baca juga : Mengatasi Hambatan dalam Menyusui

1. Kurangnya dukungan kuat dari lingkungan. Maternal live adalah hak seorang bayi, bukanlah haknya ibu. Jadi, seorang ibu harus keluar dari pekerjaannya untuk tiga bulan mengurus bayinya. Maternal live itu tujuannya agar ibu melakukan bonding (ikatan) ketika saat menyusui atau memberikan ASI supaya ada kualitas yang baik antara ibu-bayi.

2. Media yang menyiarkan berita bahwa menyusui dengan botol adalah normal. Padahal, sebenarnya hal ini tidak normal, seharusnya ibu menyusui bayi langsung dari putingnya. Media seharusnya menyampaikan bahwa menyusui itulah yang normal, bukannya dot dan botol.

3. Kurangnya pendidikan dari petugas kesehatan, lalu tanggung jawab pihak rumah sakit untuk lebih mengedukasi serta kebijakan rumah sakit yang perlu menyampaikan 10 langkah keberhasilan menyusui.

4. Ibu bekerja. Ini yang terkadang digunakan menjadi alasan para ibu. Ibu yang cuti hamil hingga melahirkan kadang hanya diberikan waktu cuti sebentar, sehingga waktu yang seharusnya digunakan ibu untuk melakukan bonding tidak dapat terlaksana. Bahkan, bayinya diasuh oleh asisten rumah tangga, yang pendidikannya mungkin jauh lebih rendah dari ibunya.

5. Promosi susu formula yang terlalu gencar sehingga harus lebih diperhatikan.

Baca juga : Pelekatan yang Benar, Kunci Keberhasilan Menyusui

Menyikapi ini semua, tentu saja program ibu menyusui perlu mendapat dukungan dari orang-orang terdekat seperti teman, kerabat, bahkan pasangan.

Tak hanya itu, dr. Ali menambahkan bahwa kebijakan rumah sakit inilah yang perlu diperbaiki dengan memerhatikan  sepuluh langkah keberhasilan menyusui.

Di antaranya melarang promosi pengganti ASI, menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dalam menyusui, memberikan konseling, melakukan segera inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif; laksanakan rawat gabung pada ibu dan bayi, tidak menggunakan dot atau empeng, serta menindak lanjuti ibu-bayi setelah pulang dari sarana pelayanan kesehatan.

Baca juga : Dasar-dasar Menyusui Bagi Pemula

Tentunya, mulai dari masa kehamilan, setiap ibu sudah harus membuat keputusan untuk menyusui. “Intinya, banyak faktor yang mendukung, tetapi faktor yang paling besar adalah informasi dari petugas kesehatan. Kenapa? Informasi yang diberikan jadi benar, ada faktor etnis, umur, kesehatan, riwayat keluarga, status sosial, dukungan pasangan dan teman itu penting,” tutur dr. Ali.

Selain itu, nutrisi untuk 1000 hari pertama tujuannya adalah untuk melahirkan bayi normal dan berat badan yang ideal.

Selama hamil, setiap ibu perlu berikan tambahan makanan, pemberian suplementasi zat besi dan folat, pemberian makanan garam beryodium, tidur dibawah lampu yang berinsektisida, dan sebagainya.

Lalu setelah melahirkan, jangan lupa untuk melakukan vaksinasi wajib, seperti vaksin hepatitis, polio, BCG, campak, dan lain-lain pada bayi.

Penting juga melakukan growth monitoring and promotion yang tujuannya adalah ketika sampai 1000 hari kehidupan, jika ada kesalahan yang terjadi, dokter dapat mengoreksi kesalahan-kesalahan tersebut pada saat monitoring.

Untuk ibu, jangan lupa menyusui bayi secara eksklusif sejak kelahiran serta melanjutkan menyusui hingga anak kira-kira berusia 2 tahun. (*)

Sumber : Dr.dr. Ali Sungkar, SpOG