Nakita.id - Beraktivitas di luar ruangan dan berolahraga ternyata tidak hanya membuat tubuh anak lebih sehat. Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa berolahraga dapat membantu mengurangi risiko anak terkena penyakit jantung, dan bahkan kanker, di kemudian hari.
Kesimpulan ini didapat setelah para peneliti dari Universitas Auckland melakukan sejumlah eksperimen. Hasil yang didapat, tikus yang aktif secara fisik sebelum mencapai kematangan seksual, tubuhnya menolak gen yang dapat menimbulkan peradangan, bahkan saat tikus tersebut diberi makanan tinggi lemak. Pada penelitian sebelumnya ditemukan fakta bahwa gen yang menimbulkan peradangan dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas, penyakit jantung, dan kanker.
Sebanyak 80 tikus jantan berusia enam minggu dan belum mencapai kematangan seksual, dibagi menjadi tiga kelompok. Pertama, tikus yang diberi diet tinggi lemak dan roda latihan di kandang mereka. Kedua, tikus yang makan makanan tinggi lemak dan tidak memiliki roda latihan. Terakhir, tikus dengan makanan standar dan tidak diberi roda latihan.
Hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Frontiers in Fisiology ini menunjukkan bahwa gen yang terkait dengan peradangan "ditolak" pada tikus yang diberi diet tinggi lemak dan memiliki akses ke roda latihan. Efek ini bahkan bertahan sampai tikus berusia dewasa.
Penulis studi Dr Justin O'Sullivan mengatakan, “Hal yang luar biasa adalah bahwa perubahan ini berlangsung lama setelah tikus berhenti melakukan latihan ekstra itu, dan memasuki usia paruh baya mereka. Hal ini dikarenakan sumsum tulang membawa "memori" efek olahraga. Tikus tetap bertambah gemuk, tapi latihan ekstra di awal hidupnya pada dasarnya mengatur sehingga meskipun mereka menambah berat badan, mereka tidak memiliki efek negatif yang sama dengan diet tinggi lemak.”
Jika dikaitkan dengan anak-anak, para peneliti yakin temuan ini sangat bermanfaat bagi kesehatan mereka. Karena penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa diet tinggi lemak justru bisa meningkatkan aktivitas gen yang berkaitan dengan peradangan. Sedangkan penelitian ini menunjukkan bahwa dengan olahraga hal tersebut bisa dihindari.
Kebalikan dengan anak-anak yang senang berolahraga, mereka yang menghabiskan setidaknya tiga jam sehari di depan layar televisi, memiliki resistensi insulin yang lebih besar, yang meningkatkan faktor risiko diabetes tipe 2.
Menurut penulis penelitian ini, Dr Claire Nightingale dari St George's, University of London, akibat terlalu lama menonton televisi, tubuh anak-anak dapat memproduksi sejumlah hormon leptin yang terganggu. Hormon leptin sendiri berhubungan dengan pengaturan nafsu makan sehingga membuat mereka makan dalam porsi lebih besar.