Kebutuhan Zat Gizi Bayi 6-12 Bulan Tak Bisa Dicukupi Lewat ASI Saja

By Saeful Imam, Selasa, 29 Agustus 2017 | 09:30 WIB
Phillips gelar seminar anak tingkat nasional (Saeful Imam)

Nakita.id - Dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional, digelar talk show bertema “Solusi untuk Menjawab Kebutuhan Nutrisi Anak.”

Acara ini bertujuan memberikan dukungan kepada para orangtua untuk memahami nutrisi apa yang dibutuhkan anak dalam masa tumbuh kembang atau periode emas.

Menurut WHO, masa transisi dari ASI eksklusif ke makanan pendamping ASI (MPASI) umumnya berlangsung saat bayi berusia enam bulan hingga 18-24 bulan, dan periode ini merupakan masa yang sangat krusial bagi anak.

Di usia enam bulan, anak butuh asupan yang lebih dari ASI. Di usia ini juga anak siap menerima makanan pendamping ASI atau makanan lainnya.

Apabila makanan pendamping ASI yang diberikan tidak sesuai maka pertumbuhannya bisa jadi  terhambat.

Dr. dr. Damayanti R Sjarif Sp.A(K), dokter spesialis anaksub-spesialisasi  nutrisi dan penyakit metabolik, mengatakan,“Kualitas kesehatan manusia jangka pendek dan jangka panjang akan ditentukan oleh asupan nutrisi selama periode emas, 270 hari pralahir yaitu masa janin dan 720 hari pasca lahir (masa bayi dan dibawah dua tahun). Masa krusial ini jangan sampai terabaikan oleh para orang tua untuk memberikan nutrisi yang benar sesuai kebutuhan anak.”

Terkait asupan terbaik untuk anak disampaikan bahwa, “Asupan terbaik bagi bayi di usia 0 hingga 6 bulan adalah ASI,namun menginjak umur enam bulan ke atas bayi juga memerlukan MPASI (makanan pendamping ASI) untuk melengkapi kebutuhan zat-zat nutrisi lainnya.

Banyak terjadi kesalahpahaman di antara para orangtua tentang pengenalan sayur dan buah yang lebih diutamakan, dibandingkan melengkapi kekurangan ASI terhadap energi, protein, lemak serta vitamin dan mineral, yang paling dibutuhkan oleh anak untuk tumbuh-kembang terutama otak di usia ini adalah zat gizi makro (karbohidrat,protein, lemak) dan mikro (vitamin dan mineral) yang lengkap, cukup dan seimbang.”

Lebih lanjut dr. Damayanti menjelaskan, “Kebutuhan harian zat besi untuk bayi berusia 6-12 bulan adalah 11 mg dan itu tidak cukup didapatkan melalui ASI. Oleh sebab itu kebutuhan zat besi harus dipenuhi oleh MPASI dari berbagai bahan makanan.Sumber zat besi dapat diperoleh dari daging merah, hati ayam, ikan, sayuran berwarna hijau, dan kacang-kacangan.

Namun, sayur dan kacang-kacangan mengandung serat yang dapat menghambat saluran cerna, sehingga dua jenis makanan tersebut sebaiknya diberikan dengan jumlah kecil, dikombinasikan dengan sumber vitamin C, seperti jeruk dan tomat yang akan meningkatkan penyerapan zat besi. Kombinasi makanan tersebut dapat ditemukan dalam makanan keluarga Indonesia, misalnya gulai daun singkong yang ditumbuk, dicampur ikan teri dan dibubuhi air jeruk atau tomat.

“Prinsip dari MPASI adalah mengenalkan makanan keluarga dengan tekstur yang disesuaikan kemampuan oromotornya. Jadi perkenalkan makanan Indonesia yang sehat sesuai dengan ketersediaan bahan makanan lokal,” dr. Damayanti menutup presentasinya.

Tantangan orangtua modern

Menurut data Grant Thornton tahun 2016, 36% posisi manajemen senior di Indonesia ditempati oleh wanita. Angka ini menempatkan Indonesia pada posisi ke-6 sebagai negara yang memberikan kesempatan kepada wanita untuk memimpin di sebuah perusahaan. Data dari BPS tahun 2016 menyebutkan jumlah pekerja wanita hampir setara dengan pekerja pria yaitu sebesar 40% dari seluruh angkatan kerja.

“Hal ini menunjukkan bahwa sesuai dengan perkembangan jaman, peran wanita di dunia kerja semakin bertambah penting. Di sisi lain periode emas anak merupakan masa yang paling berpengaruh dan merupakan dasar terbentuknya masyarakat yang sehat. Melalui rangkaian produk elektrik inovatif Philips AVENT, kami berharap dapat memberikan kemudahan kepada para orangtua, terutama ibu, khususnya ibu bekerja yang jumlahnya terus meningkat untuk dapat memberikan ASI dan nutrisi terbaik,” kata Yongky Sentosa, Head of Personal Health Philips Indonesia. “Di tengah kesibukannya sebagai ibu bekerja, para ibu pun dapat tetap memberikan nutrisi yang cukup dan seimbang.”

Dalam kesempatan ini Philips AVENT menghadirkan rangkaian produk elektrik yang dapat mendukung para orangtua dalam pemberian ASI eksklusif dan juga makanan pendamping ASI.

Salah satunya Philips AVENT Comfort Electric Breast Pump dengan bantalan khusus untuk membantu ibu, khususnya para ibu yang bekerja, untuk menghemat tenaga dan waktu saat memompa ASI di kantor atau saat berjauhan dari anak.

Ada juga AVENT Fast Bottle Warmer yang berfungsi untuk menghangatkan susu secara merata hanya dalam tiga menit.

Ada juga Philips AVENT 3-in-1 Electric Steam Sterilizer yang didesain untuk dapat mensterilkan lima hingga enam botol, sekaligus membunuh 99,9% kuman berbahaya.

Produk-produk elektrik tersebut dapat memudahkan para ibu dan membantu anggota keluarga lainnya dalam memberikan ASI bagi buah hati.

Selain itu, adajuga Philips AVENT 4-in-1 Healthy Baby Food Maker yang menggabungkan fungsi kukus, blender, defrost dan reheat di dalam satu produk, memudahkan ibu untuk menyiapkan makanan pendamping ASI. Bahan-bahan makanan bayi yang segar dapat dikukus dengan tingkat kematangan yang merata tanpa harus dididihkan terlebih dahulu.

Setelah selesai, angkat dan putar posisi wadah 180 derajat dari atas ke bawah untuk melumatkan bahan-bahan makanan yang dikukus agar menjadi lembut dan mudah dikonsumsi bayi.

Philips AVENT 4-in-1 Healthy Baby Food Maker juga dapat digunakan untuk memasak makanan dewasa seperti membuat makanan yang berbentuk pure, bubur dan saus.

Selama lebih dari 30 tahun, Philips AVENT terus melakukan inovasi untuk memberikan yang terbaik bagi ibu dan bayi, sesuai dengan perubahan jaman yang semakin modern dan serba instan. Menurut Yongky, "Philips AVENT menyediakan solusi yang diperlukan oleh para orangtua modern melalui rangkaian produknya yang inovatif. Kami sangat memahami kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh para orangtua khususnya di jaman serba praktis dan efisien seperti saat ini. Dalam mengembangkan produknya, Philips AVENT melibatkan para ahli termasuk dokter anak, psikolog dan juga para orangtua."