Semua Anak Pernah Berbohong, tapi Ibu Harus Lebih Pintar

By Dini Felicitas, Rabu, 30 Agustus 2017 | 01:00 WIB
Cari cara yang tepat untuk menanggapi anak yang sedang berbohong. (Dini Felicitas)

Nakita.id - Sama seperti orang dewasa, anak-anak juga suka berbohong. Menurut American Academy of Child & Adolescent Psychiatry, anak-anak dan orang dewasa berbohong dengan alasan yang sama, yaitu keluar dari masalah, untuk keuntungan pribadi, mengesankan atau melindungi seseorang, atau bersikap sopan.

"Semua anak pasti pernah berbohong. Tetapi mengajari anak-anak tentang pentingnya kejujuran lebih awal dan mengajari mereka bagaimana menyelesaikan situasi sehingga mereka tidak perlu berbohong akan membuat mereka lebih sering jujur," kata Victoria Talwar, PhD, associate professor di Departemen Pendidikan dan Psikologi Konseling di McGill University di Montreal.

Sebagai panutan utama dalam kehidupan anak-anak, orangtua memiliki peran penting untuk mengenalkan kejujuran. Mereka juga memiliki pengaruh paling besar untuk menanamkan komitmen yang kuat agar anak mengatakan yang sebenarnya. Agar dapat menghindari kebiasaan berbohong pada anak, orangtua harus memiliki cara merespons yang tepat saat mereka melakukan kebohongan.

Anak Usia 2-4 Tahun Saat baru bisa berbicara, balita belum memiliki gagasan yang jelas tentang kejujuran dan kebohongan. Menurut Elizabeth Berger, seorang konsultan orangtua, psikiater anak, dan penulis buku Raising Kids with Character, balita juga belum memiliki pemahaman yang cukup mengenai perbedaan antara kenyataan, lamunan, harapan, fantasi, dan ketakutan.

Emosi balita yang kuat bisa membuatnya bersikeras bahwa seseorang memakan kuenya, padahal kenyataannya dialah yang memakannya. Ingatlah bahwa balita sedang dalam tahap mencoba menunjukkan kemandirian mereka, jadi cobalah merespon secara ringan, seperti "Oya? Lalu kenapa ada remah kue di dagumu?". Balita terlalu muda untuk dihukum karena berbohong, tapi orangtua bisa dengan halus mulai mengajari tentang kejujuran.

Saat balita mulai lancar berbicara, gunakan setiap kesempatan untuk menjelaskan apa itu kebohongan dan mengapa hal itu buruk. Tanggapi kebohongannya dengan bersikap tegas dan serius. Jangan sampai terbawa dengan kebohongannya, tapi dengarkan perkataan mereka, dan dengan lembut koreksi kesalahan dan kebohongannya.

Anak Usia 5-8 Tahun Pada usia ini, anak-anak lebih banyak berbohong untuk mengetahui apa hasil yang bisa mereka dapat, terutama yang berkaitan dengan sekolah, PR, guru, dan teman. Untungnya, kebanyakan kebohongan yang dilakukan anak relatif mudah dideteksi. Bicaralah secara terbuka kepada mereka, perhatikan saat seorang anak bersikap jujur, dan jangan ragu berikan pujian.

Anak-anak usia sekolah adalah pengamat yang tajam, sehingga menjadi panutan yang baik sangat penting dilakukan. Hati-hati dengan kebohongan reflek yang mungkin bisa diucapkan atau dilakukan, sekecil apapun. "Tidak peduli seberapa banyak Ibu berbicara tentang pentingnya kejujuran, Ibu akan melemahkan pesan jika anak-anak melihat Ibu tidak jujur," kata Dr. Talwar.

Anak Usia 9-12 Tahun Sebagian besar anak-anak usia ini mulai membangun identitas diri agar lebih dapat dipercaya. Tapi mereka juga menjadi lebih ahli dalam mempertahankan kebohongan dan lebih peka terhadap dampak tindakan mereka, bahkan mungkin memiliki perasaan bersalah setelah berbohong. Percakapan yang lebih mendalam tentang kejujuran sangat diperlukan, karena mereka akan mulai mengenal "white lies" atau "kebohongan putih" ketika kebohongan diterima agar bersikap sopan atau untuk menyenangkan orang lain.

“Anak-anak mulai memiliki hubungan yang kuat dengan orangtua mereka, di mana mereka merasa nyaman berbicara dan lebih cenderung mengatakan yang sebenarnya. Tapi anak-anak tidak selalu akan mengatakan yang sebenarnya, jadi meluangkan waktu sejenak untuk memikirkan mengapa mereka berbohong akan membantu Ibu menanggapi kebohongan mereka secara tepat,” jelas Dr. Talwar.