Gisel dan Gading Dikabarkan Akan Cerai, Ini Dampak Psikologis Perceraian Orangtua pada Balita

By Amelia Puteri, Rabu, 21 November 2018 | 14:03 WIB
Gading dan Gisel dikabarkan akan bercerai, ini dampak psikologis yang bisa terjadi pada anak balita (instagram.com/@gadiiing)

Nakita.id - Beredar kabar bahwa pasangan Gading Marten dan Gisella Anastasia akan bercerai.

Hal ini awalnya diketahui dari akun gosip @gosipnyinyir2, yang mengunggah percakapan via direct message (DM) Instagram oleh seorang warganet yang enggan disebutkan namanya.

Baik Gading dan Gisel masih belum memberikan konfirmasi terkait berita ini.

Namun, banyak warganet yang berharap jika kabar perceraian ini hanya berita bohong.

Baca Juga : Dikabarkan Cerai, Wajah Sembap Gisel Saat Rayakan Ulang Tahun Bareng Gading Marten Jadi Sorotan

Pasangan Gading dan Gisel sudah menikah selama 5 tahun, dan telah dikarunai oleh putri cantik, Gempita Noura Marten.

Gempita saat ini sudah berumur 3 tahun, dan ia tumbuh menjadi anak yang cantik.

Tentu saja, tidak ada anak yang menginginkan kedua orangtuanya berpisah.

Tetapi, dampak apa yang terjadi jika orangtua bercerai saat Si Kecil masih berusia balita?

Perceraian memang menjadi perubahan besar ke dalam kehidupan seorang anak.

Entah laki-laki atau perempuan, tidak peduli berapa pun usia mereka.

Si Kecil 'dipaksa' menyaksikan kehilangan cinta kedua orangtuanya, melihat kedua orangtua melanggar komitmen pernikahan, juga menyesuaikan diri dengan pola asuh oleh ayah dan ibunya yang berbeda.

Kondisi ini menciptakan keadaan keluarga baru yang bisa menantang anak.

Pada dasarnya, perceraian orangtua cenderung meningkatkan ketergantungan pada anak yang masih kecil.

Hal ini karena dunia anak adalah dunia yang bergantung pada orangtua yang sangat membutuhkan pertemanan.

Baca Juga : 5 Tanda Tak Biasa Si Kecil Cerdas dan Berbakat Sejak Bayi, Catat Moms!

Selain itu, balita juga masih sangat bergantung pada pengasuhan orangtua, dengan keluarga sebagai tempat utama kehidupan sosial seseorang.

Untuk anak kecil, perceraian bisa menggetarkan kepercayaan akan orangtuanya.

Apalagi ketika kedua orangtuanya sekarang berperilaku dengan cara yang sangat berbeda.

Si Kecil akan membagi unit keluarga menjadi dua rumah tangga yang berbeda di mana ia harus belajar untuk menyesuaikan diri bolak-balik.

Kondisi ini menciptakan ketidakbiasaan, ketidakstabilan, dan ketidakamanan.

Baca Juga : Minum Rendaman Air dan Biji Ketumbar, Rasakan 6 Manfaat Kesehatan Tak Terduga Ini!

Meyakinkan anak yang masih kecil akan perceraian dapat menjadi sulit ketika ia punya kerinduan mendalam dan berkhayal bahwa ibu dan ayahnya akan hidup bersama lagi suatu hari nanti.

Si Kecil akan berangan-angan untuk membantu menghilangkan rasa sakit akan kehilangan dengan berharap adanya rujuk bagi kedua orangtuanya.

Karenanya, orangtua yang hadir bersama di acara keluarga untuk menciptakan kedekatan hanya memberi fantasi bagi Si Kecil dan menunda penyesuaian keadaannya.

Begitu banyak hal yang berbeda, baru, tidak dapat diprediksi, dan tidak diketahui bahwa hidup menjadi penuh dengan pertanyaan-pertanyaan menakutkan.

Akibatnya, bisa ada kecemasan ketika perpisahan.

Seperti ia menangis pada waktu tidur, melanggar pelatihan toilet, mengompol, merengek, tantrum, untuk mendapat perhatian orangtuanya.

Baca Juga : 5 Cara Efektif Hilangkan Rasa Pahit pada Pare, Buktikan Moms!

Oleh karena itu, bagi orangtua yang bercerai dengan seorang anak, prioritasnya adalah membangun rasa keteraturan dan prediktabilitas keluarga.

Sehingga, orangtua yang bercerai perlu memulihkan kepercayaan anak dalam keamanan, keakraban, dan ketergantungan kepada orangtuanya.

Ini agar Si Kecil tidak merasa diabaikan, dan tetap mendapatkan kasih sayang yang ia butuhkan.