Tak Perlu Pengangkatan Rahim, Peneliti Kembangkan Obat Kanker untuk Atasi Kehamilan di Luar Rahim

By Rosiana Chozanah, Senin, 26 November 2018 | 16:27 WIB
Peneliti mengembangkan obat kanker untuk atasi kehamilan ektopik (Pexels)

Nakita.id - Kehamilan ektopik adalah kehamilan di luar rahim atau kandungan.

Pada kehamilan normal, pertemuan antara sel telur dan sperma terjadi di saluran telur, lalu setelah pembuahan terjadi akan berjalan menuju rongga rahim. 

Tapi pada kasus hamil di luar kandungan, hasil pembuahan tidak bisa mencapai rahim

Hingga akhirnya akan menetap di saluran telur atau tempat lainnya dalam perut, misalnya di leher rahim, dalam rongga perut atau di indung telur.

Baca Juga : 5 Tips Berikan Dukungan kepada Moms di Masa Kehamilan, Catat Dads!

Sehingga janin memiliki kemungkinan sangat kecil untuk dapat bertahan hidup.

Biasanya kehamilan ektopik ini hanya bertahan 5 hingga 10 minggu, setelah itu keguguran.

Namun ada juga sejumlah kondisi seperti kehamilan abdominal, yang mana janin dapat bertahan hingga masa persalinan.

Penyebab kehamilan ektopik tersering adalah infeksi pada tuba fallopi (saluran yang menghubungkan indung telur dan rahim) serta adanya kerusakan di saluran telur yang membuat embrio tidak bisa menuju ke rahim. 

Ada kemungkinan penyebabnya adalah kesalahan salah satu jenis hormon pengaturan yang berperan dalam hal ini, sehingga perjalanan hasil pembuahan tidak lancar.

Karena kehamilan ektopik sangat berisiko terhadap keselamatan sang ibu, umumnya dokter akan mengambil keputusan untuk membatalkannya melalui operasi guna mengangkat embrio, sebagian atau keseluruhan saluran telur yang pecah, dan dibersihkan hingga tak ada jaringan yang tertinggal.

Atau pasien akan diberikan obat kemoterapi berjenis methorexate.

Baca Juga : Informasi Kehamilan Sehat Bulan 4 : Gangguan Jantung Saat Hamil

Namun sayangnya 75% pasien justru harus mengalami operasi pengangkatan rahim.

Di sisi lain, obat ini juga hanya bisa dianjurkan bagi pasien yang mengandung pada periode awal.

Oleh karena itu, para peneliti di Rumah Sakit Mercy, Melbourne, mencari opsi obat kanker lainnya.

Mereka akhirnya mendapatkan obat bernama vinorelbine, melansir Kompas.com.

Baca Juga : Usia Kehamilan Masuk Trimester Pertama, Sarwendah Bagikan Perkembangan Calon Bayinya

“Ini berpengaruh besar untuk revolusi pengobatan kehamilan ektopik pada perempuan. Jika percobaan klinis ini berhasil, pastinya akan menggantikan tindakan pembedahan,” ujar Hastie seperti yang dilansir dari ABC.

Pada bulan mendatang di Australia dan Selandia Baru, para peneliti akan meneliti dampak dari obat ini ke perempuan yang mengalami kehamilan ektopik.

Obat ini disebut seribu kali lebih ampuh untuk mengatasi kehamilan ektopik.

Pasien tidak perlu lagi mendapatkan tindakan pembedahan.

Dalam penelitian yang menggunakan tikus sebagai sampelnya, Roxanne Hastie, seorang kandidat penerima PhD dalam penelitian ini mengatakan percobaan obat vinorelbine memungkinkan perempuan dengan kehamilan ektopik tidak perlu melakukan pengangkatan rahim.

“Sekarang mereka tidak perlu berhadapan dengan risiko tersebut. Perempuan-perempuan itu bisa menjalani kehamilan berikutnya, tidak perlu ada tindakan bedah,” imbuhnya.

Harapannya, obat ini mampu menolong para perempuan dengan kehamilan ektopik yang tinggal di negara berkembang.

Apabila uji coba klinis berjalan sukses, obat ini akan tersedia dalam lima hingga tujuh tahun ke depan.

Kesulitan akses kesehatan bukan lagi kendala untuk penanganan kehamilan ektopik.

Pasalnya, kehamilan jenis ini cukup ditangani dengan pemberian obat, tidak lagi dengan langkah operasi.

Ini akan meningkatkan angka harapan hidup seorang ibu dengan kondisi kehamilan ektopik.

Baca Juga : Cara Tepat Menggunakan Test Pack Agar Hasil Tes Kehamilan Akurat