Kenapa Ibu Tidak Boleh Ajarkan Anak Tahan Emosi

By Dini Felicitas, Minggu, 24 September 2017 | 23:00 WIB
Ini Dampak Bila Anak Sering Dimarahi (Ipoel )

Nakita.id - Setiap orangtua ingin anaknya tumbuh cerdas dan memiliki kematangan emosi. Namun, kematangan emosi itu tidak dicapai dalam satu malam. Dalam prosesnya, anak akan belajar mengelola emosi berdasarkan berbagai pengalaman yang didapatnya dari tahun ke tahun.

Tidak hanya pengalaman bahagia atau buruk yang didapatnya, berbagai kebiasaan dan perilaku yang diperlihatkan oleh orangtua juga turut berpengaruh terhadap perkembangan emosi si Kecil. Tanpa sadar, setiap hari orangtua mungkin melakukan beberapa hal berikut ini, yang kemudian dapat berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak. Apa sajakah itu?

1. Meminta si Kecil untuk tidak terbawa perasaan Bukan cuma orang tua yang sering "baper", si Kecil pun kerap bisa dilanda emosi berlebihan ketika mengalami kejadian yang tidak mengenakkan. Bila hal itu terjadi saat Ibu sedang sibuk atau terburu-buru, berbagai cara pun akan ditempuh agar anak meredam emosi yang sedang dirasakan. Bisa dengan memintanya melupakan atau memberikan sesuatu untuk mengalihkan emosinya.

Tindakan seperti ini dalam jangka pendek terkesan efektif. Tapi, sebenarnya cara terbaik bagi anak dalam mengatasi emosi berlebihan adalah dengan belajar mengenalinya.

Jadi, ketika si Kecil marah tidak karuan, cobalah mengenali emosinya. Misalnya, "Kamu marah karena ingin main mobil-mobilan itu sendiri ya? Tidak mau dipinjam teman?". Hal ini akan membuat si Kecil merasa didengarkan. Setelahnya, tawarkan solusi yang bisa diterima oleh si Kecil sehingga ia tidak marah lagi.  Cara ini mungkin tidak dengan segera mengatasi masalah. Tetapi, dengan begitu Ibu mengajarinya mengatasi perasaan negatif sekaligus menyelesaikan masalah.

2. Berteriak pada anak Setiap orang bisa mengalami hari-hari buruk yang membuat mereka jadi gampang marah dan berteriak. Saat Ibu berteriak, si Kecil akan mendengar suara Ibu tapi tidak menyimak kata-kata yang diucapkan. Nada suara yang tinggi dan lantang bisa membuat mereka merasa ketakutan tanpa memahami apa maksud Ibu. Yang lebih buruk lagi, si Kecil akan belajar melakukan hal serupa. Ingat, guru pertama dalam kehidupan anak tidak lain adalah orang tuanya sendiri.

3. Berkorban waktu dan tenaga untuk anak Ibu sedang sibuk, sangat lelah, tapi tidak ada waktu untuk istirahat karena harus mengurus anak-anak. Tidak bisakah Ibu meluangkan sedikit waktu saja untuk duduk selonjoran di sofa dan minum teh hangat sambil dengar musik?

Bisa, dan hal itulah yang harus Ibu lakukan di sela-sela kesibukan. Sebab, tidak ada gunanya mengorbankan seluruh waktu dan tenaga untuk anak jika pada akhirnya kesehatan fisik dan jiwa Ibu yang jadi taruhannya. Apa yang terjadi bila Ibu tidak pernah beristirahat? Bisa ditebak, Ibu jadi mudah marah, mudah berteriak, dan mudah emosi dalam menghadapi anak. Hasilnya, si Kecil pun akan terpengaruh kondisi emosinya.