Kesaksian Nelayan yang Selamat dari Tsunami Banten : "10 Perahu di Depan Saya Hancur dan Tenggelam Semua!"

By Saeful Imam, Minggu, 23 Desember 2018 | 21:39 WIB
Kesaksian nelayan yang selamat dari tsunami Banten (Ngumbar/Tribunnews.com)

Nakita.id - Musibah datang di Penghujung tahun 2018, yaitu munculnya gelombang tinggi berupa tsunami di daerah Anyer, Pandeglang, Lampung, dan sekitarnya.

Seperti dikutip Kompas.com, gelombang pasang dari laut tersebut naik ke daratan terjadi pada pukul 21.15 WIB.

Baca Juga : Tsunami Lampung Tak Kalah Dahsyat, Ada Perahu Nangkring di Tengah Sawah

Awalnya, baik pihak BMKG maupun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sempat menyatakan bahwa kejadian tersebut bukanlah tsunami.

Namun, setelah dilakukan pengamatan lebih lanjut baru ditemukan data bahwa gelombang pasang tersebut termasuk dalam golongan tsunami.

Meski menyatakan tsunami, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rachmat Triyono menyatakan, sebenarnya tidak ada aktivitas seismik atau gempa di sekitar lokasi gelombang tinggi.

Baca Juga : Anyer dan Lampung Diterjang Tsunami, Permukiman Rusak dan Ada Korban Jiwa

Apa pun penyebabnya, musibah ini menimbulkan trauma dan duka tersendiri, utamanya bagi para korban.

Musibah tsunami ini memakan cukup banyak korban jiwa.

Berdasarkan laporan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Puwo Nugroho, jumlah korban hingga pukul 13.00 WIB, Minggu (23/12) tercatat 168 orang meninggal dunia, 745 luka dan 30 orang hilang.

Nah, salah satu kesaksian yang mengharukan datang dari salah seorang nelayan yang selamat dari korban tsunami. 

Seperti diunggah oleh akun Ngumbar, seorang pria melaporkan dirinya menemukan nelayan yang selamat, lalu bermaksud menyelamatkan dan menanyakan kejadian tsunami tersebut.

Baca Juga : Firasat Ayah Korban Tsunami Banten, Sempat Mimpi Wajah Anaknya Bercahaya dan Dengar Suara Tanpa Rupa!

Dialog dalam video berdurasi 3 menit 20 detik ini adalah campuran antara bahasa Sunda dan Jawa. 

Asal tahu saja, sebagian masyarakat Cilegon, Pandeglang, dan sekitarnya biasanya menggunakan atau bahkan mencampurkan dua bahasa tersebut.  

Pria tersebut dan beberapa orang sekitar terlihat berteriak "Santai..santai.. santai Pak" sementara di depannya, terlihat seorang bapak yang tergopoh-gopoh, seolah tergesa-gesa ingin mencari sesuatu. 

Dialah sang nelayan yang selamat itu. 

Dalam rekaman, terdengar para pria mencoba menenangkan nelayan tersebut, "Tenang Pak, ini Pak Lurah, Pak Lurah, Pak Lurah," berkali-kali ia mengucapkan 'Pak Lurah'  untuk meyakinkan sang nelayan. 

Orang-orang di sekitar juga tak diam, tapi mencoba menenangkan dengan mencoba memegang tangan nelayan dan memberikan air minum. 

"Air...air..air..sabar Pak, sabar!" Teriak mereka. 

Nelayan itu pun diminta tenang dan duduk.

"Tenang Pak, semua penduduk sudah mengungsi, aman semua, keluarga juga aman," pria itu terus mencoba menenangkan.

Perkataan itu membuat sang nelayan sedikit tenang. 

Dengan napas tersenggal, nelayan mulai bicara, "Tanjung Lesung hancur semua!"

"Semua perahu saya lihat terbalik dan terseret gelombang!"

Ada berapa kapal? Tanya Bapak-bapak di sekitar.

"Ada sekitar 10 kapal, tenggelam semua," ungkap sang nelayan dengan napas terengah-engah. 

Setelah itu, sang nelayan diminta menenangkan diri karena sepertinya tidak bisa diberi pertanyaan karena masih trauma. 

Berikut video lengkapnya: