Dua Kunci Meningkatkan Memori Anak

By Soesanti Harini Hartono, Selasa, 17 Oktober 2017 | 00:00 WIB
Kunci Meningkatkan Memori Anak (Santi Hartono)

Nakita.id - Memori adalah kemampuan jiwa untuk memasukan (learning), meyimpan (repention) dan menimbulkan kembali (remembering) apa yang telah dilakukan terhadap hal-hal yang terjadi di masa lampau. 

Untuk memenuhi kebutuhan daya ingat atau memori anak, diperlukan suatu pengulangan terhadap apapun yang telah dialaminya agar supaya lebih mudah untuk mengingatnya. 

Memori merupakan fungsi penting untuk ingatan anak.  Karena ketika anak menerima pembelajaran di Sekolah, anak sangat membutuhkan memori untuk menyimpan pelajaran apa yang telah diajarkan oleh guru kepada anak untuk mudah diingat keesokan harinya dan seterusnya. 

Tanpa menggunakan memori, anak sulit untuk mengingat apa yang diajarkan guru terhadapnya. Terdapat dua kunci utama untuk mengingatkan memori anak. 

- Meningkatkan perhatian anak 

Sebagai sosok orangtua Ibu dapat meningkatkan perhatian anak dengan membuat anak rileks. Menghilangkan pikiran negatif pada suatu pelajaran yang mereka tidak suka.  Membuat tempat belajar tenang dan nyaman, sehingga anak bisa berkonsentrasi penuh, serta memerhatikan lama. 

"Maa.. Paa.., Aku ingin main.."  Alasan tersebut mungkin sering sekali terdengar ketika Ibu mengajak anak untuk belajar. Tidak jarang adu argumen pun terjadi yang pada akhirnya terkadang Ibu dengan emosi menyuruh anak belajar. Hal tersebut justru akan membuat anak merasa tertekan dan tidak memungkinkan anak melakukan proses pembelajaran. 

Anak dapat berkonsentrasi dengan baik bila kondisi dirinya rileks, oleh karena itu, untuk meminimalkan penolakan belajar, Ibu sebagai orangtua haruslah membuat perjanjian dengan menetapkan waktu khusus untuk belajar. 

Misalnya saja menetapkan jam belajar dengan anak pada pukul 18:00-19:00, setiap hari. Selanjutnya tuliskan waktu jam belajar tersebut dengan jelas dan ukuran yang cukup besar. 

- Jangan bagi perhatian

"Ma..Aku belajar disini ya sambil nonton TV" Anak biasanya sering menawar untuk sesuatu yang menyenangkan mereka, termasuk dalam belajar.  Pembagian maupun pengalihan konsentrasi seperti menonton televisi justru akan menurunkan daya serap belajar anak. (*)