Demam Saat Trimester Pertama Meningkatkan Risiko Bayi Mengalami Cacat dan Kelainan Pada Wajah

By Soesanti Harini Hartono, Kamis, 26 Oktober 2017 | 02:15 WIB
Mengapa Mama Alami Demam Usai Melahirkan? (Ipoel )

Nakita.id - Hati-hati ya untuk para calon ibu! Demam pada trimester pertama kehamilan meningkatkan risiko cacat jantung dan kelainan bentuk wajah, seperti bibir sumbing atau langit-langit mulut.

Peneliti dari University Of California, Berkeley menemukan, demam itu sendiri, bukan penyebabnya, tapi hal yang mengganggu perkembangan jantung dan rahang selama tiga sampai delapan minggu pertama kehamilan.

Bayi yang terlahir dengan cacat jantung dan bibir sumbing atau palatum disebabkan karena sel-sel puncak saraf (sel-sel yang merupakan blok bangunan kritis untuk jantung, wajah dan rahang) mengandung sifat sensitif suhu.

(Baca juga : Bahayakah Demam Saat Hamil)

Penelitian tersebut, bekerja sama dengan para ilmuwan di Duke University, memberikan petunjuk baru karena para ilmuwan terus menyelidiki cacat jantung, yang memengaruhi satu persen kelahiran hidup di A.S., dan bibir sumbing atau langit-langit mulut, yang memengaruhi sekitar 4.000 bayi per tahun.

"Cacat jantung bawaan dan cranial wajah sangat umum terjadi pada kelahiran hidup, namun sebagian besar waktu, mereka memiliki penyebab yang tidak diketahui," kata penulis senior Chunlei Liu di Berkeley.

"Studi kami mengidentifikasi jalur molekuler spesifik yang menghubungkan demam langsung dengan ibu ke beberapa cacat tersebut," tambah Chunlei.

Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian cacat lahir bawaan dapat dicegah jika demam ditangani melalui penggunaan asetaminofen secara bijaksana selama trimester pertama, kata co-senior author Eric Benner di Duke.

(Baca juga : Demam Saat Hamil. Waspada Terkena Berbagai Gangguan Kehamilan Serius)

Eric memperingatkan bahwa obat antiinflamasi non steroid (NSAID) seperti ibuprofen, naproxen dan aspirin juga bisa mengurangi demam, namun sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan.

Untuk mengamati bagaimana demam memengaruhi janin yang sedang berkembang, tim mempelajari zebra-fish dan embrio ayam.

Para periset merancang teknologi berbasis magnet noninvasive untuk menciptakan kondisi seperti demam di dua saluran ion sensitif suhu tertentu yang disebut TRPV1 dan TRPV4 di sel-sel puncak saraf yang terlibat dalam pengembangan jantung dan wajah.