Tulang Jadi Keropos Setelah Bersalin. Kok Bisa? Ini Penjelasannya.

By Soesanti Harini Hartono, Rabu, 1 November 2017 | 03:45 WIB
Penanganan osteoporosis, umumnya dengan pemberian obat jenis bipospanat, terapi fisik (senam osteoporosis), olahraga ringan (berjalan kaki), memerhatikan betul pola hidup sehat, dan mengonsumsi makanan bergizi seimbang (Santi Hartono)

Nakita.id.- Georgina Howard (36), asal Notingham Inggris, sewaktu berusia 29 tahun dan baru melahirkan, mengeluhkan punggungnya nyeri. Rasa sakit yang berawal di bahu, kemudian menyebar ke punggung atas dan lengan, akhirnya membuat Georgina tak bisa tegak berdiri dan berjalan.

Menurut dokter, ia menderita osteoporosis atau pengeroposan tulang, kemungkinan dipicu oleh kehamilan dan menjadi semakin terasa berat usai bersalin.

Tenang, Bu. Meski osteoporosis bisa terjadi usai melahirkan, tetapi kasusnya jarang sekali terjadi. "Kabar baiknya lagi, kehamilan bukanlah penyebab langsung terjadinya osteoporosis, melainkan hanya sebagai pemicu. Begitu pun dengan menyusui," kata dr. Michael Triangto, Sp.KO dari Klinik Slim + Health Sports Therapy, Mal Taman Anggrek Jakarta.

Baca juga: Mengenal Gangguan Tulang Rapuh Atau Osteogenesis Imperfecta

Jadi, kalau osteoporosis ini muncul ketika Ibu masih berusia di bawah 40 tahun, kemungkinan besar karena faktor malnutrisi yang parah. Misalnya, Ibu sangat kekurangan asupan kalsium sejak kecil atau kelainan pada pertumbuhan tulang. Tetapi jika asupan nutrisi normal, apalagi sangat baik, osteoporosis tidak akan muncul usai Ibu melahirkan.

Seperti yang dialami Georgina, para dokter menduga, Georgina memang sudah mengalami osteoporosis sejak sebelum hamil. Osteoporosis itu semakin parah dan baru ketahuan usai melahirkan, mengingat kebutuhan kalsium saat hamil dan menyusui sangat tinggi, sehingga semakin menyedot persediaan kalsium yang disimpan di dalam tulang.

Jadi, kita pun bisa mengalami hal yang sama jika sudah mengalami osteoporosis sejak sebelum hamil. 

Baca juga: Hati-Hati Makanan Ini Bisa Bikin Tulang Ibu Keropos

Usai melahirkan juga ikut menentukan. Jika Ibu melahirkan di usia produktif, antara 20—30 tahun dimana cadangan kalsium dan kepadatan tulang masih baik, maka kemungkinan osteoporosis usai melahirkan sangat-sangat kecil.

Tetapi jika melahirkan di atas usia 30 tahun, apalagi di atas 40 tahun dan merupakan anak kedua, ketiga, dan seterusnya, maka persentase osteoporosis usai melahirkan menjadi lebih besar.

Itu pun hanya terjadi pada Ibu yang asupan kalsiumnya sangat kurang, seperti Ibu yang menjalani diet ketat yang tidak terukur. Lain hal jika asupan nutrisinya bagus, rutin berolahraga, istirahat cukup, biasanya tak akan mengalami osteoporosis pascamelahirkan.

Osteoporosis tidak memunculkan gejala apa-apa pada setiap penderita: tidak muncul nyeri, pegal, tubuh lemas, atau lainnya. Jadi, kita tetap bisa menjalani semua aktivitas dengan normal. Itu sebabnya, osteoporosis disebut sebagai silence desease, karena penderita tidak tahu dirinya mengalami pengeroposan tulang. 

Sebaiknya, menginjak usia 30 tahun ke atas, baik usai melahirkan ataupun tidak, Ibu melakukan tes BMD (Bone Mineral Densitometry) untuk memeriksakan ketebalan tulang guna melihat apakah mengalami osteoporosis atau tidak.