Tabloid-Nakita.com - Osteoporosis umumnya dialami oleh seseorang yang berusia 18 hingga 30 tahun. Tapi, bisakah anak mengalami osteoporosis?. Kenyataannya osteoporosis juga dapat dialami oleh anak-anak, namun keadaan tersebut biasanya dikarenakan oleh penyakit lain atau penggunaan obat-obatan tertentu. Nah, kondisi itu disebut sebagai osteoporosis sekunder.
Osteoporosis adalah kondisi pengeroposan tulang yang dapat menyebabkan timbulnya rasa nyeri pada tulang, bahkan terasa seperti patah tulang. Kebayang tidak Mam, jika si kecil mengalami kondisi seperti itu?
Anak yang mengalami penyakit tersebut biasanya menunjukkan beberapa gejala, seperti timbulnya rasa nyeri pada bagian punggung bawah, lutut, pinggang, telapak dan pergelangan kaki, bentuk tulang yang membungkuk atau bengkok serta mengalami kesulitan berjalan.
Nah, jika si kecil menunjukkan tanda-tanda tersebut, sebaiknya segera periksakan kondisi si kecil ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Biasanya dokter akan melakukan beberapa terapi, seperti memberikan motivasi agar ia mau melakukan aktivitas fisik yang mampu membantu pertumbuhan tulang yang aman dan tidak menyebabkan risiko terjadinya patah tulang.
Tak hanya itu, dokter juga biasanya akan menyarankan Mama untuk dapat meningkatkan asupan kalsium setiap harinya kepada si kecil, seperti memberikan susu, keju, yogurt, serta buah-buahan hijau.
Mama dan Papa juga disarankan untuk dapat memenuhi kebutuhan vitamin D si kecil yaitu dengan memperbanyak paparan terhadap sinar matahari selama 30-60 menit setiap pagi dan juga mengurangi asupan kafein yang akan dikonsumsi si kecil.
Perlu Mama ketahui bahwa osteoporosis pada anak harus segera ditangani karena dapat menimbulkan dampak buruk pada pertumbuhan tulangnya kelak. Pembentukan massa tulang dipengaruhi faktor keturunan (genetik) dan gaya hidup, terutama jumlah asupan kalsium, serta tingkat aktivitas fisik.
Serunya Kegiatan Peluncuran SoKlin Liquid Nature French Lilac di Rumah Atsiri Indonesia
KOMENTAR