Nakita.id - Untuk sebagian besar para ayah, mungkin sesekali pernah terpikir untuk melakukan vasektomi guna menghindari kehamilan yang tak direncanakan.
Menurut dr. Lastiko Bramantyo, SpOG, dalam tabloid Nakita Edisi 169, vasektomi biasa disebut dengan sterilisasi.
Dalam hal ini, vasektomi dilakukan dengan tindakan operasi kecil. “Vasektomi, biasanya dilakukan dengan pembiusan lokal untuk melakukan sayatan kecil pada kantung skrotum/zakar guna memotong saluran sperma,” ujarnya.
Pemotongan saluran ini dilakukan untuk mencegah terjadinya perpindahan sperma ke penis. Namun, ada pula teknik vasektomi yang menggunakan laser.
Jadi, mengapa hanya sedikit pria yang melakukannya? Pertama, mari kita membahas mitos-mitos tersebut. Mitos pertama, vasektomi ada kaitannya dengan kanker prostat. Namun penelitian lain menunjukkan, tidak ada hubungan antara kanker prostat dan vasektomi.
Kedua, kemajuan dalam pengetahuan dan teknik medis telah mengurangi persentase pria yang mengeluh sakit post-op (nyeri akut yang berhubungan dengan luka pascaoperasi) sampai 1%-2 %, dan bahkan hal ini bisa diobati.
Baca juga : Mengenal Vasektomi, Metode Kontrasepsi untuk Pria yang Bisa Ayah Coba
Jadi keluhan terbesar pria yang merasakan nyeri di testis selama beberapa bulan bukan lagi menjadi argumen yang kuat.
"Jika seorang pria yakin bahwa dia tidak menginginkan anak-anak di masa depan, tidak ada alasan kuat untuk tidak melakukan vasektomi," kata Dr. Robert Mordkin, Kepala Urologi dan Direktur Operasi Robotik di Virginia Hospital Center.
Jika sudah tidak ada lagi alasan, jangan ragu untuk menghubungi dokter atau menjadwalkan prosedur tersebut.
Tapi sebelum Ayah melakukannya, berikut adalah tiga hal penting yang perlu diingat!
1. Vasektomi bukanlah masalah besar. Tidak seperti ligasi tuba untuk wanita yang membutuhkan anestesi umum dan waktu pemulihan yang lebih lama, vasektomi hanya memerlukan waktu sepuluh menit dan dilakukan sebagai prosedur rawat jalan.