Tarif Tinggi Vanessa Angel Tetap Laku, Begini Ternyata Cara Iklannya Bisa Aman

By Anisa Annan, Senin, 7 Januari 2019 | 15:30 WIB
Vanessa Angel (Herudin)

Nakita.id - Tak hanya perkembangan positif, kemajuan teknologi pun permudah permainan jual-beli negaitif, salah satunya prostitusi online.

Prostitusi online jadi bisnis besar dengan keuntungan menggiurkan.

Di Indonesia, bisnis prostitusi online tengah ramai diperbincangkan, terlebih setelah ditangkapnya salah satu artis yang terlibat di dalamnya.

Baca Juga : Kabar Prostitusi Online Vanessa Angel, Hotman Paris: Semua Istri Pengusaha Harus Periksa WhatsApp Suami!

Dilansir dari TribunNews, Sabtu (5/1) lalu, artis wanita dan seorang model tertangkap melayani lelaki hidung belang di sebuah hotel di Jawa Timur.

Terungkap keduanya terlibat jaringan prostitusi online, yang juga menjadi tempat artis-artis tertentu melayani lelaki-lelaki dengan tubuh mereka.

Vanessa Angel, artis FTV yang tertangkap berkencan dengan seorang lelaki via jaringan prostitusi online itu bahkan pasang harga fantastis, mencapai Rp80 juta sekali kencan.

Tak hanya Vanessa, sederet nama artis pernah pula diketahui terlibat jaringan prostitusi online.

Tarif kencan mereka beraneka ragam, tetapi hampir semuanya menyentuh angka di atas jutaan rupiah.

Beberapa kali usaha penangkapan demi mengakhiri jaringan prostitusi online berlangsung, hal itu memperlihatkan memang ada orang-orang yang tak segan-segan membayar dalam jumlah besar untuk kesenangan sesaat itu.

Mengiklankan prostitusi online mempermudah mucikari dapatkan pelanggan

Untuk mendapatkan pelanggan yang mau merogoh kocek dalam-dalam supaya bisa kencan dengan artis, mucikari beriklan dengan menggunakan kemudahan yang disediakan internet.

Dilansir dari situs Research Michigan State University (MSU), pergeseran prostitusi ke dunia online semakin membebaskan mucikari untuk ‘berdagang’.

Setelah mewawancarai 71 mucikari di Atlanta dan Chicago, Amerika Serikat, hasilnya para mucikari zaman sekarang memang terlindungi oleh fitur-fitur dunia maya.

Baca Juga : Cara Menghilangkan Jerawat di Dada dengan Cepat, Gunakan 7 Langkah Ini

Mereka bisa menghindari kepolisian dengan menggunakan media sosial, situs-situs tersembunyi, aplikasi, bahkan memasang iklan tersembunyi di situs mainstream.

Para mucikari, berdasarkan riset yang dilakukan kriminolog, mengadaptasi strategi penjualan secara online untuk meraup keuntungan besar.

"Kami menemukan mucikari memanfaatkan teknologi serta situs-situs yang membuat mereka bisa menyembunyikan identitas," jelas Kepala Fakultas Kriminologi MSU, Mary Finn.

Teknologi telah mengubah pola industri prostitusi. Diperkirakan 80 persen transaksi seks kini dilakukan secara online.

Di Amerika Serikat, para mucikari itu berani berulang kali memasang iklan di situs penjualan mainstream seperti Craiglist dan Backpage.

Indonesia perlu waspada, sebab mucikari prostitusi online bahkan telah semakin canggih. Mereka menggunakan aplikasi sejenis jual-beli online pada umumnya.

Baca Juga : Persahabatan Vanessa Angel dan Jane Shalimar, Bukti Orang yang Paling Dibenci Bisa Jadi Malaikat Saat Kita Jatuh

"Mereka bahkan punya aplikasi untuk ponsel pintar sekarang, jadi jika berada di kota tertentu dan ada pelanggan yang mencari teman kencan semalam di sekitar mereka, cukup memasukkan alamat dan aplikasi itu akan memperlihatkan nama-nama wanita yang bisa mereka sewa, berserta lokasi," lanjut Finn.

Menurut Finn, teknologi dan internet di dunia prostitusi bagaikan ladang emas. Sangat fenomenal.

Sayangnya, lanjut Finn, kepolisian hanya bisa fokus untuk memberantas prostitusi.

Kemampuan pihak berwajib terbatas, sementara bisnis prostitusi online ini akan terus berjalan selama ada orang-orang yang mau membayar demi berhubungan intim dengan wanita yang disediakan mucikari.