Studi Terbaru, Flu Dapat Meningkatkan Kemungkinan Stroke, Ini Pendapat Ahli

By Salmaa Awwaabiin, Selasa, 5 Februari 2019 | 19:22 WIB
Ilustrasi flu ()

Nakita.id - Penyakit flu memang kerap disepelekan oleh sebagian orang.

Hal ini lantaran orang-orang memanggap bahwa flu merupakan penyakit flu cukup mudah untuk disembuhkan.

Mungkin Moms merupakan salah satu dari sekian banyak orang yang mempunyai keyakinan tersebut.

Namun Moms, siapa sangka ternyata flu dapat meningkatkan kemungkinan terkena stroke lho.

Baca Juga : Musim Rentan Anak Sakit, Jaga Kondisinya dengan Asupan Gizi yang Tepat

Mengutip dari WebMD, reporter HealthDay News menyatakan bahwa Flu dapat membuat Moms mengalami sakit yang parah.

Studi terbaru menunjukkan, flu dapat memicu stroke atau memecahnya pembuluh darah di sekitar leher.

Temuan baru ini mengingatkan para peneliti untuk mendapatkan suntikan flu yang tidak hanya melindungi diri dari infeksi, melainkan juga suntikan utnuk mengurangi risiko komplikasi yang cukup serius.

Para peneliti dalam studi pertama menemukan fakta bahwa flu dapat meningkatkan peluang untuk terkena stroke.

Baca Juga : Tasya Kamila Asyik Minum Air Kelapa Saat Babymoon, Inilah 10 Manfaat Minum Air Kelapa Bagi Ibu Hamil

Tidak main-main, rupanya peluang terkena stroke tersebut dapat meningkat sebanyak 40%.

"Risiko tertinggi dalam 15 hari influenza dan mulai berkurang seiring berjalannya waktu," kata ketua peneliti Amelia Boehme.

Amelia Boehme sendiri adalah seorang asisten profesor epidemiologi di Vagelos College of Physicians and Surgeons di Columbia University di New York City.

Untuk penelitian ini, Boehme dan koleganya mengidentifikasi hampir 31.000 pasien dari pusat data negara bagian New York, usia rata-rata 72 tahun, yang mengalami stroke pada tahun 2014.

Baca Juga : Sulit Tidur Setiap Malam? Bukan Obat Tidur, Buah Ini Solusinya!

Sebagai kelompok, mereka cenderung memiliki kasus flu yang lebih parah, karena semuanya terlihat pada ruang gawat darurat atau dirawat di rumah sakit.

Pada awalnya, Tim Boehme berharap menemukan perbedaan risiko terjangkit stroke antara pria dengan wanita.

Tak hanya itu, mereka juga berharap mendapatkan peredaan risiko terjangkit stroke antara penduduk kota dan pedesaan serta orang kulit hitam dengan orang kulit putih.

Namun hal yang mengejutkan rupanya terlihat dalam penelitian itu.

Baca Juga : Pernah Diisukan Dekat dengan Siwon Hingga Chris Brown, Ternyata Ini Sosok Bule Kekasih Agnez Mo, Produsen Tampan Asal Amerika

Mereka justru menemukan risiko stroke setelah berjuang melawan penyakit flu.

Studi lain telah menemukan bahwa risiko stroke meningkat setelah infeksi besar.

Bisa jadi pada orang yang sudah beresiko terkena stroke, satu pemicu flu, kata Boehme.

Tetapi penelitian ini tidak membuktikan bahwa flu menyebabkan risiko stroke meningkat.

Namun tetap saja, pasien perlu dipantau secara ketat setelah terserang flu, kata Dr. Salman Azhar, direktur stroke di Lenox Hill Hospital di New York City.

Baca Juga : Demi Hilangkan Lemak di Pipi, Dewi Perssik Habiskan Rp 50 Juta Sekali Infus!

Yang menarik di sini adalah flu tidak hanya meningkatkan risiko stroke, tetapi risiko itu sebenarnya merupakan risiko yang berkepanjangan, yang berlangsung selama beberapa bulan," katanya.

"Orang-orang perlu divaksinasi."

Azhar menduga peradangan yang terjadi bersamaan dengan infeksi seperti flu membuat tubuh rentan terhadap stroke dan serangan jantung .

"Flu membuat sistem kekebalan tubuh menjadi overdrive dan menimbulkan banyak peradangan yang berlanjut," ungkapnya.

Baca Juga : Sedang Hamil, Perempuan Ini Malah Dapati Pasangannya Punya Selingkuhan yang Juga Sedang Hamil

"Ini bukanlah risiko langsung, melainkan risiko jangka panjang."

Dalam studi kedua, kelompok lain dari peneliti Universitas Columbia menemukan bahwa pada bulan berikutnya setelah terserang flu, pasien memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk merobek arteri leher.

"Studi sebelumnya menunjukkan bahwa robekan arteri serviks non-traumatis merupakan penyebab utama stroke pada pasien berusia 15 hingga 45 tahun," kata ketua peneliti Madeleine Hunter, seorang mahasiswa kedokteran.

"Namun, bagaimana pembedahan arteri leher terjadi tanpa trauma besar masih belum jelas."

Dengan menggunakan data yang sama seperti pada studi pertama, tim Hunter meninjau hampir 3.900 kasus robekan arteri serviks di antara pria dan wanita, usia rata-rata 52 tahun.

Baca Juga : Tidak Rayakan Imlek 2019 Bersama, Anak Kedua Ahok Pamer Veronica Tan Sibuk Masak di Dapur!

Mereka juga mengidentifikasi lebih dari 1.700 kasus flu dan menemukan 113 kasus di mana pasien menderita flu selama tiga tahun sebelum menderita arteri leher yang robek.

Flu kemungkinan besar telah terjadi dalam 30 hari sebelum robekan.

Waduh Moms, jadi bisa lebih waspada ya mulai sekarang.

Jangan lupa untuk selalu menjaga kesehatan Moms!