Ibu Suapi Anaknya yang Tak Beranjak 2 Hari di Warnet, Ini Alasan Anak Kecanduan Game yang Masuk Kategori Gangguan Jiwa

By Salmaa Awwaabiin, Jumat, 22 Februari 2019 | 20:52 WIB
Anak kecanduan main game online di warnet. (Daily Mail)

Nakita.id - Moms bagaimana jika Si Kecil kecanduan game sampai tak mau makan?

Apakah yang harus Moms lakukan? Apa Moms akan melakukan hal yang sama dengan ibu ini?

Kecanduan game memang dapat mengubah perilaku seseorang dan ini adalah berita buruk.

Begitu juga yang terjadi kepada Carlito Garcia, anak berusia 13 tahun asal Nueva Ecija, Filipina yang tak beranjak sedikitpun selama 48 jam di warung internet (warnet) untuk bermain game.

Baca Juga : Lakukan 4 Cara Alami Ini, Efektif Hilangkan Bau Badan Tak Sedap!

Dilansir dari Daily Mail (21/02/2019), ibu Carlito, Lilybeth Marvel (37), sudah mulai khawatir sejak dua tahun lalu tentang kebiasaan anaknya ini.

Atas perilaku kecanduan game online ini, Lilybeth Marvel pun hingga rela menghampiri anaknya ke warnet dan menyuapi makan ketika dia masih di depan PC.

Hal ini dilakukannya karena begitu prihatin terhadap keadaan anaknya.

Apakah putranya akan mengalami kekurangan gizi? Atau juga tak beranjak meski bahkan untuk buang air kecil?

Baca Juga : Seolah Merasa Tak Berdosa, Romi Sempat Teriak pada Kakaknya Usai Tebas Sadis Istrinya!

Lebih jauh, anak itu menjadi gelisah dan bahkan tidak bisa mengalihkan pandangan dari layar atau melepaskan jarinya dari keyboard dan mouse untuk memainkan game favoritnya: "Rules of Survival," sembari sang ibu menyuapinya.

Sang ibu biasanya mencoba menghentikan kebiasaan buruk Carlito dengan memarahinya, namun sekarang menggunakan pendekatan yang berbeda.

Sementara Lilybeth Marvel dan suaminya memutuskan untuk membuat anaknya berhenti sekolah dulu karena kecanduan game ini, WHO telah menggolongkan kecanduan main game sebagai ganguan mental.

Baca Juga : Tanpa Diet Ketat, Wanita Ini Berhasil Turunkan 45 Kg Usai Melahirkan, Ini Rahasia #LangsungLangsing Darinya

WHO menerbitkan buku panduan International Classification of Diseases (ICD-11) pada tahun 2018 ini dengan memasukkan kecanduan main game sebagai salah satu kategori gangguan jiwa baru, disebut sebagai gaming disorder (GD).

1. Selalu menghabiskan waktu yang lama untuk bermain, bahkan durasinya makin meningkat dari hari ke hari.

2. Merasa mudah marah dan tersinggung saat dilarang atau diminta berhenti bermain game.

3. Selalu berpikir tentang game tersebut ketika sedang mengerjakan aktivitas lainnya.

Baca Juga : Kabarnya Menikah 27 Februari 2019, Beredar Foto Diduga Syahrini dan Reino Barack Lagi Berduaan!

4. Hilangnya kendali diri ini membuat pecandu game cenderung menomorsatukan gaming dalam hidupnya.

Sehingga akan melakukan berbagai cara untuk dapat menuntaskan hasrat akan candunya, tak peduli atas konsekuensi dan risikonya.

Apa yang menyebabkan anak kecanduan game?

Setiap benda atau hal-hal yang membuat seseorang merasa senang akan merangsang otak menghasilkan dopamin, hormon pembuat bahagia.

Baca Juga : Syahrini dan Reino Barack Dikabarkan Menikah Minggu Depan, Reaksi Luna Maya Jadi Sorotan, Tinggalkan Lokasi dan Katakan Ini

Dalam keadaan normal, hal ini tidak akan menyebabkan kecanduan.

Hanyalah rasa bahagia dan puas pada umumnya.

Akan tetapi saat seseorang mengalami kecanduan, objek yang membuat senang tersebut malah merangsang otak menghasilkan dopamin yang berlebihan.

Jumlah dopamin yang kelewat batas akan mengacaukan kerja hipotalamus, bagian otak yang bertanggungjawab mengatur emosi dan suasana hati.

Sehingga membuat seseorang merasa sangat bahagia tidak wajar, bersemangat, dan percaya diri berlebihan hingga merasa ‘teler’.

Baca Juga : Keluarga Syahrini Berangkat ke Jepang, Luna Maya Tulis Puisi Mimpi Jelang Pernikahan Reino Barack!

Efek membahagiakan ini akan membuat tubuh secara otomatis ketagihan untuk merasakannya lagi.

Pada akhirnya, efek ini membuat seseorang terus menggunakan candu tersebut secara berulang dalam frekuensi dan durasi yang lebih tinggi demi memuaskan kebutuhan akan kebahagiaan ekstrem tersebut.

Jika hal ini terus terjadi berkepanjangan, lama-lama akan merusak sistem dan sirkuit reseptor motivasi dan penghargaan otak sehingga menyebabkan kecanduan.

Apakah semua pemain game berisiko kecanduan?

Baca Juga : Turuti Permintaan Shakira Aurum untuk Buka Kaca, Tangis Denada Nyaris Pecah Ceritakan Anaknya Masih Belum Kuat

Dalam batas wajar, bermain game tentu tidak dilarang.

Bermain game dapat menjadi aktivitas pengusir stres yang baik dan juga bermanfaat bagi kesehatan otak.

Ada sejumlah bukti medis yang mengatakan bahwa bermain game dapat dijadikan terapi alternatif mengobati gangguan mental seperti Alzheimer dan ADHD.

Pasalnya selama bermain game, otak akan dituntut untuk bekerja keras mengatur fungsi kognitif (misalnya perencanaan strategi) yang dibarengi dengan kerja fungsi motorik yang kompleks (misalnya, sambil melihat layar juga harus menggerakkan tangan untuk menekan tombol).

Baca Juga : Sudah Kurangi Konsumsi Garam Tapi Tetap Hipertensi? Moms Harus Lakukan Hal Ini

Nah jika hobi ini tidak dikendalikan, barulah bisa berkembang menjadi kecanduan.

Untuk dokter atau ahli gangguan jiwa dapat mendiagnosis gaming disorder, gejala dan tanda perilaku dari kecanduan game haruslah terjadi secara terus-menerus paling tidak selama 12 bulan.

Tak hanya itu, gejala juga menunjukkan “efek samping” gangguan berat pada pribadi si pecandu, seperti perubahan kepribadian, karakteristik, perilaku, kebiasaan, hingga bahkan fungsi otak.

Seseorang juga disebut kecanduan apabila candunya juga telah menyebabkan gangguan atau bahkan konflik pada hubungan sosialnya dengan orang lain maupun di lingkungan keluarga, sekolah atau sekitar.

Duh, tetap waspada ya Moms, boleh memanjakan Si Kecil, tapi tetap ada batasnya ya.

Artikel ini pernah tayang sebelumnya di Intisari.grid.id dengan judul, "Suapi Anak yang Kecanduan Main Game Online 48 Jam, Ibu Bisa Bikin Anaknya Alami Gangguan Jiwa Ini Ketika Dewasa