#LovingNotLabelling Jangan Beri Label Anak Pembohong, Begini Cara Tegur Si Kecil Agar Jujur

By Shevinna Putti Anggraeni, Selasa, 26 Februari 2019 | 19:35 WIB
Dampak buruk menuduh anak pembohong, begini cara tepat menegurnya agar mau bersikap jujur (Zinkevych)

Nakita.id - Semua orangtua tentu mengharapkan anaknya tumbuh menjadi pribadi yang jujur kepada siapa pun.

Tapi, tak jarang pula anak-anak suka berbohong jika melakukan sesuatu yang salah atau tidak sesuai karena takut kena marah orangtua.

Lantas yang sering terjadi orangtua langsung menuduh atau menyebut Si Kecil adalah anak pembohong.

Baca Juga : Inspirasi Baju Hamil Lucu Anissa Aziza, Tampil Kekinian Bak ABG Meski Perut Membuncit

Padahal labelling 'pembohong' pada anak baik sesuai fakta atau tidak bisa memberikan dampak mengerikan.

Melansir dari psychologytoday.com, faktanya anak-anak lebih sering mengalami trauma karena kata-kata menyakitkan daripada trauma karena pelecehan fisik.

Bagi mereka yang dituduh pembohong nyatanya hanya sebagai kambing hitam tentu akan merasa sangat terhina.

Akibatnya, mereka yang merasa sangat tersakiti dengan kata 'pembohong' dan memiliki hati yang rapuh bisa saja melakukan bunuh diri.

Baca Juga : Jangan Asal Membeli, Ini Tips Memilih Ukuran Sepatu Anak yang Tepat

Bahkan orangtua pun tidak boleh menuduh anak pembohong sekalipun memang benar mereka berbohong.

Pasalnya, kadang kala orangtua tidak bisa menyadari kata-kata kejam yang terlontar dari mulutnya bisa lebih memiliki dampak besar daripada palu godam sekalipun.

Orangtua harus bisa mengandilakan ucapan bila tak ingin anak-anak mengalami luka batin hingga memengaruhi perkembangannya.

Karena itu, semua orangtua perlu tahu caranya mendidik dan menegur dengan metode #LovingNotLabelling.

Pertama, orangtua perlu memahami beberapa faktor yang menyebabkan Si Kecil berani berbohong.

Baca Juga : Ini Penampilan Puput Usai Dikabarkan Resmi Jadi Nyonya BTP, Banyak Barang Branded?

1. Menutupi sesuatu agar mereka tak mendapat masalah.

2. Respons orangtua ketika mendengar mereka berbohong.

3. Ingin menciptakan atau membuat cerita agar lebih menarik didengarkan.

4. Ingin memancing perhatian orangtua atau orang di lingkungannya.

5. Sedang menginginkan sesuatu

Melansir dari raisingchildren.net.au, anak-anak mulai belajar atau mengerti cara berbohong sejak usia 3 tahun.

Baca Juga : Ini Penampilan Puput Usai Dikabarkan Resmi Jadi Nyonya BTP, Banyak Barang Branded?

Menginjak usia 3 tahun, mereka sudah mulai mengerti bahwa orangtua tidak bisa membaca pikiran dan mereka akan semakin pandai berbohong di usia 4-6 tahun.

Apalagi jika mereka sudah duduk di bangku Sekolah Dasar, mereka akan semakin pandai berbohong seiring bertambahnya usia.

Moms dan Dads sebagai orangtua tentu akan berpikiran macam-macam sampai mudah emosi ketika mengetahui anak berbohong.

Tetapi, menuduh anak pembohon sekalipun sudah remaja juga bukan cara terbaik untuk menegurnya dan membuat mereka berubah.

Berikut ini ada beberapa contoh terbaik untuk mendidik anak tentang pentingnya kejujuran dari hal paling kecil.

Baca Juga : Unggahan Terbaru Syahrini, Ketahuan Ini Lokasi Hotel Mewah Tokyo Tempatnya Menginap

1. Jika Moms mengetahui Si Kecil sedang mengarang sebuah cerita, katakan bahwa itu ada cerita yang bagus dan ia bisa menuangkan dalam sebuah buku cerita.

Cara menegur seperti itu justru akan mendorong imajinasi Si Kecil dan mengarahkannya wadah yang tepat untuk menuangkan sebuah cerita karangan.

2. Jika Si Kecil menumpahkan sesuatu atau memecahkan barang lalu tidak mengakui kesalahannya. Moms tak perlu naik pitam dengan membentak atau memaksanya jujur.

Moms bisa inisiatif mengajaknya untuk membereskan dan membersihkan itu semua agar ia tak merasa takut dan kedepannya berani berkata jujur.

3. Jika anak melakukan kesalahan lalu sudah berani berkata jujur pun orangtua juga tidak berhak memarahinya karena mengira ia memiliki mental yang kuat.

Moms tetap harus menjaga tutur kata dan emosi dengan cara memberi sedikit pujian bahwa Moms senang dengan kejujurannya.

Maka, ia tak akan sungkan menceritakan atau mengatakan apapun masalahnya dalam hidupnya kepada orangtua.