Contek Pola Asuh Orang Jepang, Si Kecil Tumbuh Jadi Anak yang Mandiri

By Nita Febriani, Minggu, 3 Maret 2019 | 19:44 WIB
Pola Asuh Orang Jepang agar Si Kecil Tumbuh Jadi Anak yang Mandiri (pixabay/huweijie07170)

Nakita.id - Menjadikan Si Kecil anak yang mandiri memang susah-susah gampang ya Moms.

Di Jepang anak-anak diharapkan menjadi anak yang mandiri bahkan sejak usianya masih sangat dini.

Anak-anak sekolah di Jepang dididik untuk cukup mandiri pergi ke sekolah tanpa ditemani, bahkan meski harus menggunakan bus kota atau kereta api dan melintasi jalan-jalan yang sibuk.

Baca Juga : Pantas Saja Cerdas! Ternyata Ini Pola Asuh Yang Diterapkan Ibu Maudy Ayunda

Tingkat kejahatan di negara ini pun sangat rendah, yang artinya orang-orang di Jepang adalah komunitas yang dapat dipercaya untuk membantu menjaga kewaspadaan Si Kecil sendiri.

Bicara tentang orang-orang di Jepang yang mandiri dan pekerja keras, tidak lepas dari peran pola asuh para Moms yang membentuk pribadi tersebut.

Berikut pola asuh orangtua di Jepang yang bisa Moms tiru agar Si Kecil tumbuh menjadi anak yang mandiri.

Baca Juga : Tangan Ratu Elizabeth II Membiru, Tanda Penyakit Serius Pada Lansia?

1. Menutupi ekspresi diri

Ini adalah pesan yang diajarkan orangtua Jepang pada anak-anak mereka sejak awal.

Anak-anak di Jepang sejak kecil diajarkan untuk selalu memikirkan orang lain dan bertindak untuk sesama demi membantu menjaga perdamaian di atas segalanya.

Di setiap sudut kota Tokyo misalnya, di sebuah restoran, museum atau aula perbelanjaan, anak-anak Jepang selalu terlihat tenang dan terkendali.

Baca Juga : Ingin Potret Si Kecil Menggemaskan Seperti Gempi? Ikuti Tips dari Fotografer Ini Moms!

Meskipun di jalur pejalan kaki yang penuh sesak atau di tempat wisata yang populer, anak-anak Jepang berjalan sendiri tanpa berteriak-teriak atau meronta pada ibunya.

2. Membawa Si Kecil kemana-mana tapi tidak ada cium atau peluk

Para Moms di Jepang biasa membawa Si Kecil ke mana-mana dengan menggunakan gendongan.

Mereka selalu menggendong Si Kecil di setiap aktivitas meski hanya di sekitar rumah atau saat ke toko dan bahkan bersepeda melintasi kota.

Kedekatan fisik ini dalam banyak hal adalah cara Moms di Jepang mengungkapkan rasa sayangnya tanpa ada ciuman atau pelukan.

Baca Juga : Menurut Sains, Bayi yang Lahir di Bulan Maret Sangat Spesial, Ini Alasannya

Di sebagian besar rumah bahkan keluarga Jepang tidur bersama-sama.

Ibu di satu sisi kasur, ayah di sisi yang lain dan anak-anak tidur di tengah.

Pengaturan ini menyerupai huruf kanji untuk sungai (川) dan dapat terus berlanjut sampai Si Kecil duduk di Sekolah Dasar.

Baca Juga : Komedian Nur Tompel Meninggal Dunia Karena Flek Paru-paru, Ini 8 Makanan yang Sehat untuk Paru

3. Moms di Jepang tidak bicara tentang anak-anaknya

Di Indonesia, kondisi dan cerita Si Kecil selalu menjadi topik pembicaraan seru bagi para Moms bila sedang berkumpul.

Bahkan banyak Moms di Indonesia membagikan foto atau video Si Kecil di sosial media dan bisa diakses oleh siapa saja.

Sementara wanita Jepang cenderung menjaga kerahasiaan pribadi Si Kecil.

Para Moms di Jepang hanya berbagi cerita tentang Si Kecil kepada orang-orang terdekat.

Baca Juga : BERITA POPULER: Syahrini dan Reino Barack Habiskan Rp694 Juta Semalam di Jepang Hingga Bocor Video Penampilan Syahrini dan Reino Barack Setelah menikah

Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya pembandingan antara Si Kecil dengan anak-anak lain.

Menceritakan kalau Si Kecil bermain dalam suatu tim sepak bola atau masuk ke sekolah terbaik bisa dianggap sebagai perilaku sombong di Jepang, Moms.

Tapi jangan salah, mengasuh anak di Jepang sangat kompetitif.

Orangtua di Jepang menghadapi banyak tekanan untuk memastikan Si Kecil masuk ke sekolah yang tepat namun tidak membuat Si Kecil merasa tertekan.

Baca Juga : 5 Manfaat Minum Air Rebusan Terung dan Lemon, Pangkas Bobot dalam 2 Minggu Hinggu Turunkan Kolesterol Jahat

4. Membacakan dongeng legenda jaman dahulu

Ini merupakan hal umum di Jepang untuk berbagi cerita dan karakter dari legenda lama Jepang serta untuk menandai hari-hari festival mereka.

Ada banyak festival tradisional sepanjang tahun dan anak-anak muda di Jepang bersemangat menghadirinya.

Ini karena orangtua Jepang selalu menceritakan dongeng tradisional pada anak-anaknya.

Selain itu, dalam dongeng tradisional terdapat nilai moral dan kebajikan yang dijunjung tinggi masyarakat Jepang secara turun temurun sebagai pribadi yang bekerja keras dan mandiri.

Baca Juga : Tak Direstui Orangtua, Luna Maya Ungkap Hal yang Buatnya Sangat Kehilangan Sosok Reino Barack

5. Tidak khawatir berlebihan tentang hiburan Si Kecil

Di Jepang tidak ada orangtua khawatir berlebihan bila di bioskop Tokyo trailer untuk film seperti Resident Evil diputar tepat sebelum pertunjukan Toy Story III.

Senapan bermain yang tampak realistis pun dijual di banyak toko mainan dan ada pula citra seksual pada komik manga.

Namun hal ini tidak menjadi fokus para orangtua Jepang untuk khawatir berlebihan.

Sebab mereka percaya hal-hal lucu dan menyenangkan seperti budaya kartun kawaii yang ada di mana-mana membantu menyeimbangkan semuanya.

Sehingga Si Kecil dapat memilah sendiri mana yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan, tanpa melalui proses pelarangan dan cekcok dengan orangtuanya.

Baca Juga : Menurunkan Berat Badan Lebih Cepat jika Moms Tidur Malam dalam Jangka Waktu Ini