Buahnya Mulai Langka dan Dijual Rp 500 Ribu Sekilo, Ini Manfaat Tak Terduga Ciplukan 'Sang Penyembuh'

By Maharani Kusuma Daruwati, Rabu, 27 Maret 2019 | 21:01 WIB
Buah Ciplukan, Dulu Diabaikan kini Diburu Karena Khasiat dan Harganya yang Fantastis! (injeksionline.com)

Nakita.id - Moms mungkin seperti asing dengan buah yang disebut dengan nama ciplukan ini.

Buah berwarna kuning dan bulat yang berbentuk seperti tomat ini termasuk dalam tanaman liar.

Ciplukan bahkan sering dikira hanyalah gulma atau tanaman yang mengganggu dan biasa disia-siakan.

Baca Juga : I Am an ActiFE Mom, In Control, and Protected

Buah ini mudah tumbuh di mana pun terutama di daerah beriklim tropis seperti di negara kita.

Ciplukan juga biasa tumbuh di pekarangan rumah, persawahan, ladang, hingga di pinggir jalan.

Sayangnya, tanaman ini justru sering disingkirkan dan dianggap tidak penting.

Padahal buah ciplukan ini di Brunei Darussalam harga satu bijinya berkisar Rp 10 ribu.

Bahkan mal di kota besar di Jakarta, Indonesia yang terhitung banyak sekali ditumbuhi ciplukan harga per kilonya bisa mencapai Rp 500 ribuan.

Mengutip dari Kompas.com, buah yang satu ini merupakan sejenis tanaman yang berkasiat sebagai obat.

Selain daun, buah, batang, dan akarnya pun juga punya daya menyembuhkan.

Ciplukan atau yang memiliki nama latin physallis peruviana.L memang tidak memiliki nama dalam bahasa Indonesia.

Namun, dalam bahasa daerah buah ini banyak istilah yang berbeda.

Mulai dari ceplokan, keceplokan, ciciplukan, kopok-kopokan (Bali), cecendet, cecenet (Sunda), nyornyoran (Madura), Leletokan (Minahasa), Kenampok (sasak), dan lapunonat (Tanimbar, Seram).

Disebut sebagai buah yang punya daya penyembuh, ciplukan memiliki kandungan kimiawi seperti chlorogenik acid, asam sitrun dan fisalin. Selain itu, buahnya juga mengandung asam malat, alkaloid, tanin, kriptoxantin, vitamin C dan gula, juga elaidic acid.

Baca Juga : Kelakuan Luna Maya Saat Menjuri Dangdut Jadi Sorotan, Zaskia Gotik: 'Kelakuan Orang Patah Hati'

Kandungan kimiawi tersebut, seperti obat-obatan modern, telah diuji melalui proses laboratorium dan diyakini bisa menyembuhkan berbagai penyakit.

Sesuai dengan sifatnya, tanaman ini bisa menjadi analgetik, peluruh air seni, menetralkan racun (detoksifikasi), serta meredakan batuk.

Dalam farmakologi Cina, tumbuhan ini diyakini memiliki rasa pahit dan sifat menyejukkan.

Selain meredakan batuk, ciplukan dapat dimanfaatkan sebagai antihiperglikemi, antibakteri, antivirus, imunostimulan dan imunosupresan (imunomodulator), antiinflamasi, antioksidan, dan sitotoksik.

Juga untuk mengaktifkan fungsi kelenjar-kelenjar tubuh dan anti tumor.

Buah ini juga bisa digunakan sebagai obat untuk penyakit epilepsi, diabetes militus, bronchitis, influenza, serta sakit tenggorokan.

Tak hanya itu saja, buah ciplukan juga bisa menjadi obat bagi salah satu penyakit berbahaya yang cukup mematikan, yaitu kanker payudara.

Buah ciplukan mengandung senyawa Fisalin dan Withanolid yang dapat menyembuhkan kanker.

Baca Juga : Ikuti Jejak Stefan William, Ajun Perwira Akan Menikahi Perempuan Lebih Tua, Sosok Janda Anak 3 Inikah Orangnya?

"Fisalin dan Withanolid bersifat sitotoksik pada beberapa sel kanker dan mampu menghambat pertumbuhan sel kanker payudara, paru-paru, dan kanker darah," kata mahasiswa Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta, Amelilinda Monikawati, Selasa (7/12/2010), seperti dikutip dari Kompas.com.

Amelilinda bersama Inna Amandari dan Sofa Farida berhasil menguji potensi kemopreventif ekstrak etanolik herba ciplukan pada sel kanker payudara.

"Secara in vitro, penelitian tersebut berhasil menekan pertumbuhan sel kanker hingga 20 persen. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan menguatkan hipotesis ciplukan memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai agen kemopreventif," katanya.

Tidak hanya secara in vitro, untuk mendukung penelitian potensi ciplukan sebagai agen kemopreventif pada kanker payudara dilakukan pula secara uji in vivo.

"Uji secara in vivo bertujuan untuk mengobservasi pengaruh ekstrak etanolik herba pada hewan uji tikus betina galur Sprague Dawley," katanya.

Selama ini, pengobatan kanker payudara dengan kemoterapi dinilai kurang efektif karena sering menimbulkan resistensi dan beberapa efek samping.

"Efek samping dari kemoterapi seperti mual, muntah, toksisitas pada jaringan normal, toksisitas pada jantung, dan menekan sistem imun," katanya.

Oleh karena itu, ia mengatakan dibutuhkan suatu alternatif terapi kanker yang lebih aman, terjangkau, efektif, dan tidak membahayakan sistem imun.