Moms, Lakukan Ini Jika Anak Sering Mengumpat!

By David Togatorop, Rabu, 24 April 2019 | 07:04 WIB
Ilustrasi anak (pixabay.com/Gilmanshin )

Nakita.id - Perkembangan Si Kecil ketika ia sudah mulai lancar berbicara harus sering kita awasi.

Seba, ada saja kata baru yang dipelajarinya yang mungkin artinya kurang baik.

Termasuk kata-kata umpatan.

Moms mungkin cemas dengan kebiasaan anak-anak zaman sekarang yang seringkali marah sambil mengeluarkan kata-kata negatif; entah itu jelek, bego, pelit, sialan, bodoh, atau kampungan.

Baca Juga : Terlalu Sering Memakai Sandal Jepit dapat Memicu Kanker, Kok Bisa Ya?

Moms merasa kecolongan, karena tak pernah mengajari anak berbicara kasar. 

Jika kita tahu anak gemar memaki, mohon segera ditangani.

Salah satu yang perlu kita perhatikan saat si prasekolah memaki, apakah ia melakukannya karena “caper” (ingin cari perhatian) atau hanya asal ucap tanpa bermaksud ditujukan kepada orang lain.

Untuk itu, tetaplah tenang, tak perlu memberi respons dengan agresif.

Ini berarti kita tak perlu menghardik, memarahi, atau memukulnya.

Baca Juga : Kasus Istrinya Tuai Kecaman, Andre Taulany Mengunggah Video Klarifikasi: 'Saya Minta Kasus Ini Tidak Dibesar-besarkan Lagi'

Respons seperti itu justru membuat anak merasa berhasil menarik perhatian sehingga akan mengulang melakukan hal buruk itu kembali.

Jangan pula tertawa atau tersenyum karena anak akan merasa perkataannya lucu dan akan diulanginya lagi.

Berikut tip bagaimana harus bereaksi saat anak bicara kasar:

Baca Juga : Hanya dengan Mengoleskan Ini, Rambut Rusak Akibat Alat Hair Styling Langsung Teratasi!

Tak perlu marah

Kita boleh terkejut saat mendengar si kecil berkata kasar, tapi sekali lagi jangan marah.

Kemarahan kita justru akan membuat anak bingung. “Lo kenapa enggak boleh. Di teve boleh kok bilang sialan.”

Tanpa ada penjelasan bijak dari kita, hanya amarah, tidak akan mengubah perilaku anak.

Efek lainnya, amarah kita akan membuat anak takut sehingga ia jadi enggan melakukan apa pun karena takut salah.

Kreativitasnya bisa menurun dan anak dapat tumbuh menjadi anak yang tertutup dan takut berinisiatif.

Baca Juga : Tinggalkan Anaknya Usia 2 Tahun di Kamar Sendirian, Si Ibu Terkejut Saat Lihat Sang Anak Bermain dengan Ini!

Tegur dan beri solusi

Saat ia berkata kasar, segera tegur buah hati.

Wajar kok bila anak marah, namun tidak wajar bila ia sampai memaki orang.

Berilah ia solusi untuk melampiaskan emosi marahnya dengan lebih positif.

Marah yang tidak disalurkan (misal anak selalu diminta untuk menahan emosinya), dikhawatirkan justru akan meledak lebih dahsyat suatu saat nanti.

Cara penyaluran marah bisa dengan mengeluarkan kata-kata namun pilihkan kata-kata yang lebih baik.

“Nenek sihir” diganti “nenek cantik,” kata “bodoh” diganti “pintar,” kata “hidung pesek” diganti “hidung bundar,” dan sebagainya. Selain terdengar lebih halus, kata tersebut juga lebih baik artinya sehingga kesannya tidak berteriak marah.

Baca Juga : Ingin Langsing tapi Tetap Makan Enak? Coba Diet Ala Meghan Markle Ini, Moms!

Kenalkan konsekuensi

Seperti yang disinggung sebelumnya, jika perilaku anak sulit berubah, Moms bisa mengenalkan konsekuensi.

Misalnya dengan memberi punishment.

Pilih punishment yang mendidik, mampu membuat anak meninggalkan perilakunya tersebut.

Contoh, tidak boleh memainkan mainan kesukaannya atau tidak boleh menonton acara teve favoritnya. Terapkan dengan konsekuen meski anak merengek.

Sebaliknya, ketika si prasekolah mampu mengontrol emosinya berikan reward, bisa berupa pujian, pelukan atau barang-barang kecil yang menjadi kesukaan si anak.

Ketika anak mampu menahan emosinya, beri ia pujian.

Pujian akan membuatnya bangga  dan mendorongnya untuk melakukan kembali.

Jelaskan maknanya

Mungkin si prasekolah tidak tahu arti “bodoh”, “pesek”, “sialan,” dan sebagainya.

Baca Juga : Tak Kalah dari Ariana Grande, Nagita Slavina Pamer 'Berfoto' dengan Blackpink!

Ia pun tidak paham kalau kata-kata tersebut kasar dan dapat menyakiti orang lain.

Penjelasan dibutuhkan agar anak dapat memahami bahwa kata-kata itu tidak layak diucapkan karena terdengar tidak baik dan dapat menyakiti orang lain. (Irfan Hasuki)