Ibu Perlu Tahu Pencegahan Konstipasi dan Bau Poop Bayi Untuk Pertanda Penyakit

By David Togatorop, Senin, 27 Mei 2019 | 09:37 WIB
Warna dan bau poop bayi bisa jadi pertanda gangguan kesehatan. (Pixabay)

Nakita.id – Setiap ibu tentu mengharapkan agar bayinya senantiasa dalam keadaan sehat. Namun ada banyak faktor yang mempengaruhi sehingga bayi menjadi sakit. Misalnya saja perubahan cuaca atau bahkan asupan makanan yang bisa membuat bayi sakit.

Salah satu penyakit yang kerap menimpa bayi adalah gangguan pada pencernaan. Bila bayi terkena gangguan pencernaan, umumnya dia akan menderita diare dan konstipasi.

Diare

Saat penyakit diare menyerang, Ibu jangan panik. Sebelum menentukan tindakan apa yang harus dilakukan, Ibu harus mendeteksi gangguan pencernaan apa yang terjadi berdasarkan poop bayi.

Bentuk, konsistensi, warna, sampai bau poop dapat memberitahu informasi kesehatan bayi. Memang secara normal, poop memang mengeluarkan bau. Akan tetapi pada poop bayi, bau yang dihasilkan sangat beragam.

Mengetahui informasi mengenai poop bayi adalah salah satu cara efektif untuk melihat kesehatan bayi. Ibu tak perlu khawatir dengan bentuk atau frekuensi buang air besar yang tidak sama dengan orang dewasa.

Bayi membutuhkan waktu untuk menyempurnakan sistem pencernaannya yang sangat berhubungan dengan umur bayi dan jenis asupannya. Di luar asupan bayi, poop yang berbau menyengat atau tidak normal juga dapat menjadi penanda beberapa penyakit, seperti diare, demam, atau infeksi pencernaan.

Pentingnya mengidentifikasi kesehatan Si Kecil melalui poopnya dapat mengurangi risiko fatal penyakit berbahaya seperti diare. Sebab, diare yang terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi hingga kematian. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi Ibu yang memiliki bayi di bawah usia 3 bulan untuk mengenali jenis poop bayi. Jika Ibu menemukan bau yang menyengat dan tidak wajar pada Si Kecil, bisa jadi hal tersebut pertanda Si Kecil terserang diare dan segeralah bawa ke dokter.

Jika Ibu menemukan bau busuk pada poop Si Kecil, patut dicurigai adanya pembusukan yang tidak normal oleh bakteri di usus.

Bila poop bayi berbau sangat asam biasanya ada gangguan penyerapan gula atau yang sering kita sebut sebagai intoleransi laktosa, karena Si Kecil tidak dapat mengonsumsi susu sapi. Hal ini dapat diatasi dengan mengganti susu Si Kecil dengan susu kedelai. Bayi dengan ASI eksklusif umunya sangat jarang mengalami intoleransi laktosa. Selain itu,Ibu juga bisa memberikan susu bebas laktosa.

Kemudian bila poop bayi berbau amis maka kemungkinan terdapat infeksi amuba atau jamur. Jika Ibu menemukan kondisi ini pada bayi, segeralah mendapatkan penanganan dokter.

Konstipasi

Gejala konstipasi terlihat bila bayi mengerang kesakitan dan menjadi rewel kala mengeluarkan poop. Apalagi bila poop terlihat kering dan berbentuk butiran kecil-kecil dan kadang terdapat darah pada poop.

Penyebab konstipasi bisa jadi terjadi karena perubahan pola makan Si Kecil, misalnya penyesuaian jadwal makan, transisi ke makanan padat, atau saat Si Kecil berkenalan dengan makanan baru. Selain itu, perubahan rutinitas Si Kecil misalnya saat keluarga melakukan perjalanan jauh, atau Ibu menitipkan Si Kecil di tempat perawatan anak juga dapat menyebabkan konstipasi. Bahkan cuaca yang ekstrim ketika cuaca sangat panas dapat menjadi penyebab konstipasi.

Sebelum membawa Si Kecil ke dokter, Ibu bisa memberikan pertolongan pertama untuk mengatasi konstipasi. Misalnya dengan mengatur pergerakan Si Kecil. Semakin jarang ia bergerak, maka semakin besar risiko Si Kecil mengalami konstipasi. Membuat Si Kecil tetap bergerak (merangkak, berjalan atau bahkan membalikkan posisi Si Kecil) dapat membantu. Jika usia Si Kecil masih sangat muda, Ibu dapat menekan lutut Si Kecil ke arah perutnya.

Mitos konstipasi

Banyak orang yang menganggap bahwa susu formula yang terfortifikasi zat besi dapat menjadi penyebab konstipasi. Akan tetapi hasil studi terbaru membuktikan bahwa hal itu merupakan mitos. Zat besi merupakan bagian yang sangat penting dalam pola makan Si Kecil dan seharusnya tidak diabaikan. Bahkan, jika Si Kecil kekurangan zat besi, dokter akan merekomendasikannya untuk mengonsumsi suplemen. Zat besi memiliki peran dalam perkembangan otak Si Kecil dan memproduksi sel darah merah yang sehat.