Ibu Melahirkan Normal dan Alami Berbeda: Kondisi Seperti Ini Tidak Boleh Melahirkan Normal

By Salmaa Awwaabiin, Jumat, 19 Juli 2019 | 12:00 WIB
Ibu melahirkan normal dan alami, kondisi seperti ini tidak diperbolehkan melahirkan normal (freepik)

Nakita.id - Ibu melahirkan normal dan alami ternyata berbeda lho Moms.

Selama ini banyak yang menganggap bawa ibu melahirkan normal dan alami itu sama.

Namun ternyata, ibu melahirkan normal dan alami memiliki arti yang berbeda.

Baca Juga: Terungkap Manfaat Ibu Melahirkan Alami Dibanding Melahirkan Normal, Tingkatkan Energi Hingga Kekebalan Tubuh Anak

Diketahui, melahirkan alami adalah melahirkan tanpa intervensi medis rutin, terutama anestesi seperti melahirkan normal.

Melahirkan secara alamiah muncul sebagai oposisi terhadap model persalinan techno-medis yang baru-baru ini mendapatkan popularitas di masyarakat industri.

Persalinan alami berupaya meminimalkan intervensi medis, khususnya penggunaan obat-obatan anestesi dan intervensi bedah seperti episiotomi , forceps dan pengiriman ventouse dan operasi caesar.

Nah, tak semua bisa menjadi ibu melahirkan normal dan alami.

Baca Juga: Sering Dianggap Sama, Ternyata Ini Perbedaan Ibu Melahirkan Alami dan Melahirkan Normal yang Belum Banyak Diketahui

Karena dalam kondisi tertentu, ibu justru dilarang untuk melahirkan normal dan alami.

Berikut ini beberapa kondisi wanita yang tidak boleh melahirkan normal dan direkomendasikan untuk menjalani persalinan sesar.

1. Plasenta previa

Plasenta previa terjadi ketika plasenta terletak rendah di rahim dan sebagian atau seluruhnya menutupi serviks.

Satu dari setiap 200 wanita hamil akan mengalami plasenta previa selama trimester ketiga.

Perawatan plasenta previa melibatkan istirahat di tempat tidur dan pemantauan.

Jika plasenta previa lengkap atau parsial telah didiagnosis, bedah sesar biasanya diperlukan.

Baca Juga: Apakah Melahirkan Alami Sama dengan Melahirkan Normal? Begini Penjelasannya

2. Abrupsi plasenta

Abrupsi plasenta adalah pemisahan plasenta dari lapisan uterus yang terjadi sebelum waktunya. Biasanya hal ini terjadi pada trimester ketiga.

Sekitar 1% wanita hamil akan mengalami abrupsi plasenta.

Abruptio plasenta dapat dibagi menjadi 3 stadium, I, II, dan III, dari ringan hingga berat.

Kondisi ini membutuhkan persalinan sesar tergantung pada tingkat keparahannya.

Sebab, dalam tingkat yang parah kondisi ini bisa menyebabkan pendarahan pada ibu dan mengganggu pasokan oksigen bayi.

3. Ruptur uteri

Ruptur uteri atau uterine rupture adalah robekan dinding rahim yang terjadi selama periode antenatal (pra-persalinan) saat induksi dan proses persalinan.

Kondisi ini dapat menyebabkan pendarahan pada ibu dan mengganggu pasokan oksigen bayi.

Oleh karena itu, dibutuhkan persalinan sesar segera.

Baca Juga: Cara Melahirkan Normal dan Spontan Butuh Banyak Tenaga, 4 Langkah Ini Bisa Memulihkan Kondisi hingga Memperlancar ASI

4. Posisi sungsang

Ketika bayi dalam posisi sungsang, dokter akan merekomendasikan persalinan sesar.

Meskipun dalam beberapa kasus, posisi bayi yang sungsang tetap dapat dilahirkan melalui kelahiran normal.

Namun, jika bayi dalam kesulitan atau memiliki prolaps tali pusat maka diperlukan persalinan sesar.

Operasi sesar juga dapat dilakukan jika bayi prematur.

5. Prolaps tali pusat

Prolaps tali pusat memang tidak sering terjadi. Namun bila terjadi makan persalinan sesar darurat harus lakukan.

Prolaps tali pusat terjadi ketika tali pusat masuk melalui serviks dan menonjol keluar dari vagina sebelum bayi lahir.

Ketika rahim berkontraksi, hal itu dapat menyebabkan tekanan pada tali pusat sehingga mengurangi aliran darah ke bayi.

Baca Juga: Ibu Melahirkan Normal: Begini Moms Cara Mengatasi Rasa Sakit Setelah Persalinan

6. Gangguan bayi

Persalinan sesar sering kali direkomendasikan ketika kurangnya jumlah oksigen yang cukup ke bayi.

Jika dari hasil pemantauan dokter menemukan kurangnya jumlah oksigen yang cukup ke bayi, maka persalinansesar darurat pun perlu dilakukan.

7. Cephalopelvic Disproportion (CPD)

Diagnosis CPD terjadi ketika kepala bayi terlalu besar atau panggul wanita terlalu kecil untuk memungkinkan bayi melewatinya.

8. Herpes genital aktif

Jika wanita mengalami herpes genital aktif herpes, persalinan sesar perlu dilakukan untuk mencegah bayi terkena virus saat melewati jalan lahir.