Nakita.id – Kasus video mesum kembali terjadi di Indonesia.
Mirisnya, adegan mesum tersebut dilakukan dan direkam oleh sepasang anak usia SD di Magetan, Jawa Timur.
Dalam video berdurasi 1 menit itu, tampak seorang anak laki-laki masih mengenakan seragam tengah berhubungan badan layaknya suami istri dengan seorang anak perempuan.
Video itu diperkirakan dibuat di rumah anak laki-laki ketika ibunya tengah berada di sawah.
Baca Juga: Berikan Perlindungan Alami Saat Puasa, Si Kecil Sehat dan Orangtua Pun Tenang
Kini, video mesum tersebut pun telah beredar luas.
Kalangan masyarakat di Magetan pun sangat prihatin dengan beredarnya video mesum yang seharusnya belum dilakukan oleh sepasang anak SD ini.
Berbicara soal kasus ini, tampaknya bukan cuma pendidikan seksual yang penting untuk diperhatikan, namun juga pengawasan orangtua dalam penggunaan gawai canggih (smartphone) pada anak.
Lantas, pada usia berapakah Si Kecil diperbolehkan memiliki ponsel?
Baca Juga: Autis Tak Terdeteksi Sejak Dini, Perhatikan Gejala Autis Pada Anak Usia 3 Tahun!
Mengutip dari Kompas.com, di Amerika Serikat, rata-rata anak memiliki ponsel pertamanya di usia 10 tahun.
Namun, tidak menutup kemungkinan bila orangtua memberi anak ponsel di usia yang lebih muda.
“Saya rasa trennya akan semakin muda, karena banyak orangtua yang lelah dengan rengekan anakknya minta ponsel,” kata Stacy DeBroff, kepala Influence Central.
Pencipta Microsoft, Bill Gates, baru memberikan ponsel untuk ketiga anaknya saat mereka berusia 14 tahun.
Menurut Gates, ada banyak manfaat positif jika anak tidak memiliki ponsel di usia dini.
Salah satunya adalah jam tidur anak yang lebih teratur.
“Dengan membuat batasan waktu menatap layar komputer atau ponsel, anak-anak jadi bisa tidur pada jam yang sesuai,” kata Gates.
Memang tidak ada patokan usia yang jelas kapan anak sebaiknya diberikan ponsel.
Kendati demikian, para pakar psikologi anak rata-rata mengatakan bahwa usia 12 tahun adalah waktu yang ideal untuk memiliki ponsel pertama, tetapi sebagian memilih usia 14 tahun.
Pasalnya, ponsel atau gawai dianggap bisa menyebabkan kecanduan dan juga membuat anak sulit fokus pada pelajarannya.
Belum lagi adanya bahaya lain dari media sosial, seperti bullying online, predator anak, atau sexting.
Faktor lain yang juga perlu jadi pertimbangan adalah soal perkembangan otak.
Bagian otak depan, yakni prefrontal cortex, yang mengontrol dorongan, baru selesai berkembang di usia pertengahan 20-an.
Dengan kata lain, orangtua tak perlu kaget jika Si Kecil kerap sulit menahan dorongan untuk bermain gawainya.
Meski memiliki sisi negatif, gawai juga bisa membawa manfaat jika digunakan dengan baik.
Dengan gawainya, Si Kecil bisa mendapatkan informasi seputar pelajarannya, terhubung dengan teman atau keluarga, serta informasi lain yang bersifat positif.
Sekarang, kendali ada di tangan orangtua untuk menentukan apakah Si Kecil memang membutuhkan ponsel atau tidak.
Jika masa itu tiba, sebaiknya bekali Si Kecil agar bertanggung jawab dan mengendalikan diri dalam menggunakan ponselnya.
Moms juga bisa memanfaatkan fitur-fitur di gawai untuk mencegah Si Kecil mengakses situs dewasa.
Seperti contohnya aplikasi Qustodio di Android, yang memungkinkan orangtua memonitor isi pesan anak dan situs yang dikunjunginya.
Mungkin terdengar sedikit berlebihan, tetapi memang itulah tugas orangtua untuk melindungi anaknya.