Pentingnya Komunikasi yang Tepat Antara Guru dan Murid, Yuk Lakukan dengan Cara Ini

By Cecilia Ardisty, Rabu, 16 Oktober 2019 | 19:56 WIB
Ilustrasi Komunikasi yang Tepat Antara Guru dan Murid (freepik)

Nakita.id - Pendidikan utama memang ada di rumah, tetapi untuk meneruskan hal itu Moms tentu menyekolahkan Si Kecil.

Maka agar ilmu pengetahuan Si Kecil bertambah, Moms menyerahkan peran guru untuk mendidiknya agar menjadi sosok yang berkontribursi bagi negara.

Oleh karena itu komunikasi antara guru dan siswa menjadi penting agar pelajaran tersampaikan dengan baik.

Baca Juga: Kisah Menyentuh! Demi Membayar Biaya Pendidikan, Bocah Asal Sukoharjo Jualan Karak

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuat Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah, yaitu guru melaksanakan beban kerja selama pelaksanaan ketentuan hari sekolah yang dilaksanakan 40 jam selama lima hari dalam satu minggu.

Kemampuan komunikasi menjadi sangat penting bagi guru, sebab 60% atau 24 jam dari total jam kerja mingguan yang diatur tersebut dialokasikan untuk berkomunikasi langsung dengan siswa.

Mendukung program pemerintah ini, Listerine berkolaborasi dengan Indonesia Mengajar menggalangkan kampanye #UbahDenganSuara berfokus meningkatkan kemampuan komunikasi para guru di Kabupaten Aceh Singkil.

Baca Juga: Sadari Pentingnya Pendidikan, Di Sekolah Ini Siswa Bisa Bayar Uang Sekolah dengan Sampah Plastik!

"Awalnya dimulai dari keinginan Listerine untuk bisa memiliki relevansi yang dekat dengan konsumen.

Tidak mau sekedar program marketing seperti biasanya tetapi what other higher purpose yang sejalan dengan keinginan konsumen juga dan kita bisa coba bantu untuk support.

Ketemulah, kita melakukan sejumlah survei ke ribuan orang dan ketemu salah satu hal yang concern yang ingin masyarakat Indonesia coba bantu juga dalam pendidikan.

Listerine berkolaborasi dengan Indonesia Mengajar meningkatkan kemampuan komunikasi para guru di Kabupaten Aceh Singkil

Nah makanya pendidikan menjadi salah satu isu yang kita buat, 'apa yang bisa kita lakukan dengan pendidikan, apa yang bisa sebuah mouthwash product juga lakukan untuk pendidikan di Indonesia'; nah awal mulanya dari situ.

Dari mouthwashnya sendiri kita ingin mengubah habit sebenarnya mengedukasi masyarakat Indonesia untuk mengubah habit oral carenya tidak hanya menggosok gigi tetapi dengan berkumur.

Dengan itu kita mencari partner karena kita membutuhkan bantuan untuk bisa mencapai, kita reach out ke tim Indonesia Mengajar karena sama visi dan misi juga kredibilitas yang tinggi serta extensive network juga dalam dunia pendidikan.

Jadilah di bulan Februari dan Maret programnya berjalan kita namakan #UbahDenganSuara untuk pendidikan di Indonesia, waktu itu yang kita support pengajar muda dari networknya tim Indonesia Mengajar," jelas Rikka Anggitham Marketing Lead Oral Care PT Johnson & Johnson Indonesia, dalam Media Briefing di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (16/10/2019).

Baca Juga: Pendidikan Dasar di Jepang Utamakan Jam Istirahat di Sekolah, Ini Dampaknya Buat Kesehatan Anak

Kampanye #UbahDenganSuara yang kini diadakan kembali menilik dampak dari sebelumnya, di mana tidak hanya sisi penjualan yang naik tetapi antusias masyarakat seperti memberikan komentar ketika berkunjung ke beberapa tempat, ikut menyuarakan pendapatnya, dan modul pembelajaran kreatif yang sangat membantu masyarakat di sana.

"Jadi kita melihat dampaknya tidak sekedar berhenti di brand penjualan aja tetapi more than that. Kita bisa, mungkin kecil kalau dilihat dari secara Indonesia tapi as a brand we feel like be contribute to something, one small step is important dibandingin ga sama sekali. Makanya kita mau ngadain lagi tapi apa lagi ya yang kita bisa bantu selain apa yang sudah kita lakukan di semester satu," tambah Rikka.

"Untuk masalah tempat Indonesia Mengajar telah hadir di beberapa kabupaten termasuk di 28 kabupaten di beberapa titik terluar atau pun tertinggal, salah satunya Aceh Singkil.

Saat ini Aceh Singkil adalah daerah kedua pengajar kedua yang hadir di sana mendukung baik itu guru, kepala sekolah, siswa, dan pemerintah daerah untuk mengembangkan pendidikan.

Nah bicara tentang kenapa Aceh Singkil? Aceh Singkil ini masuk ke dalam satu kategori daerah cukup tertinggal karena memang secara geografis letaknya perbatasan Sumatera Utara dan Aceh.

Jadi memang secara geografis kurang mumpuni dan yang kedua adalah memang secara kualitas bisa dikatakan infrastruktur atau pun pendidikannya masih sangat kurang.

Baca Juga: Dari Sistem Pendidikan Terbaik Hingga Negara Paling Bahagia, ini 5 Hal yang Harus Dicontoh dari Finlandia!

Pernahkah teman-teman mendengar Pulau Siluit? Atau Desa Lae Balno? Nah itu salah satu desa di mana ada pulau kecil di Aceh Singkil yang memang secara teritoral itu masuk Sumatera Utara atau Aceh dan memang akses ke sana sulit.

Lebih sulit akses pendidikannya dibandingkan akses pariwisatanya. Makanya Indonesia Mengajar hadir di sana untuk kita sama-sama mendorong. 

Kita percaya guru-guru di Indonesia punya potensi yang sangat besar khusus di bidang pendidikan bukan berarti saya katakan guru-guru di sana tidak memiliki kualitas yang baik hanya saja perlu disatukan lagi untuk bisa menyampaikan apa yang ingin mereka sampaikan.

Mereka (guru) tahu ilmunya tapi penyampaiannya kurang, nah untuk itu kita upayakan mulai dari Aceh Singkil," jelas Sidik Eka Hermawan, Project Director Business Partnership Unit Indonesia Mengajar.

"Kalau kita pernah mendengar kutipan dari Nelson Mandela, senjata yang paling baik itu adalah didikan, nah tapi sadar ga sih senjata paling baiknya guru adalah suara.

Jadi satu-satunya senjata yang guru punya adalah suaranya, maka dari itu kita memandang bahwa komunikasi adalah kunci yang utama untuk bagaimana seorang guru bisa menyampaikan baik itu apa yang dia punya atau kepada orangtua atau masyarakat," tambah Sidik.

"Kata kuncinya komunikasi penting, saya setuju sekali pemerintah dari tahun 2017 yang lalu melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan peraturan baru pemerintah No 19 Tahun 2017 tentang waktu pengajaran menjadi 40 jam dalam seminggu.

Nah logikanya, saya sih tidak hafal detilnya tetapi ada 5M yang harus dilakukan oleh guru di seluruh Indonesia untuk memenuhi kriteria tertentu.

Baca Juga: Bukan Hanya Akademik, Ini 3 Jenis Pendidikan yang Penting Dipelajari Anak

Dari 40 jam tersebut boleh dibilang 60%nya itu benar-benar pengajaran tatap muka, artinya ada interaksi komunikasi di dalamnya.

Ok, 24 jam seminggu itu kan kayak setahun 1248 jam bisa bayangin ga sih kita berdiri di depan anak murid terus komunikasi 1248 jam dalam setahun.

Itu kan bukan hal yang sederhana ya, bayangkan guru-guru kita di seluruh Indonesia mereka melakukan itu.

Intinya betapa komunikasi sangat penting dan ini sangat relevan kita lihat dari sisi brand juga lets do something apa yang bisa kita bantu untuk pendidikan dan guru serta meningkatkan kemampuan guru dalam berkomunikasi," jelas Devy Yheanne, Country Leader of Communications and Public Affairs PT Johnson & Johnson Indonesia.

Moms bisa membantu guru di Aceh Singkil meningkatkan komunikasi dengan membeli Listerine Cool Mint dan Siwak 250 ml dari 14 Oktober 2019 - 17 Oktober 2019 di toko-toko terdekat.