Viral Kisah #Layanganputus, Perselingkuhan Bos Media 5 Anak dan Selebgram 'Berdada Semangka', Siapa Ya?

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Minggu, 3 November 2019 | 18:54 WIB
ilustrasi perselingkuhan (iStock)

#layanganputus part 2

Berikut kisah part 2nya

19 september 2019

Lembar putusan pengadilan agama mengenai perceraian sudah kuterima. Aku hela nafas panjang. Lega, sedih, sesak, bercampur di setiap hembusan nafas. Aku baca lagi berulang.

"Alhamdulillah" batinku, berusaha menyempatkan untuk bersyukur dalam setiap keadaan.

Resmi sudah aku sendirian. Aku yang bertanggung jawab atas diriku sendiri, dan menanggung segala keputusan kedepan.

Seperti kehilangan satu kaki, aku berusaha tetap tegak melangkah. Pun selama setahun setengah menjalani poligami, yang aku rasakan memang kakiku sudah sakit sebelah. Ibarat dalam sisi medis, saran terbaiknya adalah mengamputasi kaki yang sudah luka dan membusuk. Sebelum menjalar menyakiti organ lainya.

Baca Juga: Ganggu Suami Orang, Mahasiswi S2 Dapat Karangan Bunga dari Istri Sah:

Tin tiiin tiiiin

Klakson mobil dibelakang mengagetkanku, aku sadar dan memacu mobilku menuju rumah.Aku bergegas mandi sesampainya dirumah. Jarang aku berlama lama di kamar mandi. Tapi, kali ini, aku betah berdiri dibawah kucuran air.

****

12 february 2018

Selesai subuh, aku mencari suami, ingin menggodanya. Semalam, ia tak masuk kamar melihatku, atau sebenarnya dia sudah melakukannya, saat aku tertidur lelap.Kubuka kamarnya, sepi.

Baca Juga: Santer Isu Keretakan Rumah Tangga Pasca Raul Lemos Sindir Perselingkuhan, Krisdayanti Merasa Ditipu Usai Tinggalkan Anang Hermansyah

"Oh, mungkin belum pulang sholat subuh dari mushola," batinku. Tapi, terlihat kamar masih rapi. Selimut terlipat, bantal dan guling masih tersusun. Tidak terlihat kasur yang habis ditiduri.

Aku bingung, suamiku tidak izin menginap di kantor. Kuambil ponsel dan menghubunginya. Tersambung, tapi tidak ada jawaban. Kuulangi hingga berkali kali . Nihil.

Kulihat jam sudah menunjukan pukul 6 pagi, langit sudah terang, gak mungkin dia di mushola selama ini. Aku mulai jengkel, kutelepon supir kantor. Kucecar Selamet dengan pertanyaan.

“Lho Mba, sampeyan kan, istrinya! Moso mas Arif ga ada ngabarin?” jawab Selamet kaget.

“Kemana dia?”

 

“Ga tau aku mba! Cuma nganter ke bandara tok wingi....

Reflek kuperiksa brankas mini yang terletak dilemari. Pasportnya tidak ada. Berbagai pikiran berkecamuk di kepalaku.Aku duduk dikamarnya mencari pentunjuk.

Semenjak anak keduaku lahir, memang suami lebih nyaman tidur dikamar ini. Kecil tapi tenang baginya, tidak terganggu suara tangis bayi.